Banjir Dahsyat di Valencia, Ilmuwan: Bukti Keganasan Perubahan Iklim

Banjir Dahsyat di Valencia, Ilmuwan: Bukti Keganasan Perubahan Iklim

Teknologi | sindonews | Senin, 4 November 2024 - 14:54
share

Spanyol mengerahkan sekitar 10.000 penyelamat termasuk tentara ke wilayah timur Valencia yang dilanda banjir dahsyat pekan lalu.

Pengumuman tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Pedro Sanchez pada hari Sabtu setelah jumlah korban tewas meningkat menjadi 211 orang dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan semakin intensifnya operasi pencarian dan penyelamatan (SAR).

Harapan untuk menemukan korban selamat semakin tipis setelah seluruh kota di wilayah timur tertutup lumpur tebal.

Sebagian besar kematian tercatat di Valencia di mana tim penyelamat juga bekerja untuk membersihkan sisa lumpur yang menghalangi jalan.

“Bencana ini adalah yang terburuk kedua di Eropa pada abad ini. Kami menyetujui permintaan pemerintah Valencia yang membutuhkan tambahan pasukan keamanan. Ini pengerahan pasukan terbesar akibat bencana alam,” ujarnya.

Menurutnya, upaya pembersihan skala besar dan pendistribusian bantuan termasuk pasokan makanan kepada penduduk yang terkena dampak adalah prioritas utama.

Pihak berwenang juga mendapat kritik dari masyarakat karena lambatnya respons mereka, selain lambatnya sistem peringatan banjir di daerah yang terkena dampak.

Saat ini, sekitar 94 persen rumah telah pulih pasokan listriknya dan beberapa jalan telah dibuka kembali meskipun banyak wilayah yang masih belum dapat diakses karena kerusakan jalan yang parah.

Meski banjir sudah surut, upaya pembersihan diperkirakan memakan waktu beberapa minggu atau bulan.

Sementara itu, para ilmuwan iklim melihat bencana luar biasa tersebut ada hubungannya dengan fenomena pemanasan global akibat aktivitas manusia yang tidak terkendali.

“Banjir parah di Spanyol adalah contoh terbaru dari peristiwa besar dampak iklim ekstrem seperti yang telah diperingatkan para ilmuwan sebelumnya,” jelas Direktur Adaptasi dan Ketahanan Iklim di World Resources Institute, Rebecca Carter.

Topik Menarik