7 Isi Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 11-20 yang Bermanfaat untuk Dipahami

7 Isi Kandungan Surat Al-Maidah Ayat 11-20 yang Bermanfaat untuk Dipahami

Terkini | sindonews | Minggu, 24 November 2024 - 15:10
share

Surat Al-Maidah, salah satu surat dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak pelajaran dan nilai kehidupanyang relevan bagi umat Islam. Kandungan Surat Al-Maidah ayat 11-20 mencakup pesan-pesan mendalam berupa panduan moral, larangan, dan peringatan dari Allah SWT.

Memahami kandungan ayat-ayat Al Quranini tidak hanya memperkuat keimanan, tetapi juga memberikan pedoman penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat Islam.

Artikel ini akan mengulas tujuh isi kandungan utama dari Surat Al-Maidah ayat 11-20 yang perlu diketahui dan diterapkan oleh setiap Muslim.

7 Kandungan Ayat 11-25 Surah Al-Maidah

1. Mengingat Nikmat dari Allah SWT

Pada ayat ke 11 dalam kandungan surat Al-Maidah berisi firman Allah SWT kepada orang beriman untuk mengingat kenikmatan yang diberikannya.

Al-Ma'idah (5:11)

[arabOpen]يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَن يَبْسُطُوٓا۟ إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنكُمْ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ[arabClose]

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu, ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal.”

Tafsiran Ibnu Katsir juga menjelaskan lebih lanjut tentang kandungan surat Al-Maidah ayat 11 tersebut. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang beristirahat bersama sahabat-sahabatnya di bawah pepohonan. Saat beristirahat, beliau menggantungkan pedangnya di sebuah pohon dimana seorang Arab Badui mengambil pedang tersebut.

Pedang tersebut dihadang kepada Nabi Muhammad SAW dan Arab Badui tersebut mengancamnya,"Siapakah yang akan melindungi dirimu dariku?" Dimana Nabi Muhammad menjawab, “Allah”.

Orang Arab Badui tersebut lanjut bertanya hal yang sama sebanyak dua hingga tiga kali dimana Rasulullah menjawab “Allah” terhadap pertanyaan tersebut. Kemudian tangan orang Arab Badui itu lumpuh dan pedang terjatuh dari tangannya.

Cerita tersebut menjelaskan mengenai ayat 11 bagian “..ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu.” menjelaskan bagaimana Allah SWT melindungi orang orang beriman dari ancaman dunia.

Maka sebagai orang beriman harus mengingat kenikmatan keamanan yang diberikan oleh Allah kepada kita dari ancaman dan siksa dunia serta akhirat.

2. Pentingnya Menjaga Perjanjian

Selanjutnya kandungan surat Al-Maidah pada ayat 12-13 menceritakan bagaimana kaum Bani Israil mengingkari janji dengan Allah SWT dimana pada akhirnya Allah memberikan kutukan kepada kaum tersebut.

Al-Ma'idah (5:12)

[arabOpen]۞ وَلَقَدْ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَـٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ ٱثْنَىْ عَشَرَ نَقِيبًۭا ۖ وَقَالَ ٱللَّهُ إِنِّى مَعَكُمْ ۖ لَئِنْ أَقَمْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَيْتُمُ ٱلزَّكَوٰةَ وَءَامَنتُم بِرُسُلِى وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًۭا لَّأُكَفِّرَنَّ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ ۚ فَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ ١٢[arabClose]

Artinya : “Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin diantara mereka. Dan Allah berfirman, "Aku bersamamu." Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,1 pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti, akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barang siapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus."”

Al-Ma'idah (5:13)

[arabOpen]فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَـٰقَهُمْ لَعَنَّـٰهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَـٰسِيَةًۭ ۖ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ ۙ وَنَسُوا۟ حَظًّۭا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَآئِنَةٍۢ مِّنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًۭا مِّنْهُمْ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱصْفَحْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ ١٣[arabClose]

Artinya : “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya,1 dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memenuhi janji yang telah diambil melalui Nabi Muhammad ﷺ, menegakkan kebenaran, dan berlaku adil sebagai saksi.

Setelah mengingatkan nikmat lahir dan batin berupa petunjuk serta hidayah, Allah juga menjelaskan tentang pengambilan janji serupa kepada Ahli Kitab sebelumnya, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani.

Dalam firman Allah SWT, "Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas pemimpin di antara mereka," merujuk pada naqib pemimpin setiap kabilah. Tugas mereka adalah mengajak kaumnya untuk berbaiat, yakni berjanji setia untuk tunduk dan patuh kepada Allah, rasul-Nya, dan kitab-Nya.

