4 Penyamaran Kopassus Paling Melegenda, Jadi Sopir hingga Kuli Pasar

4 Penyamaran Kopassus Paling Melegenda, Jadi Sopir hingga Kuli Pasar

Nasional | sindonews | Kamis, 16 Januari 2025 - 13:40
share

Terdapat sejumlah kisah penyamaran Kopassus yang paling melegenda. Di antaranya dilakukan dengan menyamar sebagai sopir, pedagang, mahasiswa hingga kuli pasar.

Penyamaran merupakan salah satu keterampilan yang penting dikuasai oleh para prajurit, terutama yang bertugas dalam pasukan elit seperti Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Penyamaran ini bisa menjadi bagian strategi dalam menyelesaikan misi yang diberikan.

Penyamaran anggota Kopassus dapat dilakukan dengan cara menyembunyikan identitas atau berpura-pura tampil sebagai orang lain. Tujuannya beragam, seperti menggali informasi atau menyusup ke wilayah musuh.

Meski begitu, misi penyamaran semacam ini memiliki risiko sangat tinggi. Sebab, jika ketahuan nyawa merek bisa menjadi taruhannya. Berikut ini beberapa kisah penyamaran Kopassus yang paling melegenda.

Penyamaran Kopassus Paling Melegenda

1. Kisah Penyamaran Kopassus Jadi Sopir

Kisah penyamaran ini dilakukan langsung oleh Letjen TNI (Purn) Sutiyoso. Dalam bukunya yang berjudul "Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando”, diceritakan Sutiyoso yang waktu itu masih berpangkat mayor mendapat tugas berat untuk menangkap petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Hasan Tiro pada pertengahan 1970-an.

Awalnya, Sutiyoso sebenarnya tidak masuk dalam daftar pasukan yang diberangkatkan ke Aceh. Namun, menjelang tengah malam, dia mendapat perintah menggantikan Mayor Yani Mulyadi untuk tugas operasi ke Aceh.

Meski kaget, Sutiyoso tetap berangkat. Bersama pasukannya, dia kemudian melakukan Operasi Sandi Yudha dengan sandi Nanggala 27.

Sempat frustrasi karena tidak dapat mengetahui keberadaan Hasan Tiro Cs, Sutiyoso akhirnya mendapat informasi jika juru masak Hasan Tiro kerap mengambil beras di sebuah rumah dekat hutan.

Juru masak itu kemudian ditangkap dan diinterogasi. Dari situ, didapat informasi penting terkait keberadaan Hasan Tiro Cs. Namun, ketika hendak melakukan penyergapan, Hasan Tiro berhasil melarikan diri.

Terus melakukan pengejaran, Sutiyoso menggali keterangan dan mengetahui bahwa Hasan Tiro telah mengutus Menteri Keuangan GAM bernama Usman ke rumah seorang guru ngaji. Dari situ, diketahui bahwa Usman nantinya akan pergi ke rumah seorang pengusaha di Lhokseumawe.

Mendapat informasi berharga dari guru ngaji itu, Sutiyoso memakai siasat dengan menyamar sebagai pebisnis guna mengajak bertemu pengusaha yang ditemui Usman. Setelahnya, diagendakan pertemuan di antara keduanya.

Saat pertemuan dimulai, Sutiyoso yang didampingi Kapten Lintang Waluyo langsung menodongkan pistol kepada pengusaha tersebut. Sutiyoso kemudian juga mengorek keterangan mengenai keberadaan Hasan Tiro Cs.

Sempat terhambat masalah izin operasi, Sutiyoso kemudian meminta agar pengusaha tadi untuk menjadikannya sopir pribadi yang baru. Dalam perjalanan, Sutiyoso kembali menekankan pengusaha dan sekretarisnya untuk tidak macam-macam.

