Ngerinya Iki Palek, Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua Sebagai Simbol Duka
INDONESIA punya sederet tradisi ekstrem yang masih dilestarikan oleh masyarakat adat di Nusantara. Salah satunya adalah iki pelek, tradisi potong jari ala suku Dani yang mendiami Lembah Baliem di Pegunungan Tengah, Provinsi Papua Pegunungan.
Memang terdengar mengerikan karena sungguh menyakitkan, tapi ritual potong jari lazim dilakukan masyarakat suku Dani saat ada anggota keluarganya yang meninggal dunia.
Mereka memotong jari dengan alat tradisional seperti pisau atau kapak. Bahkan ada yang menggigit jarinya sampai putus.
Potong jari adalah tradisi yang dilakoni turun-menurut dari nenek moyang suku Dani sebagai wujud rasa kehilangan atas kepergian anggota keluarganya yang meninggal dunia.
Meski menyakitkan, tapi mereka rela memotong sebagian jarinya sebagai ungkapan duka sekaligus rasa sakit ditinggal oleh orang tercinta.
Masyarakat suku Dani percaya bahwa dengan memotong jari maka roh anggota keluarganya yang sudah meninggal dunia akan tetap mendiami rumah Honai, sampai luka potongan itu sembuh.
Intinya adalah potong jari dianggap sebagai simbol bersedih hati setelah ditinggalkan oleh orang terdekat seperti ayah, ibu, adik atau kakak.
Sebagaimana diketahui, suku Dani banyak mendiami wilayah Lembah Baliem. Pemukiman mereka berada di antara Bukit Erstberg dan Grasberg di Kabupaten Jayawijaya serta sebagian Kabupaten Puncak Jaya.
Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4750 meter), Puncak Yamin (4595 meter), dan Puncak Mandala (4760 meter).
Kemudian kepercayaan masyarakat Dani, yaitu menghormati roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).
Selanjutnya, untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.