Habitat Harimau Malaya Terganggu oleh Aktivitas Berkendara
Enam harimau Malaya telah mati dalam kecelakaan di jalan raya selama dua tahun terakhir. Jumlah angka kematian sangat signifikan karena jumlah hewan yang ada kurang dari 150 ekor.
Menteri Sumber Daya Alam dan Perubahan Iklim Nik Nazmi bin Nik Ahmad mengatakan insiden terbaru pada 9 November di Jalan Raya Timur-Barat di Gerik, Perak, menunjukkan peningkatan jumlah insiden pada tahun 2023 dan 2024.
“Ini adalah tragedi bagi upaya konservasi satwa liar. Hal ini juga menunjukkan bahwa habitat Harimau Malaya telah terganggu dan terpaksa meninggalkannya,''
“Kementerian berkomitmen untuk melindungi harimau Malaya dan memastikan spesies ikonik yang ditampilkan dalam lambang negara ini tidak punah,” ujar Nik Nazmi seperti dilansir dari The Start
Ia mengatakan hal tersebut sejalan dengan sembilan tindakan luar biasa strategis untuk konservasi Harimau Malaya yang telah disepakati Kabinet pada 21 Juni 2021.
Komitmen pemerintah juga ditunjukkan melalui pembentukan Satuan Tugas Konservasi Harimau Nasional (MyTTF), penguatan penegakan hukum dan patroli oleh community ranger dan Operasi Terpadu Khazanah serta pembentukan Biro Kejahatan Satwa Liar di bawah kepolisian.
“Pemerintah juga mengintensifkan upaya untuk menjamin kelangsungan hidup harimau Malaya melalui Transfer Fiskal Ekologis untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati, yang dimulai pada tahun 2019 dengan alokasi dana sebesar RM60 juta,” katanya, seraya menambahkan bahwa jumlah tersebut meningkat menjadi RM200 juta pada tahun ini dan akan meningkat hingga RM250 juta pada tahun 2025.
“Pemerintah negara bagian juga didorong untuk memberdayakan konservasi habitat harimau Malaya melalui skema akreditasi Conservation Assured/Tiger Standards (CATS),” kata Nik Nazmi.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menghubungi kantor Departemen Perlindungan Satwa Liar dan Taman Nasional (Perhilitan) terdekat atau polisi jika memiliki informasi mengenai kematian harimau Malaya di jalan atau insiden konflik satwa liar lainnya.