Pemberontak Suriah Sudah Tembus Pinggiran Ibu Kota, Presiden Assad Sangkal Kabur

Pemberontak Suriah Sudah Tembus Pinggiran Ibu Kota, Presiden Assad Sangkal Kabur

Global | sindonews | Minggu, 8 Desember 2024 - 05:37
share

Kelompok pemberontak Suriah yang didominasi kubu “jihadis” dilaporkan telah mencapai pinggiran ibu kota negara tersebut, Damaskus, setelah merebut beberapa kota terbesar.

Situasi itu dilaporkan kantor berita Associated Press (AP) pada Sabtu, mengutip para pemimpin oposisi dan seorang komandan “jihadis”.

Ketika para “jihadis” Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan pasukan kelompok antipemerintah lainnya bergerak ke selatan dari provinsi Aleppo dan Idlib selama seminggu terakhir, pasukan rezim Suriah telah berulang kali menarik diri dari benteng-benteng utama–termasuk Aleppo, Hama, dan beberapa kota di utara Homs–dalam upaya untuk membangun kembali garis pertahanan dan menahan para pemberontak yang maju.

Menurut laporan AP, unsur-unsur “jihadis” tampaknya menerobos garis-garis tersebut dan mencapai pinggiran Damaskus pada hari Sabtu, menandai pertama kalinya sejak 2015 mereka telah merambah ibu kota.

Sementara itu, Kantor Kepresidenan Suriah membantah rumor yang menyatakan Presiden Bashar al-Assad telah meninggalkan Damaskus.

"Beberapa media asing menyebarkan rumor dan berita palsu tentang Presiden Bashar al-Assad yang meninggalkan Damaskus, atau melakukan kunjungan singkat ke satu negara atau negara lain,” kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan, Minggu (8/12/2024).

“Presiden Republik Arab Suriah membantah semua rumor ini dan menunjukkan tujuan terang-terangan mereka serta menegaskan bahwa rumor tersebut bukanlah hal baru, tetapi media-media tersebut sebelumnya telah mengikuti pola upaya untuk menyesatkan dan memengaruhi negara dan masyarakat Suriah selama beberapa tahun terakhir perang,” imbuh pernyataan kantor tersebut.

“Assad masih menjalankan “tugas nasional dan konstitusionalnya dari ibu kota, Damaskus,” sambung Kantor Kepresidenan Suriah.

Dalam laporan yang bersumber anonim pada hari Jumat, The Telegraph mengeklaim bahwa keluarga Assad telah melarikan diri ke Rusia, dan bahwa tidak jelas apakah presiden sendiri akan tetap berada di Suriah. Beberapa media Barat mengeklaim bahwa Mesir dan Yordania mendesak Assad untuk meninggalkan negara itu dan mendirikan pemerintahan di pengasingan.

Dipimpin oleh mantan komandan al-Qaeda dan sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, HTS adalah salah satu dari banyak faksi “jihad” yang menentang pemerintahan Assad selama Perang Saudara Suriah.

Rusia melakukan intervensi dalam konflik tersebut pada tahun 2015, membantu Assad merebut kembali sebagian besar negara itu dari Jabhat al-Nusra, Islamic State (IS, sebelumnya ISIS), dan puluhan kelompok “jihad” bersenjata yang didukung Amerika Serikat yang disebut Washington sebagai "pemberontak moderat”.

AS secara langsung melakukan intervensi terhadap ISIS, tetapi mempersenjatai dan mendanai pasukan anti-Assad lainnya selama konflik yang berlangsung selama satu dekade.

Assad telah bersumpah akan melenyapkan para “jihadis” yang saat ini mengamuk di Suriah tengah, dan akan menghukum sponsor dan pendukung mereka.

Pesawat tempur Rusia dan Suriah telah melakukan serangan udara yang hampir konstan terhadap posisi HTS sejak serangan pemberontak dimulai minggu lalu, dilaporkan menewaskan puluhan militan di utara Homs pada hari Sabtu, menurut Syria Arab News Agency (SANA), yang mengeklaim bahwa 2.500 “jihadis” telah terbunuh sejak awal Desember.

Topik Menarik