Jelang Runtuhnya Turki Utsmani: 27 Sultan Tidak Dapat Diandalkan
MASA kemerosotan Turki Utsmani dimulai dari krisis suksesi sepeninggal Sultan Sulaiman pada 1566 M sampai sebelum Turki menjadi Republik 1923 M di tangan Mustafa Kemal At-Taturk , tercatat 27 Sultan tidak ada lagi yang dapat diandalkan.
"Tentu kemewahan hidup dalam Istana telah merusak mental anak-anak Sultan tersebut," tulis Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul " Sejarah Peradaban Islam " (Yayasan Pusaka Riau, 2013).
Dia menyebut Sultan Salim II (1566-1573 M) pengganti Sultan Sulaiman terjadi peperangan antara angkatan laut Turki Utsmani dengan angkatan laut Spanyol di selat Liponto ( Yunani ).
Dalam pertempuran itu, Turki Utsmani mengalami kekalahan sehingga Tunisia dapat direbut musuh.
Di masa Sultan Murad III (1574-1595 M) walau Sultan Murad III berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsu, tetapi Tunisia dapat direbut kembali, dan juga menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M) dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Ribuan Alumni SMPN 2 Kota Tasikmalaya Meriahkan Jalan Santai Nedutas, Ajang Berharga Bernostalgia
Akibat moral Sultan Murad II yang jelek timbul kekacauan dalam negeri, ditambah lagi dengan tampilnya Sultan Muhammad III (1595-1603 M) yang bermoral lebih jelek dari Murad II.
Dalam situasi gawat begini, Austria berhasil memukul Turki Utsmani. Di luar negeri, kejayaan Turki Utsmani di mata orang-orang Eropa sudah memudar.
Di dalam negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Syria di bawah pimpinan Kurdi Jumblad; di Libanon di bawah pimpinan Amir Fakhruddin.
Dengan negara-negara tetangga terjadi peperangan, seperti dengan kerajaan Persia di bawah pimpinan Syah Abbas. Bahkan tentara elit kebanggaan dan andalan Turki Utsmani ikut memberontak karena tidak memdapat perhatian serius dari pemerintah.
Dalam pada itu, dalam rentang waktu yang sudah sangat panjang Daulah Turki Utsmani memerintah di Eropa sudah mulai timbul negara-negara yang kuat.
Demikian juga Rusia di bawah Peter Yang Agung telan menjadi negara yang maju, sehingga daerah Turki Utsmani di Eropa satu per satu membebaskan diri dari kekuasaan Daulah Turki Utsmani, seperti Yunani memproklamirkan kemerdekaannya kembali 1829 M, demikian juga Rumania lepas 1856 M.
Maka Daulah Turki Utsmani yang sudah pernah jaya dan malang melintang di berbagai pertempuran baik di Timur maupun Barat, kini mendapat julukan the sick man of Europe yang tinggal menunggu detik-detik kematiannya.
Banyak Faktor
Syamruddin Nasution mengatakan banyak faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Utsmani ini, di antaranya, wilayah kekuasaannya yang luas, rumit menyusun administrasi negara, sehingga administrasi negara Turki Utsmani tidak beres, sementara penguasanya sangat berambisi memperluas wilayah, ikut perang terus menerus, akibatnya tidak ada waktu lagi mengurus administrasi negara.
Faktor kedua, heterogenitas penduduk, menguasai wilayah yang luas, tentu juga mengurus penduduk yang beragam etnis, agama maupun adat istiadat; Asia, Afrika, Eropa.
Untuk mengurus penduduk yang beragam dalam wilayah yang luas mesti dengan organisasi pemerintahan yang teratur, tanpa didukung oleh administrasi yang baik, maka pemerintah menanggung beban yang berat, dari sinilah kekacauan itu muncul.
Baru Ditunjuk PBSI, Mulyo Handoyo Langsung Dampingi Wakil Indonesia di BWF World Tour Finals 2024
Faktor ketiga, kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman, Turki Utsmani diperintah oleh Sultan-Sultan yang lemah yang tidak dapat mengatur pemerintahan negara, akibatnya pemerintahan menjadi kacau.
Kekacauan itu dibiarkan terus dan tidak pernah diatasi secara sempurna, maka semakin lama semakin parah sampai jatuh sakit di Eropa dan tidak ada yang mampu lagi menyembuhkannya. Wa Allah alam bi al-shawab