Allah SWT saat itu akan memberikan perlindungan dan pertolongan untuk mereka jika melaksanakan sholat, zakat, dan percaya (beriman) kepada rasul-rasul Allah SWT.

Akan tetapi mereka merusak janji yang diberikan dari Allah SWT kepada mereka yang mengakibatkan Allah memberitahukan siksa yang akan menimpa mereka alhasil melanggar perjanjian dan merusak janji tersebut. Hal ini dijelaskan pada firman Allah SWT, “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.”

Hati keras membatu dalam hal ini yaitu mereka dilaknat oleh Allah SWT, dijauhkan dari rahmat-Nya, dan hati mereka tertutup rapat sehingga tidak mampu menerima hidayah atau agama yang benar, yang hanya dapat dicapai melalui ilmu yang bermanfaat dan perbuatan yang saleh.

Maka dari itu, orang beriman harus bisa menjaga setiap perjanjian yang mereka harus tepati, baik sesama umat hingga terutama kepada Allah SWT sehingga terhindar dari laknat yang diberikan Allah SWT kepada kaum yang mengingkari janjinya.

3. Perpecahan Ahli Kitab dan Sosial akibat Melupakan Ajaran Allah

Melanjutkan ke ayat 14, kandungan surat Al-Maidah juga berisi bagaimana kesengajaan “orang nasrani” melupakan ajaran Allah SWT menghasilkan kebencian dan permusuhan diantara mereka.

Al-Ma'idah (5:14)

[arabOpen]وَمِنَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّا نَصَـٰرَىٰٓ أَخَذْنَا مِيثَـٰقَهُمْ فَنَسُوا۟ حَظًّۭا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ ٱلْعَدَاوَةَ وَٱلْبَغْضَآءَ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۚ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ ٱللَّهُ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ [arabClose]

Artinya : “Dan di antara orang-orang yang mengatakan, "Kami ini orang Nasrani," Kami telah mengambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Penjelasan tafsiran Ibnu Katsir terhadap kandungan surah Al-Maidah ayat 14, pada firman Allah, “Dan di antara orang-orang yang mengatakan, "Kami ini orang Nasrani," Kami telah mengambil perjanjian mereka” adalah orang yang mengakui Nasrani mengikuti Isa ibnu Maryam a.s. walaupun pada kenyataanya tidak secara demikian.

“Telah mengambil perjanjian mereka” merujuk kepada perjanjian mereka untuk mengikuti Rasulullah dan menolongnya, mendukungnya, dan mengikuti jejaknya dimana mereka beriman kepada semua nabi Allah SWT. Tetapi mereka melakukan apa yang kaum yahudi lakukan dengan kata lain, mereka melanggar dan mengingkari perjanjian tersebut.

Firman Allah, “Tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya, maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.” menjelaskan bagaimana Allah SWT jadikan di antara mereka muncul kebencian dan permusuhan satu sama lain, yang terus berlangsung hingga hari kiamat.

Terakhir pada firman Allah, “...Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” adalah sebuah ancaman kepada orang-orang nasrani yang mengingkari perjanjian dan membohongi Allah SWT beserta rasulnya.

4. Nabi Muhammad sebagai Rahmat bagi Ahli Kitab

Pada ayat ke 15 dan 16 menjelaskan bahwa Allah SWT telah memutuskan Nabi Muhammad sebagai pembawa hidayah dan agama yang benar kepada seluruh penduduk bumi, baik yang Arab maupun non Arab.

Al-Ma'idah (5:15)

[arabOpen]يَـٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَـٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًۭا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ ٱلْكِتَـٰبِ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ ۚ قَدْ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٌۭ وَكِتَـٰبٌۭ مُّبِينٌۭ [arabClose]

Artinya : “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya (Muhammad SAW) dari Allah, dan Kitab (Al-Quran) yang menjelaskan,”

Al-Ma'idah (5:16)

[arabOpen]يَهْدِى بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضْوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَـٰمِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِهِۦ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ [arabClose]

Artinya : “Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.”

Tafsiran Ibnu Katsir menjelaskan pada ayat 15 bagian, “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya.” Rasul akan menjelaskan hal-hal yang mereka ubah, takwilkan, dan sesatkan, yang mereka dustakan terhadap Allah. Meskipun banyak yang mereka ubah, penjelasan tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi mereka.

