Sekolah Ini Hadirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Jam Belajar Fleksibel
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Pembelajaran daring dengan metode blended learning semakin diminati oleh siswa dan orang tua. Oleh karena itu, homeschooling menjadi salah satu alternatif belajar yang kian populer. Salah satu pilihan yang menarik adalah Sekolah Murid Merdeka (SMM) Ciledug, Tangerang, yang menawarkan kurikulum berbasis kompetensi dengan jam belajar fleksibel. Sekolah ini dapat menjadi opsi bagi orang tua untuk tahun ajaran 2025/2026 mendatang.
Direktur Sekolah Murid Merdeka Ciledug, Yason Pranata, menjelaskan bahwa kurikulum sekolah ini mengintegrasikan kurikulum nasional dengan kurikulum internal yang telah terakreditasi, dipersonalisasi, dan memiliki aturan yang jelas. Selain itu, pembelajaran berbasis kompetensi diterapkan melalui metode project-based learning.
“Dengan sistem manajemen pembelajaran, materi, aktivitas, jadwal belajar, portofolio, hingga rapor dapat diakses secara daring. Kami juga menyediakan evaluasi belajar secara rutin dan terstruktur melalui rapor deskriptif untuk seluruh jenjang pendidikan, mulai dari Early Years hingga Senior Years,” ujar Yason saat peresmian sekolah tersebut, Sabtu (14/12/2024).
Sekolah ini mengombinasikan pembelajaran online dan offline melalui berbagai program, seperti Tatap Muka Rutin, Daring Rutin, dan Program Inklusi. Pada program Tatap Muka Rutin, porsi pembelajaran offline lebih besar dibandingkan online. Siswa bahkan bisa memilih jadwal belajar, yakni lima hari seminggu atau tiga hari seminggu, dengan durasi belajar tiga hingga lima jam per hari.
“Program kedua adalah pembelajaran daring dengan porsi online yang lebih besar dibandingkan offline. Program ini tersedia untuk semua jenjang pendidikan. Sedangkan program terakhir adalah Program Inklusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Sebelum mengikuti program ini, siswa dapat menjalani sesi trial untuk observasi,” jelasnya.
Yason menambahkan bahwa pendekatan pembelajaran di sekolah ini menempatkan murid sebagai subjek utama yang aktif menentukan tujuan belajarnya. Proses belajar dirancang untuk memanusiakan hubungan, mengutamakan empati, serta memperkuat koneksi positif antara guru dan murid. Dengan pendekatan ini, materi pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata, menciptakan kesinambungan antara topik dan jenjang pendidikan, serta memungkinkan aplikasi yang relevan.
“Melalui pendekatan ini, siswa diberi kebebasan memilih tingkat tantangan sesuai dengan kemampuannya. Hal ini melatih mereka untuk menemukan solusi secara mandiri. Dengan memberdayakan konteks pembelajaran tersebut, kami melatih kepekaan siswa agar menjadi kontributor aktif dalam lingkungan mereka, menjadikan pembelajaran lebih bermakna,” tutup Yason.