Kisah Baret Ungu Marinir Diambil dari Selendang Ratu Pantai Selatan, Ampuh Berikan Perlindungan
JAKARTA, iNews.id - Korps Marinir identik dengan Baret Ungu. Pasukan elite TNI AL ini memiliki moto “Jalesu Bhumyamca Jayamahe” yang bermakna “Di Laut dan Darat Kita Jaya”.
Penggunaan warna ungu pada baret Korps Marinir ini diambil dari selendang milik Nyi Roro Kidul. Dalam “Ensiklopedia Korps Marinir”, warna selendang Ratu Pantai Selatan ini menjadi alasan pertama baret Korps Marinir berwarna ungu.
Selendang berwarna ungu milik Nyi Roro Kidul itu dianggap ampuh dalam memberi pengamanan serta perlindungan bagi negara.
Alasan lainnya baret berwarna ungu pada Korps Marinir ini menyerupai warna Bunga Bougenville yang juga berwarna ungu. Jenis bunga itu merupakan bunga yang telah gugur sebelum layu, di mana merupakan lambang dari sebuah pengabdian seorang prajurit Korps Marinir, khususnya dalam memelihara serta mempertahankan keutuhan negara.
Menurut sejarahnya, warna ungu pada baret tersebut juga dikenakan untuk pertama kalinya oleh Korps Marinir saat masih bernama KKO AL. Saat itu masih berupa pita sebagai kode pengaman yang digunakan pada 1958 silam.
Ketika itu, pasukan Korps Marinir terlibat di dalam operasi 17 Agustus yang berupaya memberantas dan menumpas pembangkangan yang dilakukan oleh PRRI di Sumatra Barat. Akhirnya, Korps Marinir pun menetapkan warna ungu pada baretnya pada 1961, tepat saat Batalyon I KKO AL terlibat dalam operasi di Aceh yang dinamakan Operasi Alugoro.
Tidak mudah untuk bisa mendapatkan Baret Ungu. Seorang prajurit Marinir harus menjalani sejumlah tahapan di antaranya, mengikuti Pendidikan Komando (Dikko) yang cukup berat selama kurang lebih 77 hari. Diawali dengan tahap dasar komando, tahap laut, tahap hutan, tahap Gerilya Lawan Gerilya (GLG), dan ditutup dengan Lintas Medan (Limed) Banyuwangi hingga Surabaya sejauh 300 kilometer.
PN Sorong Kirim Perwakilan dalam Aksi Solidaritas Hakim, Dukungan Tuntutan Peningkatan Kesejahteraan
Selain Baret Ungu, prajurit petarung Marinir juga akan mendapatkan Pisau Komando. Pisau tersebut tidak pernah lepas dari lubang kopelrim prajurit di sisi sebelah kiri saat menggunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL). Pisau dengan kekhasan bertuliskan “Marinir” ini terbuat dari baja, berbentuk pipih runcing dengan satu sisi tajam dan sisi atas memiliki gerigi. Ini bukanlah sekedar pakem kelengkapan yang bertujuan untuk menambah nilai estetika uniform prajurit apalagi sekedar gagah-gagahan.
Bentuk pisau Komando Marinir cukup modern menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Apabila sebelumnya pisau Komando Marinir cukup sederhana dengan bahan pendukung bagian pisau dari bahan baja dan gagang pisau dari kayu, saat ini bentuknya lebih menarik dengan tambahan sisi bergerigi tajam yang multi fungsi dalam penggunaannya di lapangan. Berat dan bentuknya juga disesuaikan dengan kebutuhan prajurit Marinir.
Dalam tren penggunaannya, pisau Komando Marinir yang digunakan sejak pasukan ini bernama Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dirancang sebagai pisau tempur untuk mendukung pertempuran jarak dekat para prajurit. Selama penugasan operasi, Pisau Komando ini menjadi bagian terpenting prajurit KKO AL/Marinir di saat menghadapi situasi dan kondisi yang sulit di medan pertempuran, situasi sulit di kala prajurit harus survive di hutan belantara, rawa-rawa atau daerah terisolir serta situasi penyelesaian sasaran musuh dengan penggunaan kekuatan diam-diam dan senyap.
Bagaimana pisau ini digunakan? Sebagai pisau tempur, ujung pisau Komando ini dapat digunakan dengan cara ditusukkan, bagian ujung tajam pisau untuk mengiris dan memotong, bagian bergerigi untuk memotong benda keras seperti logam, besi dan sebagainya termasuk bagian gagang pisau untuk melumpuhkan lawan.
Khusus dalam operasi senyap, pisau ini digunakan dengan cara dilempar sehingga dapat melumpuhkan musuh dalam jarak yang cukup jauh. Khusus yang terakhir ini, merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki prajurit Korps Marinir.