3 Amalan Kunci Mengatasi Kesulitan Hidup, Simak Ya!

3 Amalan Kunci Mengatasi Kesulitan Hidup, Simak Ya!

Terkini | sindonews | Rabu, 23 Oktober 2024 - 09:03
share

Setiap manusia pasti pernah mengalami tantangan, kesulitan hidup, atau bahkan masalah besar yang tampaknya tidak ada solusinya. Namun, dalam setiap kesulitan, Islam telah memberikan panduan dan solusi yang penuh hikmah.

"Dalam kehidupan ini, masalah bukanlah sesuatu yang bisa kita hindari sepenuhnya. Sebaliknya, masalah adalah bagian dari perjalanan kita yang memberi kita kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan berkembang," ungkap Ustaz Habib El-Sibghoh dalam salah satu ceramahnya di Jakarta.

Menurutnya, tentang solusi hiduptersebut Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, dalam al-Quran Surat al-Insyirah ayat 5 sampai 6. Yakni :

[arabOpen]فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا[arabClose]

“Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”

"Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap masalah, betapa pun besar dan beratnya, pasti ada jalan keluar dan solusi yang disediakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Dalam panduan Islam, kita diajarkan untuk selalu yakin dan percaya bahwa di balik setiap ujian terdapat hikmah yang mengandung pelajaran dan kebaikan untuk kita,"paparnya.

Tiga Amalan Penyelamat dari Kesulitan

Ustadz Habib El-Sibghoh kemudian memberikan keterangan tentang amalanpenyelemat atau solusi dari kesulitan hidup ini. Amalannya sebagai berikut:

1. Doa

Amalan penyelamat pertama adalah doa. Apabila masalah yang kita hadapi terasa sangat berat, dan kegundahan pikiran terasa menggunung, maka ketuklah pintu doa karena doa merupakan pelipur lara dan kunci solusi.

Dalam sebuah hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, hadits sahih riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak,nomor 1855,

[arabOpen]الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ، وَعِمَادُ الدِّينِ، وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ[arabClose]

“Doa adalah senjata kaum mukminin, tiang bagi agama, serta cahaya langit dan bumi.”

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya doa dalam kehidupan seorang mukmin. Doa disebut sebagai senjata karena melalui doa, seorang mukmin bisa menghadapi berbagai tantangan dan masalah hidup dengan keyakinan penuh bahwa Allah subhanahu wata’ala akan memberikan pertolongan dan perlindungan.

Doa juga merupakan tiang agama karena ia merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat utama dan fundamental dalam ajaran Islam. Selain itu, doa juga dijelaskan sebagai cahaya langit dan bumi, menggambarkan betapa doa memberikan pencerahan dan petunjuk dalam kehidupan kita.

Allah subhanahu wata’ala juga berfirman, dalam Al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 186,

[arabOpen]وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ[arabClose]

“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Oleh karena itu, ketika kita berdoa, kita sebenarnya sedang melakukan komunikasi langsung dengan Pencipta kita. Doa bukan hanya sekadar permohonan atau ucapan, tetapi sebuah ekspresi dari keyakinan kita akan kekuasaan dan kebesaran Allah.

Doa adalah bentuk pengakuan kita atas keterbatasan diri kita dan pengakuan bahwa hanya kepada Allah-lah kita meminta pertolongan, rahmat, dan bimbingan.

2. Salat

Ketika kita menghadapi masalah, sering kali kita merasa cemas, stres, dan kehilangan arah. Namun, melalui salat, kita diberikan kesempatan untuk bersandar kepada Allah subhanahu wata’ala, meminta petunjuk, dan memohon kekuatan untuk menghadapi segala ujian.

Salat juga merupakan saat yang tepat untuk melakukan introspeksi, memperbaiki diri, dan merencanakan solusi dari setiap masalah dengan penuh keikhlasan dan tawakal.

Oleh karena itu, setiap kali permasalahan melilit pada kita, bersegeralah melaksanakan salat. Ambillah air wudu dan bersucilah dengan segera, lalu menghadaplah kepada Allah dengan penuh kekhusyukan, dibarengi tetesan air mata dalam mentadaburi ayat-ayat-Nya.

Apabila kening kita telah tersungkur sujud, adukanlah kesulitan kita, karena saat di mana seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia bersujud.

Bukankah Allah subhanahu wata’ala sendiri telah berfirman, dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 45,

[arabOpen]وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ[arabClose]

“Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya (salat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Ayat ini mengajarkan kita bahwa shalat adalah salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan dan kekuatan saat menghadapi berbagai kesulitan. Ketika kita berada dalam keadaan tertekan atau dikepung oleh masalah, salat memberikan kita waktu untuk merenung, menyadari kebesaran Allah, dan mendapatkan ketenangan jiwa.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan salat bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan batin kita yang mendalam. Dalam setiap sujud, kita bisa merasakan kedekatan dengan Allah, dan dalam setiap doa, kita bisa berharap dan memohon bimbingan-Nya.

3. Tobat dan Istigfar

Salah satu faktor seorang hamba mengalami kesulitan atau ujian adalah karena dosa yang ia kerjakan. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat asy-Syura ayat 30,

[arabOpen]وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ[arabClose]

“Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).”

Imam as-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya halaman 759 mengatakan, Allah subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba-hamba-Nya, baik pada jasad mereka, harta, anak-anak, dan pada apa saja yang mereka cintai lagi sangat mereka sayangi, adalah akibat dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri.

Dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah subhanahu wata’ala lebih banyak dari itu. Sebab, sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim terhadap hamba-hamba-Nya, akan tetapi mereka sendiri yang menzalimi diri sendiri.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, al-Quran Surat an-Nahl ayat 61,

[arabOpen]وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَاۤبَّةٍ وَّلٰكِنْ يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ[arabClose]

“Seandainya Allah menghukum manusia karena kezaliman mereka, niscaya Dia tidak meninggalkan satu makhluk melata pun di atasnya (bumi), tetapi Dia menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka, apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat pun.”

Oleh karena itu, istigfar dan bertobat kepada Allah subhanahu wata’ala menjadi jalan yang harus ditempuh oleh seorang hamba ketika ia menerima ujian, kesulitan, musibah, dan semisalnya dari Allah subhanahu wata’ala.

Baca juga:Baik Sangka kepada Allah, Kunci Selesainya Semua Masalah

Wallahu A'lam

Topik Menarik