Ukraina Jadi Tambang Emas Pembuat Senjata Barat, Perusahaan AS Terima Rp5.174 Triliun

Ukraina Jadi Tambang Emas Pembuat Senjata Barat, Perusahaan AS Terima Rp5.174 Triliun

Terkini | sindonews | Jum'at, 17 Januari 2025 - 15:56
share

Ukraina disebut telah menjadi peluang yang menguntungkan bagi produsen senjata Barat, yang mendapatkan untung dari pasokan senjata yang memperpanjang konflik. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia seperti dilansir RT.

Berbicara pada pengarahan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, Nebenzia menuduh negara-negara anggota NATO mengeksploitasi konflik di Ukraina untuk memperkaya industri pertahanan mereka.

"Sudah diketahui bahwa Ukraina telah menjadi tambang emas asli untuk kompleks industri militer (AS dan Inggris) dan sekutu mereka. Tapi perusahaan-perusahaan Amerikalah yang paling mendapat untung dari konflik tersebut," tegasnya.

Diplomat Rusia itu menuding, negara-negara Barat lebih memprioritaskan keuntungan ekonomi daripada perdamaian.

"Menurut data terbaru, setengah dari total penjualan senjata pada tahun 2023 diproses oleh 41 perusahaan AS dari 100 besar. Mereka menerima USD317 miliar yang setara Rp5.174 triliun (kurs Rp16.322 per USD), atau 50 dari pendapatan penjualan senjata global," kata Nebenzia.

Perwakilan Rusia untuk PBB itu juga mengutip laporan belum lama ini dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), yang mencatat bahwa pendapatan gabungan dari 100 produsen senjata terbesar di dunia pada tahun 2023 mencapai USD632 miliar yang jika dirupiahkan mencapai Rp10.315 triliun.

"Akan naif untuk mengharapkan bahwa para pedagang yang tidak bermoral ini, yang telah mencicipi rasa lucre, akan menyerah naik kereta demi orang-orang Ukraina yang menyedihkan itu," ungkapnya.

Nebenzia menambahkan, perusahaan militer Barat "sering bertindak bersekongkol dengan rezim Kiev," mengutip contoh 25 lobi asing dan perusahaan konsultan yang mulai mewakili kepentingan Ukraina secara gratis setelah konflik dimulai.

Dia secara khusus menyebutkan BGR Government Affairs, yang kepemimpinannya telah secara terbuka mengadvokasi peningkatan bantuan militer ke Kiev, yang juga mewakili Raytheon Company, pemasok senjata utama AS. Nebenzia juga menuduh bahwa kompleks industri militer AS mendanai lembaga think tank, yang kesimpulannya kemudian dikutip oleh media.

Sebelumnya Kementerian Pertahanan di Moskow melaporkan bahwa Ukraina menembakkan enam ATACM yang disumbangkan AS dan empat rudal jelajah yang diluncurkan dari udara Storm Shadow buatan Inggris, ke pabrik kimia Kamensky di Wilayah Rostov di Rusia selatan.

Sebagai pembalasan atas serangan itu, militer Rusia mengklaim bahwa mereka menyerang pusat komando Ukraina dan menargetkan instalasi sistem rudal anti-pesawat Patriot yang dipasok AS.

Rusia secara konsisten menyatakan bahwa bantuan Barat tidak dapat mencegah pasukannya mencapai tujuan operasi militer mereka atau mengubah hasil akhir konflik. Moskow berpendapat bahwa dengan mendukung Kiev, mereka hanya memperpanjang konflik.

Utusan Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan pasokan senjata Barat ke Kiev menguntungkan perusahaan pertahanan dan hanya memicu konflik lebih lanjut.

Topik Menarik