Daftar Pelatih Eropa dalam Sejarah Timnas Indonesia: Apa Selalu Lebih Baik?
Di tengah ramainya isu pemecatanShin Tae-yong, sejumlah pihak menyarankan agar PSSI mencari pelatih asal Eropa untuk meningkatkan performa Timnas Indonesia. Media asing seperti Tuttosport bahkan menilai pelatih dari Benua Biru lebih unggul dalam hal taktik dibandingkan pelatih asal Asia. Namun, apakah pelatih Eropa benar-benar menjadi jaminan keberhasilan bagi Timnas Indonesia?
Berikut ini adalah deretan pelatih asal Eropa yang pernah menukangi Timnas Indonesia beserta prestasinya.
1. Antun Pogacnik (Kroasia, 1954-1963)
Antun Pogacnik adalah pelatih asal Kroasia yang meninggalkan jejak besar dalam sejarah sepak bola Indonesia. Selama sembilan tahun kepemimpinannya, Timnas Indonesia menjelma menjadi kekuatan yang disegani di Asia pada era 1950-an.
Pogacnik membawa Indonesia meraih medali perunggu di Asian Games 1958, sebuah prestasi yang belum pernah terulang hingga saat ini. Salah satu momen ikonik lainnya adalah saat Timnas bermain imbang 0-0 melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956. Kala itu, Uni Soviet diperkuat oleh Lev Yashin, kiper legendaris yang dikenal dunia.
2. Wiel Coerver (Belanda, 1975-1976)
Wiel Coerver adalah pelatih asal Belanda yang dikenal dengan pendekatan revolusionernya dalam melatih sepak bola. Metode latihan “Coerver Method” yang ia kembangkan menjadi inspirasi hingga kini.
Bersama Timnas Indonesia, Coerver nyaris membawa Garuda lolos ke Olimpiade Montreal 1976. Sayangnya, langkah itu terhenti setelah kalah dari Korea Utara di babak kualifikasi. Meskipun hanya sempat melatih selama satu tahun, warisan Coerver tetap dikenang dalam perkembangan sepak bola Indonesia, khususnya pada aspek teknis.
3. Anatoliy Polosin (Rusia, 1989-1991)
Anatoliy Polosin adalah pelatih asal Rusia yang dikenal dengan gaya kepelatihan disiplin dan fokus pada kebugaran pemain. Pendekatan ini membuahkan hasil besar saat Indonesia merebut medali emas SEA Games 1991.
Di final, Timnas Indonesia berhasil menundukkan Thailand lewat drama adu penalti. Keberhasilan ini menjadi salah satu momen paling berkesan dalam sejarah sepak bola Indonesia, sebelum medali emas SEA Games kembali diraih pada tahun 2023.
4. Alfred Riedl (Austria, 2010-2016)
Nama Alfred Riedl tak asing di telinga penggemar sepak bola Indonesia. Ia memimpin Timnas di tiga periode berbeda dan sukses membawa Garuda menjadi runner-up di Piala AFF 2010 serta 2016.
Meski gagal meraih gelar juara, gaya permainan Timnas yang atraktif di bawah asuhannya tetap mendapatkan tempat istimewa di hati penggemar. Nama-nama seperti Bambang Pamungkas dan kawan-kawan kala itu menjadi simbol era keemasan sepak bola modern Indonesia.
5. Luis Milla (Spanyol, 2017-2018)
Luis Milla adalah pelatih yang memperkenalkan gaya bermain Spanyol, dengan umpan-umpan pendek dan permainan menyerang, kepada Timnas Indonesia. Dalam masa kepemimpinannya, Milla membawa Indonesia meraih medali perunggu di SEA Games 2017 dan melangkah hingga babak 16 besar Asian Games 2018.
Pasukan Muda Timnas Indonesia Jadi Inspirasi, Filipina Turunkan Kiper SMA di Piala AFF 2024
Di kancah internasional, Luis Milla dikenal sebagai pelatih yang pernah membawa Timnas Spanyol U-21 menjadi juara Piala Eropa. Sayangnya, kiprah Milla bersama Timnas Indonesia harus terhenti setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh PSSI.
Apakah Pelatih Eropa Selalu Lebih Baik?
Sejumlah pihak berpendapat bahwa pelatih asal Eropa tidak selalu menjadi solusi terbaik untuk Timnas Indonesia. Raja Isa, seorang pelatih asal Malaysia-Indonesia, menyebut bahwa keberhasilan sebuah tim lebih dipengaruhi oleh adaptasi pelatih terhadap kultur sepak bola lokal."Pelatih Eropa tidak menjamin keberhasilan. Yang penting adalah pemahaman terhadap gaya dan kultur sepak bola Indonesia," ujar Raja Isa. Ia juga mencontohkan Kamboja yang berkembang di bawah pelatih asal Jepang.
Kini, di tengah spekulasi penggantian Shin Tae-yong, PSSI menghadapi tantangan besar untuk menentukan masa depan Timnas Indonesia. Apakah pelatih Eropa akan kembali menjadi pilihan, atau justru opsi lain yang lebih memahami karakteristik sepak bola Asia? Waktu yang akan menjawab.