”Kamu bilang saja duitnya sudah ada, tapi di hotel harus ambil sendiri karena takut membawanya. Jangan coba-coba melarikan diri, kamu berdua bisa mati sebab rumah tersebut sudah dikepung pasukan saya,” gertak Sutiyoso.

Setelah kesepakatan, Sutiyoso kemudian menjadi sopir pribadi si pengusaha. Mereka bergerak menuju kediaman kakak Usman.

Saat sampai di tujuan dan memarkir kendaraan, Sutiyoso kaget karena sekretaris keluar rumah dengan tergesa-gesa. Ternyata sekretaris tersebut hanya ingin memberi tahu jika Usman ada di rumah tersebut.

“Kamu ikut bujukin dia lagi, supaya mau mengambil uangnya di hotel,” kata Sutiyoso.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya Usman bersama pengusaha dan sekretarisnya keluar rumah. Usman kemudian menyeberang dan mendekati mobil Sutiyoso. Tampak sekali keraguan dari wajah Usman sebelum masuk ke dalam mobil.

Setelah mobil melaju sekitar 50 meter, Sutiyoso lalu memberi kode sandi kepada Kapten Lintang dengan mengedipkan lampu pendek dua kali dan panjang. Sesuai rencana, Kapten Lintang bersama dua orang lainnya bergerak menghentikan laju kendaraan yang dikemudikan Sutiyoso.

Mereka kemudian masuk dan memborgol Usman. Waktu itu, Usman menduga mobilnya sedang dirampok karena hendak mengambil uang.

Saat dibawa ke Guest House Hotel Iskandar Muda, Sutiyoso mengambil banyak informasi dari Usman, termasuk keberadaan Hasan Tiro. Segera, dia memerintahkan pasukan untuk bergerak ke lokasi yang dituju.

Pada operasi penyergapan itu, sebagian besar petinggi GAM mulai dari para menteri GAM dan Gubernur Pidie ditangkap. Hanya Hasan Tiro yang lolos dan melarikan diri ke Malaysia karena dia sudah dianggap wali oleh masyarakat Aceh. Hasan Tiro dibawa kabur lewat pantai utara yang tidak dijaga oleh aparat keamanan.

2. Penyamaran Kopassus Jadi Penjual Durian

Kisah penyamaran ini melibatkan Sersan Badri (nama samaran). Dia adalah anggota Sandi Yudha Kopassus yang menyamar menjadi penjual durian untuk menyusup ke markas Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Cerita penyamaran tersebut dimuat dalam buku "Kopassus Untuk Indonesia" karya Iwan Santosa E.A Natanegara. Suatu hari, Sersan Badri mengantarkan dagangan berupa durian dari Medan ke Lhokseumawe

Setiap melewati pos penjagaan TNI, Badri mendapati hal menarik saat diminta memberikan durian untuk prajurit penjaga. Dia pernah memberikan durian dengan jumlah banyak, karena mengetahui ada satu peleton yang berjaga di pos tersebut.

"Saya pernah memberikan dua buah durian tapi malah dimarahi dan ditempeleng. Mereka bilang, kalau untuk GAM pasti saya memberi banyak. Di sini ada satu peleton yang berjaga, mana cukup kalau cuma dua buah durian?" kenangnya.

Selama setahun, Sersan Badri yang menyamar berhasil memetakan situasi di Aceh, khususnya di Lhokseumawe yang menjadi pusat kekuatan militer GAM. Dia juga sukses mendekati para petinggi GAM dan mengaku berjuang bersama GAM.

Setelah pemberlakuan Darurat Militer pada 2003, ruang gerak GAM semakin sempit. Kemudian, usai Hari Raya Idul Fitri 2004, datang perintah untuk menangkap tokoh kunci GAM, hidup atau mati.

"Semua tokoh kunci yang menjadi sasaran berada di Cot Girek. Hingga saya pamit pukul 15.00 mereka masih ada di sana. Saya pun masih sempat memberi informasi terakhir kepada induk pasukan. Hari H dan Jam serangan ditetapkan," tutur Badri.

