Tantang Dominasi Barat, China Kenalkan Jet Tempur Generasi ke-6 'Kaisar Putih'
China telah mengungkapkan visi baru yang berani untuk pertempuran udara masa depan dengan mengungkap jet tempur futuristik yang diklaim Beijing dapat menembus atmosfer Bumi dan beroperasi di luar angkasa. Jet tempur siluman tersebut telah menjadi sorotan utama Zhuhai Airshow 2024, yang dimulai pada 12 November.
Dijuluki Baidi atau "White Emperor" alias "Kaisar Putih," pesawatfuturistikini dipamerkan sebagai bagian dari Proyek Nantianmen yang ambisius. Proyek yang berarti "Gerbang Surga Selatan" itu adalah sebuah inisiatif penelitian untuk mengeksplorasi teknologi kedirgantaraan masa depan China.
Mengutip eurasiantimes, berdasarkan informasi yang diberikan di pertunjukan udara tersebut, Kaisar Putihdirancang sebagai "pesawat tempur antariksa-udara terintegrasi," yang mampu melakukan penerbangan supersonik dan menerobos atmosfer Bumi untuk beroperasi di luar angkasa, sebuah fitur yang menempatkannya di garis depan penerbangan generasi berikutnya.
The Aviation Industry Corporation of China (AVIC), konglomerat kedirgantaraan dan pertahanan milik negara yang menciptakan model pesawat tersebut masih merahasiakan spesifikasi pesawat tempur canggih ini. Kendati demikian, plakatnya memberikan beberapa wawasan tentang fitur-fiturnya. Ruang senjata internal Baidi telah diperluas untuk menampung amunisi udara-ke-darat yang berat, menandakan perannya dalam skenario pertempuran yang serbaguna.
Pesawat tempur Baidi Tipe B juga dipastikan bakal menerima peningkatan avionik yang komprehensif, meningkatkan ergonomi kokpit dan menyederhanakan prosedur perawatan, yang secara efektif meningkatkan kemampuan penyebaran dan efisiensi operasionalnya.
Desainnya yang ramping dan tidak biasa mengingatkan pada pesawat tempur futuristik fiksional F/A 37 "Talon" dalam film "Stealth" yang dirilis tahun 2005 lalu. Seperti halnya di film tersebut, Baidi diperkirakan bakal mengusung elemen kecerdasan buatan (AI), fitur siluman, kemampuan penggabungan data tingkat lanjut, dan persenjataan canggih seperti laser di dalamnya.
Struktur sayapnya yang luar biasa, formasi kompak bergaya delta dengan tepian tajam diperkirakan menekankan kecepatan supersonik dan kelincah, serupa dengan burung predator yang melakukan manuver udara yang cepat dan mematikan. Smentara, setiap kontur dan tepiannya memiliki tujuan tunggal— untuk menyatu dengan langit dan menyerang dengan akurasi mematikan namun tetap tak terdeteksi.
Laporan mengindikasikan bahwa model uji pesawat tempur masa depan ini kemungkinan akan siap pada tahun depan. Versi finalnya diharapkan mencapai kecepatan tertinggi Mach 6, atau enam kali kecepatan suara.
Kendati demikian, para pengamat militer tetap berhati-hati mencatat bahwa meskipun Baidi merupakan konsep yang menarik, kemampuan sebenarnya dan pengembangan masa depannya masih belum pasti.
Terlepas dari ketidakpastian tersebut, dipamerkannya Baidi menandai sebuah langkah dalam upaya berkelanjutan China untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global dalam teknologi kedirgantaraan dan inovasi militer.
Persaingan untuk mengembangkan pesawat generasi keenam telah mencapai puncaknya, dengan beberapa negara berlomba-lomba untuk membangun dominasi di era baru teknologi penerbangan ini. Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) juga tengah mengembangkan pesawat tempur generasi terbaru di bawah program Next Generation Air Dominance (NGAD), Prancis-Jerman dengan program Future Air Combat System (FCAS), dan Inggris-Jepang-Italia dengan proyek Global Combat Air Programme (GCAP).
Di tengah riuhnya adu teknologi dirgantara tersebut, kriteria pasti untuk pesawat tempur generasi keenam sebetulnya masih belum ditetapkan. Hal ini memberikan ruang untuk fleksibilitas, karena setiap negara dapat menetapkan standar teknologi "generasi keenam" sendiri.
Namun, pesawat tempur generasi berikutnya ini diharapkan memiliki kemampuan yang lebih baik, termasuk penerbangan supersonik berkecepatan tinggi, siluman segala arah, dan integrasi senjata berenergi terarah seperti laser dan sistem gelombang mikro berdaya tinggi, yang semuanya akan membutuhkan tenaga mesin yang lebih besar.
Negara yang pertama kali mengembangkan dan menyebarkan jet tempur semacam itu dapat menjadi tolok ukur bagi masa depan penerbangan militer.