Eropa dan China Sepakat untuk Kembali Bahas Tarif Kendaraan Listrik

Eropa dan China Sepakat untuk Kembali Bahas Tarif Kendaraan Listrik

Otomotif | sindonews | Senin, 28 Oktober 2024 - 05:58
share

Uni Eropa dan China telah sepakat untuk segera mengadakan pembicaraan teknis lebih lanjut mengenai kemungkinan alternatif tarif terhadap kendaraan listrik buatan China.

BACA JUGA - Digempur Mobil Listrik China, Hyundai Tak Khawatir

Seperti dilansir dari Asia Nikkei, Eropa siap untuk mengenakan tarif tambahan hingga 35,3 pada minggu depan pada kendaraan listrik buatan China pada akhir penyelidikan anti-subsidi, namun mengatakan pembicaraan dapat dilanjutkan setelah itu.

Kedua belah pihak sedang mempertimbangkan kemungkinan komitmen harga minimum dari produsen Tiongkok atau investasi di Eropa sebagai alternatif terhadap tarif.

“Para prinsipal sepakat bahwa perundingan teknis lebih lanjut akan segera dilakukan,” kata Komisi setelah panggilan video antara kepala perdagangan UE Valdis Dombrovskis dan Menteri Perdagangan China Wang Wentao.

Komisi Eropa, yang mengawasi kebijakan perdagangan untuk 27 negara Uni Eropa, telah mengadakan delapan putaran perundingan teknis dengan mitranya dari Tiongkok dan mengatakan ada “kesenjangan yang signifikan.”

Dombrovskis dan Wang menegaskan kembali komitmen mereka untuk menemukan solusi yang disepakati bersama, yang harus memastikan persaingan yang setara di pasar UE dan kompatibel dengan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia, kata Komisi.

China mendesak Uni Eropa dua minggu lalu untuk tidak mengadakan pembicaraan terpisah dengan perusahaan tersebut, dan memperingatkan bahwa hal itu akan “mengguncang fondasi” pembicaraan.

Komisi tersebut mengatakan Dombrovskis telah menekankan bahwa negosiasi eksekutif UE dengan Kamar Dagang China untuk Impor dan Ekspor Mesin dan Produk Elektronik (CCCME) tidak mengecualikan diskusi dengan masing-masing eksportir.

Dombrovskis juga menyampaikan kekhawatirannya mengenai investigasi China terhadap brendi, daging babi, dan produk susu Uni Eropa, dengan mengatakan bahwa Uni Eropa menganggapnya “tidak berdasar.”

Topik Menarik