Entaskan Kemiskinan di ASEAN, Baznas Dorong Kolaborasi Pengelolaan Zakat Antarnegara
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mendorong kolaborasi regional antarnegara ASEAN dalam pengelolaan zakat. Hal ini sebagai bagian dari langkah strategis untuk mendukung pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan umat.
Hal itu mengemuka dalam Konferensi Zakat Internasional ke-8 atau The 8th International Conference on Zakat (ICONZ) 2024 yang diselenggarakan di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.
Wakil Ketua Baznas Mokhamad Mahdum mendorong inisiatif kolaboratif antarnegara ASEAN untuk menciptakan kerangka kerja zakat bersama yang efektif, transparan, dan akuntabel.
"Di ASEAN, kita memiliki tantangan serupa, yaitu bagaimana zakat dapat menjadi instrumen yang lebih signifikan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Namun, perbedaan regulasi dan praktik antarnegara kerap menjadi hambatan dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang terpadu," ujar Mo Mahdum, Minggu (22/12/2024).
Senjata Api AKP Dadang Iskandar Berisi 15 Butir Peluru, 2 Ditembakan ke AKP Ryanto Ulil Anshar
Menurutnya, dalam mengatasi tantangan tersebut, diperlukan rasionalisasi kerangka kerja bersama yang meliputi standardisasi pengelolaan zakat, penguatan solidaritas Islam, serta mekanisme pengumpulan dan pendistribusian zakat lintas negara.
Sebagai langkah awal, lanjut Mo Mahdum, BAZNAS mendorong dilaksanakannya rencana aksi zakat regional yang melibatkan pemangku kebijakan dari seluruh negara ASEAN. “Melalui rencana aksi ini, kita bisa mengidentifikasi tantangan dan solusi bersama, sehingga tercipta langkah-langkah efektif dalam pengelolaan zakat regional,” jelas Mo Mahdum.
Baznas juga mengusulkan pembentukan asosiasi zakat ASEAN yang berfungsi sebagai forum koordinasi dan kerja sama antarlembaga zakat di kawasan. Asosiasi ini diharapkan dapat menjadi wadah berbagi praktik terbaik, mengatasi hambatan regulasi, dan memperkuat kapasitas kelembagaan dalam mengelola zakat.
"Kolaborasi di tingkat ASEAN harus menjadi agenda bersama. Dengan menyelaraskan langkah, kita dapat memaksimalkan potensi zakat sebagai instrumen utama dalam menekan angka kemiskinan. Semangat solidaritas Islam dan komitmen bersama akan membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat ASEAN," ucapnya.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Ditzawa) Kementerian Agama (Kemenag) Waryono Abdul Ghafur, turut menyoroti keunggulan regulasi Indonesia. Menurutnya, Indonesia dapat menjadi model sukses dalam pengelolaan zakat di tingkat ASEAN.
"Kerangka regulasi yang jelas, transparansi, dan akuntabilitas telah menjadi kekuatan utama dalam pengelolaan zakat di Indonesia. Potensi ini dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lain di ASEAN," jelasnya.
Dalam konteks ASEAN, Waryono menilai Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin kolaborasi regional. Standarisasi dan kerja sama antarnegara di bidang zakat akan memperkuat solidaritas Islam sekaligus mempercepat penanggulangan kemiskinan di kawasan.
"Mari kita bersama-sama memastikan pengelolaan zakat yang transparan, akuntabel, dan tepat sasaran demi terciptanya masyarakat yang lebih adil dan sejahtera," ucapnya.
ICONZ ke-8 mengusung tema "The Zakat Contribution Towards the World Poverty Alleviation and Welfare", dihadiri 300 akademisi dan pegiat zakat dari negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Myanmar, Brunei Darussalam, Kamboja), Jordan, juga pegiat zakat dan akademisi di Indonesia.