Tepat Setahun Gunung Semeru Kembali Erupsi Besar, Jepang Sempat Waspadai Potensi Tsunami, Kok Bisa?
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Gunung Semeru di Jawa Timur kembali erupsi dan memuntahkan Awan Panas Guguran (APG) pada hari Minggu (4/12/2022) sejak pukul 02.46 WIB, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak. Aktivitas erupsi gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa itu terekam di seismograf dengan aplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.
Tepat di tanggal dan bulan yang sama tahun 2021 lalu, terjadi juga erupsi Semeru yang menyebabkan lebih dari 50 orang meninggal dunia, dan 10 ribuan warga terdampak mengungsi yang mauyoritas tersebar kecamatan Pasirian, Candipuro, dan Pronojiwo, di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sementara itu, menurut Kementerian ESDM, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sumber awan panas guguran yang terjadi pada hari ini berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.
Awan panas guguran dilaporkan meluncur deras ke wilayah-wilayah di Kabupaten Lumajang, Siang ini, sekitar pukul 11:59 WIB, material panas Gunung Semeru telah tiba di Jembatan Gladak Perak yang masih dalam proses pembangunan kembali karena hancur saat erupsi Gunung Semeru setahun lalu.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) melaporkan sudah banyak warga yang mengungsi akibat dampak dari erupsi Gunung Semeru tersebut.
"Sejauh ini sudah ada 93 warga yang mengungsi di Balai Desa Sumberurip Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur," demikian dikutip dari pernyataan BNPB di akun resmi Twitter-nya.
Lebih lanjut, BNPB menyatakan, akan terus berkoordinasi dengan tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di lapangan dalam melakukan kaji cepat, monitoring dan evakuasi warga.
Lebih jauh, letusan Gunung Semeru yang terjadi pada pagi ini, ternyata turut diwaspadai oleh Badan Meteorologi Jepang yang mencermati potensi tsunami sebagai dampak dari erupsi tersebut.
Seperti dikutip dari laman resmi kantor berita Jepang NHK, Badan Meteorologi Jepang terus menyelidiki apakah letusan ini akan menimbulkan dampak tsunami di Jepang. "Tetapi sejauh ini tidak ada perubahan nyata pada tingkat pasang surut yang terlihat di titik pengamatan di Jepang dan luar negeri," demikian NHK.
Lalu mengapa Jepang khawatirkan potensi tsunami yang dipicu erupsi Gunung Semeru?
Pusat Informasi Abu Vulkanik Rute Udara di Darwin, Australia, melaporkan bahwa semburan abu vulkanik erupsi Gunung Semeru mencapai ketinggian sekitar 15 kilometer. Semburan abu vulkanik menyebar bahkan terekam dalam citra satelit Himawari.
Ketika letusan skala besar terjadi, tidak seperti tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi, permukaan air pasang dapat naik karena perubahan tekanan atmosfer yang tiba-tiba, sehingga Badan Meteorologi Jepang sedang menyelidiki apakah tsunami akan mempengaruhi Jepang.
Namun demikian, Badan Meteorologi Jepang menyatakan, sejauh ini tidak ada perubahan nyata pada tingkat pasang surut di titik pengamatan di Jepang dan luar negeri, dan tidak ada perubahan khusus pada tekanan atmosfer di Jepang.
Tempat Wisata di Jakarta untuk Rayakan Libur Tahun Baru 2025: Serunya Pesta Kembang Api di Ancol
Aksi tanggap potensi tsunami tersebut, menurut Badan Meteorologi Jepang, berdasarkan fakta bahwa letusan gunung berapi bawah laut skala besar di Tonga, Pasifik Selatan juga menyebabkan perubahan tingkat pasang surut di Jepang. Jika terjadi letusan dengan gumpalan vulkanik mencapai 15 kilometer di atas tanah, Jepang memasitkan akan merilis informasi bahkan sebelum perubahan tingkat pasang telah dikonfirmasi.