Guru Besar UMS Prof Kuswaji Dwi Priyono Tekankan Pentingnya Resiliensi saat Bencana
SOLO, iNewsSleman.id – Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kuswaji menekankan pentingnya resiliensi komunitas berkelanjutan dalam menghadapi perubahan dan mengurangi risiko bencana di wilayah tropis.
Dalam pidatonya, Kuswaji menyoroti prinsip-prinsip utama resiliensi komunitas, termasuk kesiapsiagaan, keterlibatan masyarakat, jaringan sosial, dan adaptasi berbasis budaya.
Hal ini disampaikan saat Sidang Senat Terbuka yang pada kesempatan itu UMS mengukuhkan tujuh Guru Besar dari berbagai bidang keilmuan. Acara ini berlangsung di Edutorium K.H. Ahmad Dahlan UMS, Senin (23/12/2024).
“Resiliensi komunitas adalah kemampuan untuk mengatasi, beradaptasi, dan pulih dari dampak bencana. Dalam konteks wilayah tropis seperti Indonesia, pendekatan ini menjadi pondasi dalam pengurangan risiko bencana yang terus meningkat,” jelasnya.
Indonesia, sebagai negara tropis dengan karakteristik iklim dan topografi yang kompleks, sering menghadapi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen bencana selama 10 tahun terakhir adalah bencana hidrometeorologi.
Kuswaji menyebutkan bahwa prinsip resiliensi komunitas meliputi kesiapsiagaan bencana, keterlibatan masyarakat dalam mitigasi, penguatan jaringan sosial, serta akses terhadap informasi yang akurat.
Selain itu, pentingnya adaptasi berbasis pembelajaran dan integrasi pendekatan berkelanjutan menjadi kunci dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap risiko bencana.
Dia juga menyoroti peran pendidikan mitigasi bencana dalam meningkatkan kapasitas masyarakat, termasuk di sektor pendidikan formal seperti sekolah.
“Dengan pemberian materi kebencanaan dalam pembelajaran, siswa dapat mempersepsikan wilayah tempat tinggalnya sebagai bagian dari upaya membangun karakter tanggap bencana,” ujarnya.
Integrasi kearifan lokal menjadi elemen penting dalam perencanaan mitigasi bencana. Nilai-nilai lokal yang berakar pada kebiasaan, kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat dinilai mampu mendorong kesadaran kolektif untuk menghadapi bencana secara efektif.
Selain itu, Kuswaji juga menyampaikan bahwa sebagai organisasi Islam terbesar, Muhammadiyah memainkan peran penting dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang kebencanaan. Dengan pengalaman lebih dari satu abad, Muhammadiyah terus menginisiasi program-program konkret dalam pendidikan, kemanusiaan, dan pembangunan masyarakat.
Salah satu wujud nyata kontribusi Muhammadiyah adalah program ‘Satuan Pendidikan Aman Bencana’ yang bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi dampak bencana di lingkungan pendidikan. Program ini mencakup jalur pendidikan formal, nonformal, maupun informal di seluruh jenjang pendidikan.
Pendekatan budaya dalam membangun resiliensi terhadap bencana menjadi salah satu solusi yang relevan. Kuswaji menjelaskan bahwa resiliensi tidak hanya berbicara tentang kesiapan fisik, tetapi juga mencakup kemampuan masyarakat untuk mengelola, beradaptasi, dan belajar dari pengalaman bencana sebelumnya.
Cek Lokasi dan Jadwal SIM Keliling Polres Tasikmalaya Kota Hari Ini, Senin, 25 November 2024
“Masyarakat Indonesia harus memahami bahwa bencana alam adalah bagian dari kehidupan kita. Dengan memperkuat resiliensi komunitas, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang memiliki peluang yang sama untuk bertahan dan berkembang di tengah tantangan,” tutupnya.