Sejarah Hari Sumpah Pemuda dan Mengenal 3 Lokasi Historisnya

Sejarah Hari Sumpah Pemuda dan Mengenal 3 Lokasi Historisnya

Terkini | sindonews | Selasa, 29 Oktober 2024 - 07:31
share

Hari Sumpah Pemuda merupakan sebuah hari bersejarah yang rutin diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Sumpah Pemuda menghasilkan sebuah ikrar kebangsaan yang dirumuskan pada sebuah putusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.

Ikrar ini merupakan sebuah pernyataan kebangsaan dari pemuda Indonesia dari latar belakang daerah, suku, dan agama yang berbeda.

Mereka semua menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan ialah Indonesia. Kemudian, keyakinan ini disebarluaskan dan menjadi asas untuk semua perkumpulan kebangsaan Indonesia setelah peristiwa Kongres Pemuda Kedua.

Sumpah Pemuda tidak hanya menjadi sebuah simbol perjuangan bagi bangsa tetapi juga menjadi landasan kuat bagi bangsa untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bersama-sama.

Lalu, bagaimanakah sejarah Hari Sumpah Pemuda? Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini ulasannya.

Sejarah Hari Sumpah Pemuda

Pada tahun 1920-an, gerakan pemuda Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Para pemuda Indonesia memiliki semangat kebangsaan dan cita-cita merdeka yang tinggi.

Di tahun 1926, diadakanlah Kongres Pemuda yang dilakukan sebagai sebuah upaya untuk mempersatukan visi di antara berbagai organisasi pemuda. Namun, adanya perbedaan pandangan terutama perbedaan bahasa menjadi kendala utama pada saat itu.

Organisasi pemuda tersebut seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond (Pemoeda Soematra), Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia, Pemoeda Kaoem Betawi, dan Sekar Roekoen.

Kongres ini berlangsung selama tiga sesi pertemuan di lokasi yang berbeda. Pertemuan pertama pada malam hari Sabtu tanggal 27 Oktober 1928, berlokasi di Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB) dengan Sugondo Djojopuspito selaku Ketua Kongres memberikan sambutan yang menegaskan pentingnya persatuan di kalangan pemuda.

Gedung Katholieke Jongelingen Bond (KJB) ini terletak di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat yang saat ini ditempati oleh Yayasan Pendidikan Santa Ursula.

Pada pertemuan ini, Mohammad Yamin, salah satu tokoh pemuda yang berperan besar dalam kongres ini juga menyampaikan gagasannya mengenai adanya lima faktor pemersatu bangsa, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Pertemuan kedua, diadakan pada tanggal 28 Oktober pagi di Gedung Oost Java Bioscoop. Pembahasan di pertemuan kedua ini berfokus pada pentingnya pendidikan kebangsaan.

Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro menyampaikan pentingnya pendidikan berimbang antara pendidikan di sekolah dan di rumah, serta anak-anak harus dididik secara demokratis.

Gedung Oost Java Bioscoop ini dulunya berada di Jalan Merdeka Utara dan tidak jauh dari Mahkamah Agung dan Istana Negara. Namun sayangnya gedung itu sudah tidak ada lagi saat ini.

Selanjutnya, rapat terakhir dilaksanakan di Gedung Indonesische Clubgebouw pada sore hari di tanggal 28 Oktober. Di rapat terakhir ini, Soenario dan Ramelan berbicara mengenai nasionalisme, demokrasi, dan pentingnya kepanduan dalam pembentukan karakter pemuda.

Gedung Indonesische Clubgebouw inilah yang saat ini dikenal dengan Museum Sumpah Pemuda. Museum ini terletak di Jalan Kramat Raya No 106, Jakarta Pusat. Museum ini bisa dikunjungi dan terbuka untuk umum.

Rapat ini kemudian diakhiri dengan mendengarkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman yang diiringi oleh alat musik biola, dan di sambut meriah oleh seluruh peserta kongres.

Kemudian, setelah melewati berbagai rapat dan diskusi intens, Kongres Pemuda II akhirnya menghasilkan sebuah ikrar yang dikenal dengan Sumpah Pemuda, yang berisi :

Sumpah Pemuda

Pertama, kami putera dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga, kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia.

Adapun rumusan ini dirumuskan oleh Mohammad Yamin, dibacakan oleh Sugondo Djojopuspito selaku ketua, dan disetujui oleh seluruh peserta kongres. Momen ini kemudian menjadi tonggak sejarah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, karena menunjukkan tekad kuat para pemuda untuk bersatu dan melawan penjajah melalui persatuan dan kesatuan.

Demikian ulasan singkat mengenai sejarah Hari Sumpah Pemuda dan tiga lokasi historisnya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi pembaca setia SINDOnews.

Topik Menarik