Ini Respons Israel dan Hamas soal Trump Ingin Gusur Warga Gaza ke Yordania dan Mesir
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan gagasan menggusur sementara para warga Palestina dari Gaza ke Yordania dan Mesir. Gagasan itu disambut baik oleh Israel, tetapi juga disambut marah oleh kelompok-kelompok perlawanan Palestina termasuk Jihad Islam dan Hamas.
Pada hari Sabtu, Trump mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan Raja Yordania Abdullah II tentang gagasan pemindahan warga Palestina dari Gaza.
"Saya ingin Mesir mengambil orang. Dan saya ingin Yordania mengambil orang," kata Trump kepada wartawan di Air Force One setelah panggilan teleponnya dengan Raja Abdullah II.
"Itu (Gaza) benar-benar tempat pembongkaran, hampir semuanya dihancurkan dan orang-orang sekarat di sana, jadi saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab dan membangun perumahan di lokasi yang berbeda di mana mereka mungkin dapat hidup dengan damai untuk perubahan," lanjut Trump, menambahkan bahwa dia berharap untuk bisa berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Israel Senang Warga Gaza Digusur
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, seorang penentang keras penghentian perang di Gaza, menyambut baik usulan Trump."Ide untuk membantu mereka menemukan tempat lain untuk memulai kehidupan yang lebih baik adalah ide yang bagus. Setelah bertahun-tahun mengagungkan terorisme, mereka akan mampu membangun kehidupan yang baru dan baik di tempat lain," kata Smotrich dalam sebuah pernyataan.
"Hanya pemikiran yang tidak biasa dengan solusi baru yang akan menghasilkan solusi perdamaian dan keamanan. Saya akan, dengan pertolongan Tuhan, bekerja sama dengan perdana menteri dan kabinet untuk memastikan adanya rencana operasional untuk melaksanakan ini sesegera mungkin," imbuhnya.
Sebagian besar warga Gaza adalah pengungsi Palestina atau keturunan mereka. Segala upaya untuk memindahkan mereka dari Gaza dapat membangkitkan kenangan sejarah kelam tentang apa yang disebut dunia Arab sebagai "Nakba" atau bencana—pemindahan paksa massal warga Palestina selama pembentukan negara Israel pada tahun 1948.
Hamas dan Sekutunya Menentang Ide Trump
Kelompok Jihad Islam Palestina mengecam gagasan Trump merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania, menyebutnya sebagai dorongan untuk "kejahatan perang".Menggambarkan gagasan Trump sebagai "menyedihkan”, kelompok itu, yang berperang mematikan bersama Hamas melawan Israel di Gaza hingga gencatan senjata pada 19 Januari, menyatakan: "Usulan ini termasuk dalam kerangka mendorong kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan memaksa orang-orang kami meninggalkan tanah mereka."
Seorang pejabat senior Hamas juga mengatakan bahwa mereka akan menentang gagasan Trump merelokasi warga Gaza ke Mesir dan Yordania.
"Karena mereka telah menggagalkan setiap rencana pemindahan dan tanah air alternatif selama beberapa dekade, rakyat kami juga akan menggagalkan proyek-proyek tersebut," kata Bassem Naim, anggota biro politik Hamas, kepada kantor berita AFP, yang dilansir Senin (27/1/2025).
Situasi di Gaza
Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun dipicu pada 7 Oktober 2023, ketika pasukan Hamas menyerang Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan menyebabkan tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah Israel.
Gencatan senjata mulai berlaku seminggu yang lalu dan telah menyebabkan pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.