Profil Taleb Abdulmohsen, Tersangka Serangan Pasar Natal Jerman: Pria Murtad Arab Saudi yang Simpati pada Israel
Taleb Jawad al-Abdulmohsen (50) adalah tersangka yang ditangkap polisi terkait serangan mobil terhadap pasar Natal di Magdeburg, Jerman, pada Jumat malam.
Aksinya yang menabraki kerumunan massa pengunjung pasar telah menewaskan lima orang dan melukai lebih dari 200 lainnya.
Tersangka diketahui merupakan pria asal Arab Saudi yang berprofesi sebagai dokter di Jerman. Dia beraksi dengan mobil sewaan, dan bermaksud untuk membunuh lebih dari 80 orang pengunjung pasar Natal.
Profil Taleb Abdulmohsen, Tersangka Serangan Pasar Natal Jerman
Taleb Abdulmohsen lahir di Arab Saudi pada tahun 1974. Dia berprofesi sebagai dokter spesialis psikiatri dan psikoterapi dan telah berada di Jerman sejak 2006.Dia selama ini mencitrakan diri sebagai seorang aktivis ateis asal kota Hofuf, Arab Saudi.
Taleb pindah ke Jerman pada tahun 2006 dan memperoleh status pengungsi pada tahun 2016.
Menurut laporan media-media Jerman, Taleb dulunya adalah seorang Muslim. Dia kemudian murtad, berubah menjadi seorang ateis yang vokal, yang membantu para warga Arab Saudi yang murtad—khususnya wanita—meninggalkan negara mereka.
Di platform media sosial X, Taleb menggambarkan dirinya sebagai “oposisi militer Saudi” dan membuat tuduhan liar terhadap Jerman dalam biografinya, dengan mengatakan: “Pemerintah Jerman mengejar pencari suaka perempuan Saudi di dalam dan luar Jerman, untuk menghancurkan hidup mereka, dan ingin mengislamkan Eropa”.
Taleb juga mengelola akun Twitter yang bernama “Saudi Ex-Muslims”.
Dia menyatakan dukungannya terhadap provokator anti-Islam Inggris Tommy Robinson, partai sayap kanan Jerman AfD, dan miliarder sayap kanan Elon Musk yang telah gencar mempromosikan narasi anti-imigran dalam beberapa bulan terakhir.
Dia juga menyatakan simpati kepada Israel dan mem-posting ulang tweet juru bicara militer Israel yang berbahasa Arab, Avichay Adraee.
Akun media sosialnya memuat materi dari banyak akun anti-Islam, termasuk video grafis yang diberi judul "Seorang wanita Muslim dirajam sampai mati oleh umat Muslim karena dia berselingkuh dengan seorang pria muda di luar nikah. Ini adalah hukum Islam dan Anda akan segera melihat kejadian ini di jalan-jalan kota Anda jika Anda tidak bangun."
Abdulmohsen sebelumnya telah memberikan wawancara kepada media Jerman dan media internasional serta situs web sayap kanan. Pada tahun 2017, tujuh tahun sebelum dia melakukan serangan mematikannya, The New Arab menerbitkan korespondensi dengannya, sementara pada tahun 2019 BBC mewawancarainya. Dia memperkenalkan dirinya saat itu sebagai aktivis hak asasi manusia.
Surat kabar lokal Jerman; Frankfurter Rundschau, melaporkan lima tahun lalu bahwa dia datang ke Jerman untuk pelatihan spesialis sebagai psikoterapis tetapi kemudian mengajukan suaka, setelah dia dilaporkan diancam akan dibunuh karena meninggalkan Islam.
Lima hari sebelum melakukan serangan, dia mencerca pengungsi Suriah di Jerman dalam sebuah wawancara dengan RAIR Foundation yang berhaluan sayap kanan.
“Jerman menyambut baik warga Suriah—termasuk banyak penganut paham Islam—sementara pada saat yang sama menolak orang-orang murtad dari Saudi, orang-orang yang benar-benar melarikan diri dari hukuman mati berdasarkan Syariah,” katanya.