Viral! Gunung Runtuh di Kongo Ungkap Harta Karun Tembaga Berton-ton

Viral! Gunung Runtuh di Kongo Ungkap Harta Karun Tembaga Berton-ton

Global | sindonews | Senin, 18 November 2024 - 14:10
share

Sebuah gunung runtuh di wilayah Katanga di Republik Demokratik Kongo (DRC). Momen ini viral karena runtuhnya gunung itu justru mengungkap "harta karun" tembaga berton-ton.

Sebuah video yang merekam runtuhnya gunung secara dramatis muncul di X. Dalam video tersebut, orang-orang terlihat berlarian saat gunung runtuh.

Para pengguna media sosial bereaksi terhadap video viral tersebut. Beberapa dari mereka mempertanyakan kemiskinan di Afrika, sementara yang lain berharap negara-negara Barat tidak ikut campur atas temuan "harta karun" tersebut.

"Tetapi tetap menjadi salah satu negara termiskin di Afrika, saya benar-benar tidak tahu mengapa," tulis seorang pengguna X.

Pengguna lain berkomentar, "Tetapi negara-negara Barat tidak akan mengizinkan negara Afrika mana pun untuk menikmati sumber daya mereka."

"Semoga Inggris tidak datang dan mencurinya," imbuh pengguna X lainnya, seperti dikutip dari Livemint, Senin (18/11/2024).

Tembaga merupakan sumber daya alam utama Kongo. Para pengguna X berpendapat 100 persen tambang di negara itu harus dinasionalisasi dan semua keuntungan digunakan untuk kepentingan rakyat, termasuk penyediaan layanan kesehatan gratis, pendidikan gratis, dan penyediaan rumah.

Wilayah Katanga di Kongo terkenal dengan sumber daya mineralnya yang kaya. Wilayah ini terletak di sabuk tembaga Afrika, bentangan sepanjang 450 km yang membentang dari barat laut Luanshya, Zambia, hingga Katanga di Kongo.

Wilayah ini telah dikenal dengan penambangan tembaga skala besar selama lebih dari satu abad.

Pada tahun 1950-an, wilayah ini merupakan wilayah penghasil tembaga terbesar di dunia.

Saat ini, wilayah tersebut menyumbang lebih dari sepersepuluh endapan tembaga dunia, sebagian besar berasal dari endapan sedimen Prakambrium Akhir.

Cadangan tembaga memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Zambia dan Kongo, menyediakan pembangunan infrastruktur dan lapangan kerja di wilayah tersebut.

Namun, aktivitas penambangan di wilayah tersebut menimbulkan kekhawatiran tertentu.

Penambangan kobalt dan tembaga skala besar di Kongo telah menyebabkan penggusuran paksa, pelanggaran hak asasi manusia, dan kekerasan seksual, menurut laporan Amnesty International yang dirilis pada 12 September 2023.

"Penggusuran paksa yang terjadi saat perusahaan berupaya memperluas proyek penambangan tembaga dan kobalt skala industri menghancurkan kehidupan dan harus dihentikan sekarang," kata Agnès Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International.

"Masyarakat DRC mengalami eksploitasi dan pelecehan yang signifikan selama era kolonial dan pascakolonial, dan hak-hak mereka masih dikorbankan saat kekayaan di sekitar mereka dirampas," imbuh Callamard.

Sumber daya tembaga dan kobalt sebagian besar diekstraksi untuk mengisi ulang baterai saat dunia bergerak menuju energi bersih. Meningkatnya permintaan akan teknologi energi bersih telah meningkatkan permintaan logam seperti tembaga dan kobalt yang dibutuhkan untuk baterai lithium-ion, yang digunakan untuk kendaraan listrik.

“Amnesty International mengakui fungsi vital baterai isi ulang dalam transisi energi dari bahan bakar fosil. Namun keadilan iklim menuntut transisi yang adil. Dekarbonisasi ekonomi global tidak boleh menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia lebih lanjut," kata Amnesty dalam laporannya.

Topik Menarik