Rupiah Berakhir Ambruk ke Rp16.325 per Dolar AS usai BI Rate Dipangkas
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terpantau ambruk ke zona merah, usai Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan alias BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,75. Hari ini kurs rupiah terpantau melemah 55,5 poin atau 0,34 menjadi Rp16.325 per dolar AS.
Keterpurukan kurs rupiah juga terpantau dalam data JISDOR BI hari ini. Nilai rupiah tercatat jatuh ke Rp16.311/USD dibandingkan sesi sebelumnya pada posisi Rp16.265 per dolar AS.
Hal ini juga sejalan dengan sentimen global dan domestik. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah ini juga disebabkan oleh sentimen eksternal yaitu para pelaku pasar dengan hati-hati menunggu laporan indeks harga konsumen AS dan juga mencermati data ekonomi dengan saksama untuk melihat apakah data tersebut mendukung sikap hati-hati Fed terhadap suku bunga.
"Pasar sekarang mengantisipasi hanya satu penurunan suku bunga tahun ini, penyesuaian tajam dari ekspektasi sebelumnya yaitu empat kali penurunan sebelum pertemuan Fed pada bulan Desember, menurut Fedwatch," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (15/1/2025).
Presiden terpilih Donald Trump yang akan memulai masa jabatan kedua minggu depan, fokus telah tertuju pada kebijakannya yang menurut para analis akan meningkatkan pertumbuhan dan tekanan harga. Ancaman tarif bersama dengan lebih sedikit penurunan suku bunga Fed yang diperkirakan telah mengangkat imbal hasil Treasury dan mendukung dolar AS.
Di sisi lain, Presiden Korea Selatan, Yoon ditangkap karena darurat militer Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan Yoon Suk Yeol ditangkap pada hari Rabu atas upayanya yang gagal untuk menegakkan hukum militer pada akhir tahun 2024, menurut laporan media lokal.
Fokus minggu ini akan tertuju pada beberapa indikator ekonomi utama yang akan memberikan wawasan tentang kinerja ekonomi Tiongkok pada penutupan tahun 2024. Angka Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut untuk tahun 2024 akan dirilis pada hari Jumat. Selain itu, data produksi industri Desember, dan angka penjualan ritel juga akan dirilis pada hari Jumat.
Reses 1 Tahun 2024, Fauzi Desviandy Anggota DPRD Tampung Aspirasi Masyarakat Cibeber-Cilegon
Dari sentimen domestik, ada risiko global yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 dan high-for-longer rate suku bunga The Fed, akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment. Melebarkan current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation.
Oleh karena itu, dalam pertemuan hari ini, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,00 dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,50.
Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ke depan, BI akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi, serta dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan suku bunga moneter lebih lanjut
Dukung Timnas Indonesia Hadapi Vietnam di AMEC 2024, Nobar SuperShow Hadir di Bilangan Fatmawati
Selain itu, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD2,24 miliar pada Desember 2024. Surplus pada Desember sejalan dengan proyeksi ekspor pada Desember masih akan tumbuh sebesar 7,6 persen (year on year/yoy) sementara impor tumbuh lebih tinggi mencapai 10,4.
Realisasi tersebut melanjutkan tren surplus neraca dagang Indonesia dalam 56 bulan terakhir. Tren surplus tersebut sudah bertahanan sejak Mei 2020. Kendati demikian, realisasi tersebut turun USD2,1 miliar dibandingkan bulan lalu.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup menguat direntang Rp16.290 - Rp16.340 per dolar AS.