Masjid Kuno Diklaim Sebagai Kuil, Muslim dan Aparat Bentrok di India

Masjid Kuno Diklaim Sebagai Kuil, Muslim dan Aparat Bentrok di India

Global | sindonews | Kamis, 28 November 2024 - 02:02
share

Bentrok di India yang melibatkan sejumlah umat Muslim dan aparat telah memakan empat korban sampai saat ini. Atas tragedi ini pihak berwenang langsung menutup sekolah dan menangguhkan layanan internet di kota India utara pada hari Senin (25/11/2024).

Dilansir dari AP News, hampir 1.000 pengunjuk rasa Muslim berkumpul di luar Masjid Shahi Jama di Sambhal, di negara bagian utara Uttar Pradesh, pada hari Minggu untuk mencegah menentang sebuah petisi dari seorang pengacara Hindu yang mengklaim masjid tersebut dibangun di lokasi sebuah kuil Hindu, kata para pejabat.

Kelompok aktivis Hindu, sebagian besar terkait dengan partai berkuasa Perdana Menteri Narendra Modi, telah mengklaim bahwa beberapa masjid di India dibangun di atas kuil Hindu berabad-abad yang lalu selama kekaisaran Muslim Mughal.

Masjid Shahi Jama di Sambhal

Masjid Jama “adalah monumen yang dilindungi”, yang diumumkan pada tanggal 22 Desember 1920 berdasarkan Bagian 3, sub-bagian (3) dari Undang-Undang Pelestarian Monumen Kuno, 1904.

Masjid ini telah “dinyatakan sebagai Monumen Penting Nasional dan tercantum di situs web ASI, divisi Agra Circle Moradabad” dalam daftar monumen yang dilindungi secara terpusat.

Akar Masalah Bentrok di India

Sebelumnya, pengadilan setempat mengizinkan survei tersebut berdasarkan petisi yang diajukan oleh delapan penggugat yang dipimpin oleh pengacara pro-Hindutva Hari Shankar Jain yang mengklaim masjid abad ke-16 itu dibangun di lokasi kuil Hindu.

Survei pertama yang dilakukan pada tanggal 19 November diselesaikan dengan kerja sama masyarakat setempat. Umat Muslim mengatakan pengadilan terburu-buru melakukan survei dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan kasus mereka, ditambah dengan munculnya sebuah petisi kontroversial.

Petisi tersebut menyatakan bahwa “Sambhal adalah kota bersejarah dan memiliki makna unik yang berakar dalam kitab-kitab Shastra Hindu, yang menyatakan bahwa kota tersebut merupakan situs suci tempat perwujudan Dewa Wisnu yang dikenal sebagai Kalki muncul di masa depan, sosok Dewa yang belum pernah muncul sebelumnya”.

Petisi tersebut mengatakan bahwa "kitab suci Hindu menegaskan bahwa pada zaman dahulu muncul sebuah 'Vigrah' unik yang terdiri dari Dewa Wisnu dan Dewa Siwa dan karena alasan ini, kuil tersebut disebut kuil 'Shri Hari Har'. Dikatakan bahwa "kuil Shri Hari Har di Sambhal dibangun oleh Dewa Vishwakarma sendiri pada awal mula alam semesta".

Hal tersebut lantas membuat mayoritas masyarakat Muslim emosi dan mulai berunjuk rasa. Sebuah video memperlihatkan pemandangan pelemparan batu dan kendaraan dilalap api saat polisi menggunakan senjata api.

Peristiwa ini bukanlah yang pertama di India, sebab sebelumnya sempat terjadi pertikaian mengenai Masjid Babri di kota Ayodhya, Uttar Pradesh, yang dihancurkan pada tahun 1992 oleh massa Hindu, yang mengklaim bahwa masjid abad ke-16 itu dibangun sebagai lokasi kuil untuk Dewa Ram.

Pembongkaran masjid tersebut menyebabkan kerusuhan agama yang menewaskan hampir 2.000 orang, sebagian besar Muslim, di seluruh India.

Para politisi dan aktivis oposisi menuduh pemerintah negara bagian yang dipimpin oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berhaluan nasionalis Hindu telah “mengatur” survei tersebut untuk memecah belah umat Hindu dan Muslim.

Anggota parlemen Liga Muslim India Muhammed Basheer menyerukan mosi di Parlemen untuk membahas pembunuhan para pengunjuk rasa dan mengecam keputusan survei masjid.

Para ahli mengatakan kaum nasionalis Hindu menjadi semakin berani setelah Modi awal tahun ini meresmikan kuil Hindu kontroversial yang dibangun di atas reruntuhan masjid Babri, dalam sebuah kemenangan politik bagi pemimpin populis yang diduga berusaha mengubah negara itu dari demokrasi sekuler menjadi negara Hindu.

Beberapa kritikus menyatakan bahwa survei terhadap masjid tersebut bertentangan dengan semangat Undang-Undang Tempat Ibadah 1991. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa "karakter religius suatu tempat ibadah yang ada pada tanggal 15 Agustus 1947 harus tetap sama seperti yang ada pada hari kemerdekaan India dari kekuasaan Inggris.

Topik Menarik