5 Peristiwa Penting di Timur Tengah yang Jadi Perhatian pada 2025

5 Peristiwa Penting di Timur Tengah yang Jadi Perhatian pada 2025

Global | sindonews | Jum'at, 27 Desember 2024 - 02:20
share

Kawasan Timur Tengah memasuki tahun 2025 di bawah beban serangkaian peristiwa seismik yang dapat membentuk kembali lanskap geopolitik selama bertahun-tahun mendatang.

Dari dinamika kekuatan Suriah yang berubah hingga perang di Gaza, hasil dari momen-momen penting ini akan bergema jauh melampaui kawasan tersebut. Dengan berbagai lapisan konflik dan diplomasi, tahun 2025 siap menjadi tahun transformasi.

5 Peristiwa Penting di Timur Tengah yang Jadi Perhatian pada 2025

1. Pelantikan Trump dan perubahan hubungan AS-Timur Tengah

Dengan Donald Trump yang akan memangku jabatan presiden Gedung Putih pada Januari 2025, implikasinya bagi Timur Tengah akan sangat mendalam. Kebijakan Trump yang mengutamakan Amerika, dikombinasikan dengan pendekatannya yang sering kali transaksional terhadap diplomasi, dapat memicu ketidakstabilan regional saat aliansi dikalibrasi ulang. Dukungan Trump yang tak tergoyahkan untuk Israel, khususnya dalam perangnya di Gaza, diperkirakan akan semakin dalam.

Meskipun Trump secara umum mendukung tindakan Israel, sikap pemerintahannya terhadap Palestina mungkin dibentuk oleh kecenderungan isolasionis dari tokoh-tokoh penting seperti Wakil Presiden terpilih James David Vance. Pendekatan Trump yang kontradiktif menambah kompleksitas lebih lanjut di kawasan tersebut. Ia menyerukan diakhirinya perang di Gaza sambil memberi tahu Benjamin Netanyahu, yang menghadapi tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, untuk 'melakukan apa yang harus Anda lakukan'.

Melansir Arab News, bagi negara-negara Arab, khususnya yang dekat dengan Iran, seperti Arab Saudi dan UEA, terpilihnya kembali Trump dapat menandakan sikap keras terhadap Teheran. Pemerintahannya kemungkinan akan meningkatkan tekanan terhadap Iran, yang berpotensi memicu kembali ketegangan atas pengembangan nuklir dan uji coba rudal. Tekanan ini dapat memicu ketidakstabilan yang lebih besar di Teluk dan bagian lain kawasan tersebut, karena Iran tidak akan ragu untuk membalas.

2. Pemerintahan transisi Suriah dan berakhirnya rezim Assad

Melansir Arab News, transisi Suriah yang sedang berlangsung, yang akan menandai berakhirnya masa jabatan pemerintah transisi pada Maret 2025, akan menjadi titik balik yang penting bagi negara tersebut. Aktor eksternal, khususnya Turki dan Israel, akan memainkan peran yang menentukan dalam transisi ini, mengingat kepentingan mereka yang saling bersaing dalam masa depan negara tersebut.

Turki, setelah mendukung kelompok oposisi, telah memperluas pengaruhnya di Suriah utara, dan dengan keluarnya Bashar al-Assad, Ankara bertujuan untuk memperkuat pengaruhnya sambil melawan cengkeraman Iran di kawasan tersebut.

Namun, Israel memiliki rencana lain. Meskipun menyambut baik melemahnya pengaruh Iran, Israel tetap waspada terhadap meningkatnya peran Turki dan potensinya untuk membentuk tatanan Suriah pasca-Assad. Israel juga telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Suriah dan wilayah pendudukan, dalam upaya untuk memastikan bahwa Suriah tetap lemah dan tidak mampu menantangnya.

Perebutan geopolitik antara kekuatan-kekuatan ini kemungkinan akan meningkat pada tahun 2025, karena masing-masing bersaing untuk menguasai negara Suriah yang terpecah belah. Suriah diperkirakan akan tetap menjadi titik api ketegangan Turki-Israel, dengan kedua belah pihak bermanuver untuk mengamankan kepentingan strategis mereka.

