Elektabilitas Dedi Mulyadi Moncer, Pakar: Faktor Endorsement Prabowo Luar Biasa
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Elektabilitas pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur (,Cagub-Cawagub) Jawa Barat Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan moncer di angka 75,7 persen. Pakar menilai, tingginya elektabilitas Dedi-Erwan itu dipengaruhi faktor Endorsement Prabowo Subiyanto yang luar biasa.
Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indoneisia pada 3-12 Oktober 2024 lalu, elektabilitas Dedi-Erwan 75,7 persen jauh di atas paslon lain. Pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie 13,8 persen, Acep Adang-Gitalis 4,2 persen, dan Jeje-Ronald 2,7 persen.
"Ada beberapa faktor, salah satunya faktor endorsement Prabowo yang luar biasa. Seperti di tahun 2018, Sudrajat-Syaikhu atau pasangan 'Asik' juga diendorse Prabowo dengan tagline 2019 ganti presiden. Gerindra dan PKS all out dan Jabar selalu memenangkan Prabowo. Sekarang giliran Demul diendorse Prabowo," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi saat memaparkan hasil survei, Senin (14/10/2024).
Kawanan Pencuri Ternak Kuda dan Sapi Dibekuk Aparat Polres Sumba Timur, Satu Diantaranya Pengembala
Pendapat itu diamaini oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan. Menurut Djayadi, endorsement Prabowo menjadi salah satu faktor penyebab moncernya elektablitas Dedi Mulyadi.
Di samping faktor-faktor lain yang menjadi kekuatan mantan Bupati Purwakarta dua periode itu. Misalnya: ketokohan yang begitu kuat, kekuatan partai pendukung, dan sosialisasi masif.
“Dari segi ketokohan saja jomplang sekali dengan tiga lawannya. Dilihat dari kedikenalan dan kedisukaan, juga citra personal Dedi-Erwan cukup jauh. Ini yang membuat Dedi Mulyadi dominan,” kata Djayadi.
Tingkat kedikenalan Dedi Mulyadi sebesar 93,3 persen dengan kedisukaan mencapai 93,2 persen. Sementara rivalnya, jAhmad Syaikhu kedikenalannya 13,1 persen dan kedisukaan 75 persen, Acep dan Jeje di bawah Syaikhu.
Penyebab lain, ujar Djayadi, keterlambatan dari lawan-lawan politik Dedi di Jawa Barat. Keterlambatan inilah yang membuat lawan-lawan Dedi kesulitan menaklukkan luasnya wilayah di Jawa Barat dan kompleksnya sosiokultur di Bumi Parahiangan.
“Mereka very late start, sangat lambat starnya. Sementara Dedi terus mempersiapkan diri dengan pendekatan-pendekatan human interest,” ujar Djayadi.
Karena itu, menurut pakar komunikasi politik Prof Karim Suryadi, jika tidak ada gempa politik di Jawa Barat, akan sulit mengubah tingginya elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan di Pilgub Jabar.
“Selama tidak ada muncul angsa hitam. politik hijrah, ekonomi atau apa, Dedi Mulyadi tetap akan dominan,” kata Prof Karim.
Prof Karim mengatakan, Pilgub Jabar sangat mirip dengan Pilpres 2024. Golkar solid mendukung Prabowo juga Dedi yang kini sudah bukan menjadi kadernya. PKB dan PKS juga konsisten di jalur perubahan.
“Saya kira ini juga yang membuat pemilih PKB dan PKS di Jawa Barat belum solid, karena mereka bingung. Di pusat mendukung penuh Prabowo sedangkan di Jawa Barat berbeda,” ujar Prof Karim.
Yang pasti, tutur Prof Karim, tingginya elektabiltas Dedi Mulyadi adalah buah kerja keras Dedi Mulyadi yang terus menjaga popularitas selama menjadi anggota DPR setelah kalah di Pilgub 2018 lalu.
"Hasil survei ini melambangkan keringat yang sudah dikeluarkan. Bagaiman Dedi Mulyadi muncul di berbagai platfom media sosial, balihonya juga dimana-dimana,” tuturnya.