Joko Widodo Sambangi Kediaman Presiden Prabowo

Joko Widodo Sambangi Kediaman Presiden Prabowo

Terkini | okezone | Sabtu, 7 Desember 2024 - 12:51
share
Arus teknologi membanjiri dunia. Segala macam hambatan yang merintangi hubungan antarmanusia ditumbangkan "dewa mesin", deus ex machina, seperti radio, televisi, telepon selular, dan jaringan internet. Dunia tanpa batas, kini hadir di depan manusia.
 
***
 
Sembilan puluh tiga tahun silam, hiduplah sepasang kekasih yang tersekat di dua tempat berjauhan dan terhambat bertemu. Mereka saling mencintai satu sama lain dalam salah satu dari cinta yang paling menggetarkan dalam sejarah. Saat itu, jauh sebelum era teknologi mencapai kemajuan.

Mereka tinggal di benua berbeda dan sebuah catatan terpercaya menyebutkan bahwa keduanya tidak pernah berjumpa seumur hidup. Sepasang merpati yang meruntuhkan sekat dan hambatan komunikasi itu saling berbincang-bincang intim dan mesra melalui berpucuk-pucuk surat cinta yang diantarkan lewat jasa Tuan Pos.

Surat-suratnya dikumpulkan. Kumpulan tersebut dipublikasikan Oneworld Publications.

Kahlil Gibran di Amerika Serikat. May Ziadah di Mesir....

Dua sastrawan keturunan Arab yang menjalin kasih tak biasa seperti sebuah cerita yang tak sampai. Awalnya May menyurati sekadar berkomentar untuk karya Gibran, novel Sayap-sayap Patah (1921).

Gibran membalasnya, "Hadrat al-adibah al-fadila" (kepada penulis yang termasyhur dan berbudi luhur), yang khas bernada santun ala Arabia. Surat pertama Kahlil Gibran kepada May Ziadah, bertanggal 2 Januari 1914, itu berisi penantiannya terhadap balasan lain dari Mesir, pujiannya bagi jurnal berbahasa Arab yang baru terbit di New York.

Ia juga mengaku tidak bisa memainkan satu pun alat musik. Meminta May agar mengingat dirinya yang jauh di benua asing, saat berdiri di depan patung Sphinx. Bertanya mengenai buku berjudul Syria. Dan, di akhir kalam, diayunkannya pena demi menulis salam takzim seunik tradisi syair Arab: "Sekarang sudah tengah malam, maka selamat malam dan semoga Tuhan melindungi kau untukku."

Selama kurun waktu mendekati dua puluh tujuh tahun, sejak awal 1914 itu, ternyata akhirnya mereka terus rutin menulis surat. Malah, selanjutnya dihanyutkan perasaan khusus yang berlimpah-ruah dengan asmara.

"...May terkasih. Suratmu membawakan kembali 'kenangan akan seribu musim gugur dan seribu musim semi'... Tapi aku harus mengunjungi Mesir untuk melihat May dan senyumnya... Apa untungnya buat seorang pria jika disukai oleh seluruh dunia tapi kehilangan simpati May? ...Semoga damai beserta jiwamu yang cantik...".
(New York, 7 Februari 1919)

Surat yang melankolis bunyinya. Mungkin tak ada surat dari seorang lelaki yang lebih romantis dari surat ini.

KENDATI pun jarak terbentang sejauh ribuan mil antara New York-Boston dengan Kairo. Apalagi mereka tak kunjung bertemu muka. Tapi Kahlil Gibran selalu merasa May Ziadah ada di dekatnya. Petikan ketiga surat ini menggambarkannya,

"...aku duduk dalam ruangan ini dan berlama-lama menatap wajahmu, tanpa sepatah kata..."
(3 November 1920) 
 
"Kita sudah mencapai puncak gunung, dan di bawah kita terbentang lembah, belantara dan padang rumput, jadi mari kita duduk sejenak dan bercakap-cakap sebentar..." (11 Januari 1921)
 
"Aku menyukai lembah pada musim dingin... ketika kita duduk dekat perapian, dengan wangi bakaran kayu sipres yang selalu menghijau memenuhi rumah dan salju turun di luar, angin menerbangkan (salju itu), lampu-lampu kristal es bergantungan di luar panel jendela, dan suara sungai di kejauhan dan suara badai salju menyatu dalam telinga kita..." (31 Desember 1923)
 
***
 
Gibran Kahlil Gibran, nama aslinya. Lahir, 18 Januari 1883 di Bisharri, Lebanon, di kaki pegunungan Atlas. Ia beremigrasi ke Amerika Serikat, mula-mula menetap di Boston dan kelak di New York.

Puisi mistiknya yang panjang, Sang Nabi, terkenal luas dengan lirik yang brilian, "Kerja adalah cinta yang mengejawantah dan jika engkau tiada sanggup bekerja dengan cinta, maka lebih baik kau mengambil tempat di depan gapura candi, meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita...".

Beberapa dari karya-karya lainnya, Bidadari Lembah, Setetes Air Mata dan Secercah Senyum, Prahara, Si Gila, dan Sang Musafir.

Sebagai sastrawan, Gibran mulanya menulis dalam bahasa Arab. Tulisannya cermin perasaan nelangsa dan gamang; begitu pula ada suratnya yang emosional. May Ziadah menyarankan, "Kau seorang penyair dan seniman, dan seharusnya kau bahagia menjadi seorang penyair dan seniman...."

Namun rasa pesimis Gibran mementahkan saran yang baik itu,

"Tapi aku bukan... Aku sudah menghabiskan waktuku, siang malam, untuk menggambar dan menulis, tapi sang 'aku' (yaitu 'diriku') tidak berada dalam siang maupun malamku. Aku kabut, May. Aku kabut yang menyelubungi benda-benda tapi tidak pernah menyatukan mereka...." (3 November 1920)

Sementara pelbagai kalangan ahli sastra menilai bahwa untaian kata-kata ekspresif dengan proses olah pikir yang mengagumkan dicapai Gibran terutama dalam karya-karya yang ditulisnya dengan bahasa Inggris. Karya berbahasa Arab-nya lebih dianggap bagian dari masa dia belajar menulis sebelum jadi maestro sastra-mistik.

Sebuah telegram dikirimkan dari New York pada 17 Desember 1930 mewakili kepiawaian ekspresifnya. Sekaligus menutup kumpulan Love Letters: Surat-surat Cinta Kahlil Gibran kepada May Ziadah yang lisensi hak siarnya dalam bahasa Indonesia dipegang oleh Grasindo.

Bukan hanya surat-surat dan telegram yang dikompilasi penerbit kumpulan ini. Tapi juga undangan makan malam, kliping koran, kartu pos bergambar lukisan Michaelangelo dan gunung Lafayette, foto, dan sketsa telapak tangan menadah ke api sebagai simbol cintanya kepada si gadis Mesir yang cantik.

Kecintaannya berkesenian memaku Gibran tahan menulis semalam suntuk atau melukis sampai pagi sambil banyak merokok, menjauhkan fisiknya dari kondisi sehat. Ia meninggal dunia lantaran sakit kronis dan menahun di St Vincent's Hospital di Greenwich Village, pada Jumat, 10 April 1931. Jenazahnya dibawa ke Bisharri dan dimakamkan ke dalam tanah kelahirannya sana.

*Penulis adalah kontributor okezone, tinggal di Palembang.

Topik Menarik