3 Pondok Pesantren Korban Keganasan dan Kekejaman Propaganda PKI

3 Pondok Pesantren Korban Keganasan dan Kekejaman Propaganda PKI

Infografis | sindonews | Kamis, 3 Oktober 2024 - 08:01
share

Sejarah perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan diwarnai dengan berbagai pemberontakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI). Di antara pemberontakan yang paling mencengangkan adalah Pemberontakan Madiun 1948.

Kemudian dilanjutkan dengan tragedi berdarah G30S/PKI pada tahun 1965. Namun, di balik narasi besar itu, terselip kisah kelam yang jarang terungkap secara luas bagaimana PKI menyasar pondok pesantren (ponpes) dan para ulama.

PKI, dalam aksinya, tidak hanya menargetkan kalangan militer atau kaum nasionalis. Sebagai organisasi yang memiliki pandangan anti-agama, mereka juga menebar teror terhadap para ulama dan santri di berbagai pondok pesantren.

Baca juga: Tragedi Kelam G30S/PKI dan Jenderal Soeharto Simbol Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

PKI menilai bahwa ulama, yang memiliki pengaruh besar di masyarakat dan berafiliasi dengan partai-partai Islam seperti Masyumi, merupakan ancaman serius bagi ideologi mereka. Pemberontakan mereka diwarnai aksi brutal terhadap -lembaga pendidikan Islam di Jatim.

3 Pesantren Korban Keganasan dan Kekejaman PKI

1.Pondok Modern Gontor

Pada tahun 1948, ketika PKI dipimpin oleh Muso memproklamirkan negara Soviet Indonesia di Madiun, wilayah sekitarnya menjadi sasaran serangan brutal, termasuk Pondok Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur.

Setelah menyerang Pondok Takeran di Magetan, kelompok PKI mulai mengincar Pondok Gontor sebagai target berikutnya. Saat itu, situasi di pesantren sangat mencekam. Para santri dan pengasuh merasa khawatir akan keselamatan mereka.

KH. Ahmad Sahal dan KH. Imam Zarkasyi, dua tokoh penting di Gontor, segera berkonsultasi dengan para santri senior seperti Ghozali Anwar dan Shoiman Lukmanul Hakim.

Baca juga: Cerita Pahit Jenderal Dudung Berurai Air Mata Gegara Baki Kue Klepon Ditendang Tamtama

Setelah diskusi panjang, mereka memutuskan bahwa perlawanan langsung terhadap pemberontak adalah tindakan yang mustahil dilakukan, mengingat ketidakseimbangan kekuatan.

Akhirnya, para santri diputuskan untuk mengungsi, meninggalkan pondok demi keselamatan.

Namun, ancaman PKI tidak berhenti di situ. Setelah para santri mengungsi, gerombolan PKI benar-benar datang dan menggeledah Pondok Gontor.

Mereka dengan ganas merusak bangunan, menghancurkan asrama santri yang terbuat dari bambu, serta membakar buku-buku pelajaran agama, kitab-kitab suci, dan sarana ibadah lainnya. Tidak cukup dengan itu, PKI menginjak-injak simbol agama dengan cara tidak manusiawi.

Keberanian para santri dan pengasuh yang memilih mengungsi mungkin telah menyelamatkan banyak nyawa, tetapi trauma dari penghancuran fisik dan spiritual itu tetap membekas hingga hari ini.

2.Pondok Sabilil Muttaqien (PSM) Takeran

Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) di Takeran, Magetan, juga menjadi saksi bisu kekejaman PKI. Pada 17 September 1948, Kiai Imam Mursyid Muttaqien, pengasuh pondok ini, menjadi target utama serangan.

Sosok Kiai Mursyid, yang dianggap sebagai pemimpin muda dengan pengaruh besar di Magetan, dianggap sebagai ancaman bagi PKI. Suatu hari setelah salat Jumat, sekelompok anggota PKI mendatangi Kiai Mursyid dan mengajaknya untuk “berunding.”

Meski merasa curiga dan ragu, ia melihat bahwa pondok pesantren sudah dikepung oleh ratusan orang bersenjata. Dengan terpaksa, Kiai Mursyid mengikuti permintaan mereka untuk pergi.

Keesokan harinya, anggota PKI kembali datang dan membawa dalih bahwa Kiai Mursyid membutuhkan wakilnya, Kiai Muhammad Noor, untuk mendampingi dalam mengambil keputusan. Namun, yang terjadi justru tragedi kelam.

Sebanyak 14 orang dari pondok pesantren tersebut dibawa oleh PKI, termasuk Kiai Mursyid dan Kiai Noor, dan tak ada satu pun dari mereka yang pernah kembali. Hingga hari ini, mereka dianggap sebagai korban kekejaman PKI yang dihilangkan secara paksa.

3.Pondok Pesantren Tegalrejo

Pondok Pesantren Tegalrejo, yang terletak tidak jauh dari PSM Takeran, juga tak luput dari serangan PKI. Massa PKI yang mengenakan pakaian hitam dengan ikat kepala merah menyerbu pesantren tersebut dengan cara yang brutal.

Mereka menangkap Kiai Imam Mulyo, pengasuh pesantren, dengan niat menculiknya dan melakukan tindakan represif lainnya terhadap para ulama. Namun, kali ini santri-santri di Pondok Tegalrejo tidak tinggal diam.

Mereka dengan berani melakukan perlawanan, mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi Kiai Imam Mulyo dari penculikan. Berkat keberanian para santri, Kiai Imam Mulyo berhasil diselamatkan dan terhindar dari nasib tragis seperti yang dialami ulama lain di daerah sekitarnya.

Topik Menarik