Perbedaan Darah Istihadhah dan Darah Biasa
JAKARTA - Setiap wanita baligh mengalami menstruasi. Ini merupakan proses alami pada sistem reproduksi wanita yang ditandai dengan pendarahan dari kemaluan.
Namun, ada pula pendarahan yang dialami wanita tapi tidak sedang haid. Ini merupakan istihadhah.
Dalam buku 'Fikih Wanita Empat Madzhab' karya Dr Muhammad Utsaman Al-Khasyt, istihadhah adalah darah yang keluar dari farji' wanita dalam kurun waktu yang relatif lama, atau melebihi kebiasaan lama haidnya yang disebabkan oleh gangguan atau penyakit.
Seperti diriwayatkan Aisyah radhiyallahu anha bahwa Fatimah binti Abu Hubaisy berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, : "Ya Rasulullah, sungguh aku ini tak pernah suci
Dalam riwayat lain, Aku mengalami istihadhah maka tak pernah suci (HR Bukhari)
Istihadhah bukan merupakan kebiasaan, pembawaan atau kodrat penciptaan wanita, melainkan urat darah yang terputus sehingga mengeluarkan darah yang berwarna merah dan tidak berhenti kecuali jika sembuh.
Dalam dunia medis, darah istihadhah disebut sebagai Dysfunctional uterine bleeding (DUP) atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan tidak normal yang dapat terjadi di dalam siklus maupun di luar siklus menstruasi karena gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon tanpa kelainan organ. Berdasarkan penelitian, sekitar 90 istihadah terjadi bukan pada siklus haid dan 10 pada siklus haid.
Ciri-Ciri Darah Istihadhah
Untuk membedakan istihadah dari darah haid, ada beberapa ciri khusus dari darah istihadah:
1. Warna: Darah istihadhah cenderung merah segar atau kekuningan.
2. Konsistensi: Darah istihadhah lebih encer dibandingkan darah haid.
3. Aroma: Darah istihadhah tidak berbau seperti darah haid.
4. Pembekuan: Darah istihadhah dapat membeku seperti darah biasa.
5. Kekentalan: Darah istihadhah kurang kental dibandingkan darah haid.