Ayat ke-16 menjelaskan bahwa Al-Qur'an dapat menyelamatkan mereka dari kebinasaan dan menunjukkan jalan yang terang, sehingga mereka terhindar dari larangan-larangan dan meraih hal-hal yang diinginkan, menghilangkan kesialan, serta memimpin mereka menuju kondisi terbaik bagi mereka.

5. Kekuasaan Allah atas Segala Sesuatu

Selanjutnya, kandungan surat Al-Maidah ayat ke 17 dan 18 menjelaskan kekuasaan Allah SWT atas segala sesuatu di dunia dan membantah klaim orang-orang nasrani dan yahudi yang merasa lebih mulia karena menganggap diri mereka sebagai anak-anak Allah.

Al-Ma'idah (5:17)

[arabOpen]لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قُلْ فَمَن يَمْلِكُ مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا إِنْ أَرَادَ أَن يُهْلِكَ ٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُۥ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًۭا ۗ وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ ١٧[arabClose]

Artinya : “Sungguh, telah kafir orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam." Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh (manusia) yang berada di bumi?" dan milik Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Al-Ma'idah (5:18)

[arabOpen]وَقَالَتِ ٱلْيَهُودُ وَٱلنَّصَـٰرَىٰ نَحْنُ أَبْنَـٰٓؤُا۟ ٱللَّهِ وَأَحِبَّـٰٓؤُهُۥ ۚ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُم بِذُنُوبِكُم ۖ بَلْ أَنتُم بَشَرٌۭ مِّمَّنْ خَلَقَ ۚ يَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۚ وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ وَإِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ [arabClose]

Artinya : “Orang Yahudi dan Nasrani berkata, "Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah, "Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Tidak kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada-Nya semua akan kembali."”

Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah SWT menjelaskan kekufuran orang-orang Nasrani yang menganggap Al-Masih ibnu Maryam, yang sebenarnya adalah hamba Allah dan makhluk ciptaan-Nya, sebagai Tuhan.

Kemudian, Allah SWT menginformasikan tentang kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, bahwa segala sesuatu berada dalam kendali dan pengaruh-Nya. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Katakanlah, ‘Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang yang berada di bumi semuanya’?".

Ayat selanjutnya Allah SWT membantah kebohongan dan kedustaan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam pengakuan mereka.

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, ‘Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya’." pernyataan orang yahudi dan nasrani tersebut mengatakan bahwa mereka adalah keturunan para nabi-Nya, sedangkan mereka adalah anak-anak-Nya. Dia memperhatikan mereka, karena itu Dia mencintai kami.

Allah membantah dengan firmannya yang berbunyi, “Katakanlah, ‘Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian’?" memiliki pengertian seandainya kalian benar-benar seperti yang kalian buktikan, yaitu anak-anak dan kekasih-kekasih Allah, mengapa Allah menyiapkan neraka Jahannam bagi kalian akibat kekufuran dan kebohongan kalian?

"Kalian bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya, melainkan kalian adalah manusia biasa di antara makhluk ciptaan-Nya." (Al-Maidah: 18) Dengan kata lain, mereka kaum yahudi dan nasrani sama seperti anak-anak Adam lainnya, dan hanya Allah yang memiliki hak untuk memutuskan segala urusan hamba-hamba-Nya.

6. Utusan Nabi Kepada Nasrani dan Yahudi

Pada ayat ke 19-20, kandungan surat Al-Maidah ayat tersebut berisi tentang Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT kepada kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) setelah terputusnya pengiriman rasul-rasul.

Al-Maidah (5:19)

[arabOpen]يَـٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَـٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَىٰ فَتْرَةٍۢ مِّنَ ٱلرُّسُلِ أَن تَقُولُوا۟ مَا جَآءَنَا مِنۢ بَشِيرٍۢ وَلَا نَذِيرٍۢ ۖ فَقَدْ جَآءَكُم بَشِيرٌۭ وَنَذِيرٌۭ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ [arabClose]

Artinya : “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan, "Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan." Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Tafsiran Ibnu Katsir menjelaskan pada bagian “terputus (pengiriman) Rasul-rasul” Artinya, setelah berlalu periode yang cukup lama antara diangkatnya Nabi Muhammad sebagai rasul dan masa kehidupan Nabi Isa ibnu Maryam.

Selanjutnya “agar kamu tidak mengatakan, "Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan."” menjelaskan mereka tidak bisa mengklaim bahwa tidak ada utusan yang membawa berita gembira dengan kebaikan dan memperingatkan kita dari perbuatan jahat, karena ada sosok nabi yang telah datang yaitu Nabi Muhammad SAW.