3. Pembentukan pemerintahan dan krisis ekonomi Lebanon

Melansir Arab News, krisis politik Lebanon yang terus-menerus telah membuat negara itu terombang-ambing, tidak mampu membentuk pemerintahan yang berfungsi penuh sejak protes tahun 2019. Pada tahun 2024, Lebanon menghadapi tekanan yang meningkat untuk membentuk pemerintahan baru karena menghadapi keruntuhan ekonomi, inflasi, dan devaluasi pound Lebanon. Kekosongan kepemimpinan dan kelumpuhan kelembagaan memperburuk situasi yang sudah mengerikan.

Seruan internasional untuk pemerintahan yang lebih inklusif terus meningkat, terutama dari AS dan Eropa, yang menuntut pemerintahan yang berfungsi untuk mengatasi keruntuhan ekonomi Lebanon dan meningkatnya ancaman keamanan. Namun, pengaruh Hezbollah yang terus berlanjut dalam struktur politik Lebanon, meskipun kelompok tersebut sangat dilemahkan oleh perang Israel baru-baru ini, mempersulit prospek reformasi yang berarti.

Pada tahun 2025, Lebanon mungkin akan terjebak antara kebutuhan akan bantuan internasional dan tuntutan internal untuk kedaulatan. Ketahanan sistem politiknya dan kemampuan untuk membentuk pemerintahan kemungkinan akan menentukan apakah Lebanon akan bangkit dari krisisnya atau terus terjerumus ke dalam disintegrasi yang lebih jauh.

4. Meningkatnya kekerasan di Gaza dan jalan yang tidak pasti ke depannya

Melansir Arab News, Perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang meskipun ada pembicaraan gencatan senjata tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda, telah merenggut nyawa lebih dari 45.000 warga Palestina, dan melukai lebih dari 100.000 orang sejak 7 Oktober 2023.

Operasi militer Israel terus menewaskan puluhan warga Palestina setiap hari.

Upaya masyarakat internasional untuk memediasi gencatan senjata akan diuji berat pada tahun 2025, terutama di bawah bayang-bayang pemilihan kembali Trump. Sikapnya yang teguh AS untuk Israel, termasuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kotanya dan mendukung perluasan permukiman, menunjukkan bahwa masa jabatan keduanya dapat lebih memberdayakan gerakan pemukim.

Sementara aneksasi penuh mungkin berbenturan dengan ambisinya untuk kesepakatan yang lebih luas di bawah Perjanjian Abraham—yang bertujuan untuk menormalisasi hubungan Israel dengan Arab Saudi—pendekatan AS yang lebih permisif dapat memicu permukiman Israel yang mengakar di Tepi Barat. Ini kemungkinan akan memicu perlawanan yang lebih besar tidak hanya di Palestina tetapi juga di seluruh dunia Arab, yang berpotensi memicu kerusuhan yang lebih luas.

5. Perang Yaman: Medan pertempuran utama

Perang Yaman kini memasuki tahun kesembilan. Meskipun gencatan senjata telah berlangsung lama, belum ada tanda-tanda solusi politik. Konflik yang membeku antara pemerintah yang didukung Saudi dan pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan Iran, terus memicu persaingan regional. Meningkatnya keunggulan Houthi dalam 'Poros Perlawanan' dapat menyebabkan pengaruh Iran yang lebih besar, yang ingin dicegah oleh Israel dan sekutunya.

Melansir Arab News, Israel diperkirakan akan mengintensifkan operasi militer terhadap target-target Houthi, sementara Houthi sendiri kemungkinan akan memperluas jangkauan mereka, khususnya di Laut Merah dan Tanduk Afrika, dalam upaya untuk mengganggu jalur pelayaran yang vital bagi perdagangan global. Yaman dapat menjadi titik fokus yang lebih kritis dalam pertikaian yang lebih besar antara Iran dan lawan-lawan regionalnya.

Topik Menarik