Fakultas Farmasi UNAIR Dorong Desa Pulungdowo Menuju Desa JAREH dengan Pojok Herbal
SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) kembali menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan masyarakat melalui program pengabdian masyarakat. Pada 17 November 2024, tim pengabdian masyarakat Fakultas Farmasi UNAIR menyelenggarakan program tahun ke-2 bertajuk “Pengembangan Tanaman Obat Jahe-Sereh Sebagai Aset Ekonomi Desa Pulungdowo Menuju Desa JAREH” di Dusun Jambu, Desa Pulungdowo, Kabupaten Malang.
Program ini berfokus pada pembentukan Pojok Herbal, yang diharapkan menjadi pusat informasi dan edukasi mengenai tanaman obat bagi masyarakat Desa Pulungdowo. Selain itu, program ini juga mencakup penyuluhan dan pelatihan pembuatan produk herbal yang dikemas secara menarik dan higienis, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing produk lokal.
“Kami ingin menjadikan Desa Pulungdowo sebagai percontohan dalam pemanfaatan tanaman obat, khususnya jahe dan sereh, sebagai aset ekonomi,” ujar Prof. Dr. apt. Wiwied Ekasari, M.Si., Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi UNAIR. Program ini juga merupakan bentuk promosi penggunaan tumbuhan obat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati.
Program ini melibatkan dosen dan mahasiswa dari Fakultas Farmasi UNAIR, Fakultas Ekonomi UNAIR, dan STIKes Panti Waluya Malang sebagai Mitra Pelaksana. Kelompok muda-mudi Dusun Jambu dan kader PKK Desa Pulungdowo turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Desa Pulungdowo memiliki potensi besar dalam pengembangan tanaman obat. Desa ini kaya akan sumber daya alam, termasuk berbagai jenis tanaman obat, umbi-umbian, buah, dan produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan lainnya.
Penduduk Desa Pulungdowo juga mudah diajak bekerja sama dalam menerapkan hal baru. Desa ini bahkan pernah menjuarai lomba Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) tingkat Kabupaten, sehingga setiap rumah memiliki beberapa tanaman yang bermanfaat sebagai tanaman obat.
“Meskipun demikian, penduduk desa belum memiliki pemahaman yang benar mengenai jenis dan manfaat tanaman obat,” tambah Prof. Wiwied. Pojok Herbal diharapkan dapat menjadi pusat informasi dan edukasi, sekaligus membantu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pengembangan produk herbal yang berkualitas.
Program ini terdiri dari dua kegiatan utama. Pertama, tim pengabdian masyarakat memberikan materi mengenai manfaat tanaman obat, khususnya jahe dan sereh, serta pelatihan pembuatan produk herbal yang benar. Materi ini disampaikan oleh Prof. Dr. apt. Wiwied Ekasari, M.Si., dan apt. Suciati, S.Si., Mphil., Ph.D.
Kedua, peserta program menerima buku dan modul penggunaan tanaman obat yang diletakkan di rak etalase di sudut lahan Pojok Herbal. Lahan ini sebelumnya telah ditanami berbagai jenis tanaman herbal yang tumbuh dengan baik.
Dalam pelatihan pembuatan produk herbal, diterapkan metode Experimental Learning, di mana peserta diajak untuk langsung mempraktikkan pembuatan simplisia, teh celup Jarecang, dan daun kelor.
Kepala Desa Pulungdowo, Jangkung Abdi Prayugo, menyambut baik inisiatif ini. “Program ini sejalan dengan rencana pengembangan UMKM desa dan kami berharap hasilnya dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi warga Desa Pulungdowo, terutama dalam peningkatan perekonomian masyarakat yang menuju desa ‘JAREH’,” ujar Kepala Desa.
Budi Heru Priono, Ketua RW 03, juga mengungkapkan antusiasmenya terhadap program ini. “Sebelumnya, warga hanya mengenal nama tanaman saja. Sekarang, kami dapat mengolahnya menjadi berbagai macam produk dan membawa perubahan perekonomian warga meningkat,” ungkap Bapak Budi.
“Kami berharap kegiatan ini dapat berkelanjutan,” sambungnya.
Dana program pengabdian masyarakat ini diperoleh dari RKAT Universitas Airlangga melalui skema Program Pengembangan Desa Binaan (PPDB) tahun 2024. Program ini merupakan aplikasi dari Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam aspek pengentasan kemiskinan, kesehatan, dan kesejahteraan, serta pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.
Diharapkan Pojok Herbal di Desa Pulungdowo dapat menjadi pusat informasi dan edukasi mengenai tanaman obat. Melalui pelatihan yang diberikan, masyarakat desa dapat mengembangkan dan mengolah tanaman obat menjadi produk kesehatan yang memiliki nilai jual kompetitif dan berkontribusi pada aset ekonomi desa