Terakhir pada bagian “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Menurut Ibnu Jarir, makna ayat ini adalah "sesungguhnya Aku berkuasa untuk menghukum orang-orang yang durhaka terhadap-Ku dan berkuasa untuk memberi pahala orang orang yang taat kepadaKu."

7. Kisah Bani Israil Menolak Perintah Memasuki Tanah Suci

Terakhir, kandungan surat Al-Maidah memiliki kisah bani israil yang menolak perintah memasuki tanah suci. Hal ini dapat dilihat pada ayat ke 21-25.

Al-Maidah (5:21)

[arabOpen]يَـٰقَوْمِ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْأَرْضَ ٱلْمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِى كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا۟ عَلَىٰٓ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا۟ خَـٰسِرِينَ [arabClose]

Artinya : “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,1 dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.”

Al-Maidah (5:22)

[arabOpen]قَالُوا۟ يَـٰمُوسَىٰٓ إِنَّ فِيهَا قَوْمًۭا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىٰ يَخْرُجُوا۟ مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُوا۟ مِنْهَا فَإِنَّا دَٰخِلُونَ [arabClose]

Artinya : “Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk."”

Al-Maidah (5:23)

[arabOpen]قَالَ رَجُلَانِ مِنَ ٱلَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمَا ٱدْخُلُوا۟ عَلَيْهِمُ ٱلْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَـٰلِبُونَ ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا۟ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ [arabClose]

Artinya : “Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orang-orang beriman."”

Al-Maidah (5:24)

[arabOpen]قَالُوا۟ يَـٰمُوسَىٰٓ إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَآ أَبَدًۭا مَّا دَامُوا۟ فِيهَا ۖ فَٱذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَـٰتِلَآ إِنَّا هَـٰهُنَا قَـٰعِدُونَ [arabClose]

Artinya : “Mereka berkata, "Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja."”

Al-Maidah (5:25)

[arabOpen]قَالَ رَبِّ إِنِّى لَآ أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِى وَأَخِى ۖ فَٱفْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ ٱلْقَوْمِ ٱلْفَـٰسِقِينَ [arabClose]

Artinya : “Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu."”

Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Nabi Musa diperintahkan untuk memimpin kaumnya memasuki tanah yang telah ditentukan Allah, yang diungkapkan dalam ayat ini sebagai "tanah suci". Ayat 21 juga mengingatkan Bani Israil untuk tidak mundur dari perintah tersebut karena takut musuh, karena jika mereka melakukannya, mereka akan rugi.

Selanjutnya Kaum Bani Israil menanggapi perintah Musa dengan rasa takut dan alasan mereka tidak bisa memasuki negeri tersebut, karena ada orang-orang yang sangat kuat dan perkasa di dalamnya.

Tanggapan datang dari dua orang yang takut kepada Allah dan mendapatkan nikmat dari-Nya, yaitu Yusya' bin Nun dan Kalib bin Yufana. Mereka mengingatkan Bani Israil bahwa jika mereka memasuki kota dan bertawakal kepada Allah, mereka akan menang.

Namun, meskipun ada dorongan dari dua orang yang beriman, Bani Israil tetap menolak untuk bertindak. Mereka mengatakan kepada Nabi Musa untuk pergi berperang bersama Allah, sementara mereka hanya akan menunggu.

Tafsiran ini menggambarkan bagaimana Nabi Musa merasa sangat kecewa dengan sikap kaumnya yang enggan berjuang. Cerita ini menjadi pelajaran tentang pentingnya keberanian, keteguhan hati, dan kepercayaan kepada Allah dalam menghadapi ujian dan perjuangan.

Ketidakmauan mereka untuk berperang menyebabkan keterlambatan bagi kaum Bani Israil dalam memperoleh warisan tanah yang telah dijanjikan Allah kepada mereka.

Sebagai penutup, kandungan Surat Al-Maidah ayat 11 hingga 20 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam.

Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah, menjaga perjanjian, menghindari perpecahan, dan berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni. Selain itu, ayat-ayat ini juga mempertegas pentingnya keimanan yang tulus, serta menunjukkan bahwa kekuasaan Allah SWT adalah mutlak atas segala sesuatu.

Dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat hidup lebih sesuai dengan syariat Allah, mendapatkan perlindungan-Nya, serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra

Topik Menarik