UGM Kukuhkan 3 Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi

UGM Kukuhkan 3 Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi

Terkini | sleman.inews.id | Rabu, 15 Januari 2025 - 07:50
share

YOGYAKARTA, iNewssleman.id - Universitas Gadjah Mada mengukuhkan tiga Guru Besar yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) di Balai Senat Gedung Pusat, Selasa (14/1/2025). Mereka adalah Prof Sri Kuswandari, Prof Heni Susilowati dan Prof Dewi Agustina 

Prof Dewi Agustina yang dikukuhkan di bidang Penyakit Mulut Geriatri pada Fakultas Kedokteran Gigi menyampaikan pidato yang berjudul Peningkatan Kesehatan Mulut sebagai upaya mendapatkan kualitas hidup yang optimal pada lanjut usia. Menurutnya, ada kecenderungan pertambahan populasi penduduk dunia meningkat pesat, termasuk di Indonesia. Hal itu menyebabkan jumlah lansia yang semakin meningkat sehingga menjadi tantangan tersendiri di bidang kesehatan, termasuk soal kesehatan mulut. 

“Selama ini kesehatan mulut belum menjadi prioritas, akibatnya kesehatan dan fungsi mulut semakin memburuk seiring dengan bertambahnya usia,” katanya. 

Konsep ageism (diskriminasi umur) mencerminkan sikap lansia yang menerima kondisi mulutnya yang memburuk dan menganggapnya sebagai sesuatu yang alami dan wajar. Hal ini dipandang menjadi bagian dari proses penuaan yang tidak perlu dianggap sebagai gangguan. 

“Memburuknya kondisi mulut pada lansia tidak semata-mata karena proses menua, tetapi sebagai efek dari akumulasi penyakit mulut yang selama ini diabaikan,” ujar dia.  

Menurutnya, banyak penyakit atau perawatan sistemik berdampak di rongga mulut. Kondisi ini juga memengaruhi pengelolaan penyakit sistemik, bahkan meningkatkan risiko terjadinya penyakit sistemik. 

 

Sementara Heni Susilowati yang dikukuhkan dalam bidang Mikrobiologi dan Imunologi Oral menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul Peran Pseudomonas Aeruginosa dalam Infeksi Rongga Mulut. Menurutnya, perawatan komprehensif kesehatan mulut bagi semua anak, dengan melakukan occlusal guidance, yaitu menuntun erupsi dan perkembangan gigi-geligi sejak periode gigi susu, bercampur dan permanen, sehingga dicapainya gigi-geligi permanen yang stabil, dapat berfungsi normal, dan secara estetik bisa diterima. 

Kalangan dokter gigi perlu mengenalkan konsep perawatan gigi komprehensif kepada anak.  Untuk mencegah terjadinya maloklusi atau susunan gigi dan rahang yang tidak normal harus dilakukan sejak dini, bahkan sejak bayi dilahirkan.

“Stimulasi fisiologis sangat penting untuk mendukung pertumbuhan kompleks kraniofasial yang normal,” ujarnya. 
 
Sedangkan Sri Kuswandari, yang dikukuhkan di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak menyampaikan pidato berjudul Peningkatan Kesehatan Mulut sebagai Upaya Mendapatkan Kualitas Hidup yang Optimal pada Lanjut Usia. Menurutnya, penyakit kering mulut sebagai dampak dari dari jumlah air ludah yang sedikit, sering terjadi pada lansia dan merupakan efek samping dari penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes mellitus dan efek dari pemakaian pengobatan rutin, semisal obat antihipertensi. 

“Kering mulut menyebabkan lansia lebih rentan terhadap penyakit infeksi mulut seperti penyakit gusi, karies karena kebersihan rongga mulut yang kurang baik,” katanya.

Penyakit gusi dan karies, kata Sri Kuswandari, bisa menyebabkan lansia mengalami rasa nyeri pada gigi dan mulut, gangguan makan bahkan menjadi kurang percaya diri, yang akhirnya akan menurunkan kualitas hidup lansia. 

Sekitar 70 persen lansia memiliki kualitas hidup terkait kesehatan mulut yang sangat rendah, sebagai dampak kondisi perawatan mulut yang kurang baik.

Topik Menarik