Pengeroyokan Brutal Aktivis Lingkungan di Teluk Bintuni: Seruan Keadilan Menggema
BINTUNI, iNewsSorong.id - Aksi kekerasan yang menimpa Sulfianto, Direktur LSM Panah Papua, memicu kecaman luas dari berbagai kalangan. Insiden brutal ini terjadi di sebuah kafe di Kalitubi, Teluk Bintuni, pada Jumat dini hari (20/12/2024), dan melibatkan sekelompok orang yang melakukan pengeroyokan hingga mengakibatkan luka serius, terutama di bagian kepala korban.
Rekaman CCTV di lokasi kejadian menunjukkan enam pelaku, dua di antaranya mengenakan celana pendek, dengan kejam menyerang Sulfianto. Korban yang telah terjatuh dipukuli, diseret keluar kafe, dan kembali dianiaya di area parkir. Tak berhenti di sana, para pelaku membawa korban ke lokasi sepi, sekitar 5 kilometer dari kafe, menggunakan sepeda motor. Di tempat bernama Tanah Merah tersebut, Sulfianto kembali dianiaya menggunakan batu dan balok, hingga mengalami luka parah di kepala dan tubuh.
BPBD DKI: 1 RT dan 2 Ruas Jalan di Penjaringan Jakut Terendam Banjir Rob, Ketinggian Capai 40 Cm
"Saya juga diintimidasi. Mereka merampas ponsel saya dan memaksa membuka data pribadi," ungkap Sulfianto yang menduga dua pelaku adalah oknum anggota kepolisian. Setelah dianiaya, korban ditinggalkan begitu saja di lokasi terpencil. Dalam kondisi terluka parah, Sulfianto berjalan sejauh 2 kilometer hingga akhirnya mendapatkan bantuan dari seorang anggota TNI yang melintas.
Korban kemudian dibawa ke kediaman mantan aktivis Panah Papua yang kini menjabat sebagai anggota DPRK Teluk Bintuni, sebelum akhirnya dirujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan visum dan perawatan lebih lanjut. Kasus ini dilaporkan ke Polres Teluk Bintuni dengan nomor laporan polisi STTL/LP/B/246/XII/2024.
Insiden ini memicu gelombang kecaman. Anggota DPRD Teluk Bintuni, Roy Marthen Masyewi, dengan tegas menyatakan, "Siapapun pelakunya, hukum harus ditegakkan. Jika tidak, keadilan akan mencari jalannya sendiri." Seruan serupa datang dari Yustina Ogoney, Kepala Distrik Merdey sekaligus Ketua Pemuda Katolik Papua Barat. "Saya menolak tegas segala bentuk intimidasi terhadap aktivis lingkungan. Aparat harus segera menangkap para pelaku," tulisnya di akun media sosial.
Sulfianto dikenal sebagai aktivis yang lantang menyuarakan perlindungan lingkungan di Papua Barat. Kekerasan ini dianggap sebagai ancaman terhadap perjuangan pelestarian lingkungan di wilayah tersebut. Dukungan solidaritas mengalir dari berbagai pihak, menunjukkan pentingnya melindungi para pejuang lingkungan dari aksi premanisme.
Saat ini, korban masih menjalani perawatan medis, sementara masyarakat terus mendesak pihak kepolisian untuk segera menangkap para pelaku dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Kasus ini menjadi perhatian nasional, menyoroti urgensi perlindungan hukum bagi aktivis lingkungan dan upaya menghentikan tindak kekerasan yang mengancam hak asasi manusia.
Publik berharap proses hukum berjalan transparan dan adil. Insiden ini menjadi pengingat pentingnya peran hukum dalam melindungi mereka yang berdedikasi memperjuangkan keadilan sosial dan lingkungan. Sulfianto, dengan luka fisik dan mental yang dideritanya, kini menjadi simbol keberanian yang memerlukan dukungan penuh dari masyarakat dan aparat penegak hukum.