Pada perjalanan penyamarannya, Badri pernah diuji kesetiaannya oleh para petinggi GAM, termasuk dengan menyembunyikan anggota keluarga mereka. Namun, semua itu tidaklah sia-sia karena Badri berhasil menemukan 125 senapan milik GAM yang diselundupkan dari Thailand dan Malaysia, mengungkap sumber keuangan GAM, termasuk perdagangan ganja kering dari Aceh Timur dan Aceh Utara yang dikirim ke Malaysia, serta pajak dari perusahaan besar dan warga setempat.

3. Penyamaran Kopassus Jadi Mahasiswa

Pada buku “Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando” dikisahkan bahwa Sutiyoso adalah orang pertama yang ditugaskan menyusup ke perbatasan Timtim oleh Ketua G-1/Intelijen Hankam Mayjen TNI LB Moerdani. Dalam misi berbahaya itu, Sutiyoso yang merupakan perwira intelijen Kopassus secara rahasia dan senyap masuk ke daerah musuh sendirian untuk mengetahui kekuatan lawan.

Demi memuluskan misinya, Sutiyoso menyamar sebagai mahasiswa yang tengah melakukan penelitian.

”Hal itu dilakukan karena bila tertangkap musuh, saya tidak bakal kembali dalam keadaan hidup,” kenangnya.

Setibanya di Atambua, Sutiyoso yang masih berpangkat Kapten mencari penerjemah. Keduanya lalu masuk ke perbatasan Timtim dengan menunggang kuda dan mulai mengamati wilayah sekitarnya.

Setelah memperhatikan secara cermat, Sutiyoso menemukan dua titik yang bisa menjadi pintu masuk ke Timtim. Kemudian, Sutiyoso kembali ke Atambua untuk melaporkan kepada Kolonel Dading dan Mayjen TNI LB Moerdani.

4. Penyamaran Kopassus Jadi Kuli Pasar

Masih dari sumber yang sama, Sutiyoso mendapat informasi penting dari perwira Kopassandha (sekarang Kopassus) Mayor Toni Sumardjo yang ditugaskan sebagai perwakilan Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) di Atambua. Informasi itu berkaitan dengan Pasar Batugede, kota terdekat masuk wilayah Timtim yang memungkinkan orang Indonesia bisa masuk ke sana pada hari-hari tertentu untuk melakukan transaksi jual beli dengan membawa surat keterangan.

Dari situ, Sutiyoso berencana kembali menyusup masuk ke wilayah musuh melalui Pasar Batugede. Meski tidak diizinkan, atas inisiatif sendiri, Sutiyoso memberitahu Mayor Toni Sumardjo untuk masuk Batugede.

Menariknya, Sutiyoso masuk ke Batugede dengan menyamar sebagai kuli toke atau pedagang asal China yang membawa truknya ke sana. Saat itu, dia ditemani Yunus Yosfiah, Komandan Tim Susi yang sudah dipersiapkan ke Timtim sedang melakukan peninjauan ke Atambua.

Keduanya menyamar layaknya kuli dengan mengangkut barang. Sambil mengangkat barang, Sutiyoso mengamati semua keadaan terutama yang menyangkut tentara, polisi dan peralatannya.

Tiba-tiba, datang helikopter dari Dili ke Batugede. Sutiyoso kemudian mendapat informasi bahwa yang datang adalah polisi militer Timor Portugis dari Dili.

Polisi militer itu datang untuk memeriksa para pendatang, karena ditakutkan ada penyusup. Beruntung, Sutiyoso luput dari kecurigaan polisi militer yang muncul.

Hal tersebut mungkin karena postur tubuhnya yang kecil serta memelihara rambut panjang. Sutiyoso pun mengetahui banyak hal dari penyusupan tersebut dan membagikan temuan-temuannya untuk TNI.

Topik Menarik