Ketua GP Ansor Kota Semarang Serukan Politik Santun Tanpa Isu Agama Jelang Pilwakot

Ketua GP Ansor Kota Semarang Serukan Politik Santun Tanpa Isu Agama Jelang Pilwakot

Terkini | semarang.inews.id | Selasa, 19 November 2024 - 15:40
share

SEMARANG, iNewsSemarang.id – Menjelang Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Semarang, beredar SMS blasting bermuatan isu agama yang memancing keprihatinan berbagai pihak. Ketua PC GP Ansor Kota Semarang, Abdurrahman, mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat merusak kerukunan.

Salah satu SMS blasting tersebut mengangkat perbedaan keyakinan salah satu calon wali kota. 

Menanggapi hal ini, Abdurrahman meminta semua pihak menghindari kampanye hitam berbasis agama demi menjaga integritas politik.

“Jangan gunakan isu agama untuk kepentingan politik. Kampanye hitam seperti ini bisa menjadi bumerang yang malah membuat masyarakat tidak simpatik,” tegas Abdurrahman pada Selasa (19/11/2024).

Ia menyerukan agar forum-forum kerukunan seperti FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dan PELITA (Persaudaraan Lintas Agama) turut aktif menjaga harmoni selama Pilkada. Menurutnya, semangat Bhinneka Tunggal Ika adalah warisan luhur para pendiri bangsa yang wajib dijaga.

“Kita seharusnya fokus pada kesejahteraan masyarakat, pembangunan, dan kemajuan bangsa, khususnya Kota Semarang. Jangan terjebak pada isu agama yang justru memecah belah. Indonesia yang kita cita-citakan sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur hanya bisa terwujud dengan persatuan,” jelasnya.

Abdurrahman mengingatkan bahwa Indonesia telah memiliki sejarah panjang dalam membangun harmoni politik. 

Ia mencontohkan Pemilu 1955 saat NU bersama PNI dan PKI disatukan Bung Karno melalui ideologi NASAKOM (Nasionalis, Agamis, dan Komunis).

“Saat itu, NU menerima NASAKOM karena pentingnya persatuan bangsa untuk menghadapi ancaman eksternal, seperti serangan Inggris melalui Malaysia. Kekuatan persatuan inilah yang akhirnya menggagalkan rencana tersebut,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, ketika NU dengan tegas menerima asas tunggal Pancasila pada Muktamar NU 1984 di Situbondo.

“Sejarah ini mengajarkan bahwa NU selalu berdiri di atas Pancasila, menghormati persatuan, dan menjaga keutuhan bangsa. Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih tanpa memandang perbedaan keyakinan,” katanya.

Abdurrahman mengingatkan bahwa menggunakan isu agama untuk kepentingan politik tidak hanya mencederai Pancasila, tetapi juga berisiko menghambat kemajuan peradaban Indonesia.

“Kalau ada yang menggunakan isu agama hanya demi kekuasaan, itu artinya kita mundur. Pilkada adalah ajang mencari pemimpin terbaik, bukan memecah belah umat,” ujarnya.

Ia mengajak seluruh masyarakat untuk mengedepankan politik yang elegan dan santun, tanpa melukai nilai-nilai Pancasila.

“Jadi karena ini Pilkada hanya sebentar sebagai upaya mencari pemimpin terbaik, jangan dipakai sebagai ajang memecah belah umat. Bangsa kita sebagai warisan pahlawan, harus kita ugemi,” pungkasnya.

Topik Menarik