Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
BRICS telah dikenal sebagai kelompok ekonomi yang vokal menyerukan dedolarisasi. Tak hanya membuat dolar AS, mereka juga memiliki rencana untuk menciptakan mata uang sendiri guna menyaingi dominasi USD di dunia.
Namun, proyek besar BRICS tersebut tampaknya masih sulit direalisasikan. Bukan hanya karena pengaruh dolar AS yang sudah besar di dunia, tetapi juga beberapa anggotanya yang masih ragu membuang dolar.
Melihat ke belakang, dolar AS memang sudah puluhan tahun mendominasi semua mata uang di dunia. Sejak kurun 1970-an, dolar yang nilainya mengambang bebas bahkan terus berfungsi sebagai mata uang cadangan utama dunia, sehingga mendominasi perdagangan dan perbankan internasional.
Negara Anggota BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS
1. India
India adalah salah satu pendiri BRICS. Meski kelompoknya itu sering disebut pendukung utama dedolarisasi, New Delhi sebenarnya masih enggan untuk meninggalkan dolar AS.
Nelayan dan Kaum Perempuan Raja Ampat Bersatu Dukung GAUL untuk Papua Barat Daya yang Lebih Baik
Pada awal Oktober 2024 misalnya, India menegaskan jika pihaknya ingin mencari solusi ekonomi tanpa harus beralih dari dolar AS. Menteri Urusan Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyebut meski India sedang mengejar kepentingan perdagangan, penghindaran terhadap dolar AS bukanlah bagian dari kebijakan.
Jaishankar melanjutkan bahwa kebijakan AS kerap mempersulit perdagangan dengan negara-negara tertentu. Alhasil, India perlu mencari solusi sendiri agar tidak menjauh dari penggunaan dolar AS.
Pernyataan tersebut disampaikan Jaishankar saat beberapa mitra dagang India menghadapi kekurangan dolar yang parah. Efeknya telah terasa, sehingga membatasi kemampuan mereka dalam mengimpor komoditas penting.
Belum lagi, Presiden Terpilih AS 2024 Donald Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif 100 pada impor dari negara-negara yang menghindari dolar. Hal itu diungkap setelah Rusia dan China secara aktif mengurangi penggunaan dolar dalam perdagangan bilateral.
2. Rusia
Sebagaimana India, Rusia juga menjadi salah satu anggota inti sekaligus pendiri BRICS. Selama ini, statusnya juga dikenal sebagai salah satu ‘musuh bebuyutan’ negara pemilik dolar, Amerika Serikat.
Namun, Rusia tampaknya secara perlahan-lahan mundur dari proses dedolarisasi. Titik baliknya terjadi setelah kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS 2024 beberapa waktu lalu.
Pada sebuah wawancara yang dilakukan awal November lalu, Vladimir Putin menyebut USD sebagai "pilar kekuatan AS". Hal yang paling menarik dari wawancara Putin adalah bahwa meskipun ada upaya dedolarisasi, Rusia telah memutuskan untuk tidak melarang atau meninggalkan dolar AS, melainkan cukup menghindarinya.
"Proposal-proposal kami tidak ditujukan untuk melawan Dolar. Ini hanyalah cara kami menjawab tantangan zaman modern, sebagai respons terhadap perkembangan ekonomi yang kami pikirkan," tegas Putin dikutip dari WatcherGuru, Kamis (21/11).
Setelah terpilih, Trump memang seakan mengisyaratkan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan beberapa kebijakan baru, termasuk dalam hubungannya dengan Rusia. Selain Putin, Presiden China Xi Jinping juga membuka pintu untuk berbicara dengan Trump, sehingga mungkin ada masa depan saat BRICS dan dolar AS hidup berdampingan secara harmonis.