Kisah Mayor Inf Atang Sutresna, Diberondong Peluru saat Kibarkan Merah Putih Di Timor Timur

Kisah Mayor Inf Atang Sutresna, Diberondong Peluru saat Kibarkan Merah Putih Di Timor Timur

Infografis | sindonews | Rabu, 18 September 2024 - 06:02
share

KISAH heroik perjuangan 19 prajurit Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) yang kini bernama Kopassus dalam Operasi Seroja yang digelar 7 Desember 1975 di Timor Timur terus dikenang hingga kini.

Prajurit TNI diterjunkan dalam Operasi Seroja di Timor Timur yang sekarang bernama Timor Leste. Foto/Ist

Saat itu, mereka ditugaskan merebut sejumlah lokasi strategis di Dili, Timor Timur. Para personel pasukan khusus yang dipimpin Mayor Inf Atang Sutresna ini diterjunkan dengan pesawat angkut militer dari udara.

Baca juga: 6 Jenderal TNI Pemilik Brevet Kopassus Veteran Operasi Seroja, Nomor 4 Saksikan Komandan Gugur di Pelukan

Namun, begitu terjun dengan parasut dari udara, mereka disambut berondongan peluru dari Fretelin.

Kisah heroik pasukan ini diceritakan dalam buku "Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen". Atang Sutresna yang lahir di Tasikmalaya pada 22 Agustus 1943 kala itu masih berpangkat Mayor. Dia diterjunkan bersama 35 prajurit Yonif Linud 501 Kostrad.

Saat itu, Mayor Sutresna diterjunkan bersama 35 prajurit Yonif Linud 501 Kostrad. Nahas, Mayor Atang yang saat itu menjabat sebagai Komandan Detasemen Tempur (Dandenpur) I Nanggala V Grup 1 Kopassandha dihujani tembakan oleh Fretilin saat masih di udara.

Akibatnya, beberapa anggotanya gugur terkena peluru musuh saat payung masih mengembang di udara.

Baca juga: Kisah Hidup Jenderal Dudung, Mantan KSAD yang Pernah Ditempeleng Mayor Gegara Koran Jatuh

"Pada penerjunan di hari H, sebanyak 12 anggota Nanggala V langsung gugur. Satu orang esok harinya dan lima lainnya hilang. Dari lima yang hilang, tiga ditemukan sudah meninggal dan dua lagi ditemukan di laut,” kenang Letjen (Pur) Soegito yang saat itu berpangkat Letkol Infanteri dalam buku biografinya berjudul. “Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen”, dikutip Rabu (18/9/2024).

Setelah mencapai darat, Mayor Atang Sutresna bersama dua anggotanya yakni, Koptu Sugeng dan Koptu Suhar bergerak maju untuk merebut tempat-tempat strategis.

Selanjutnya Mayor Atang Sutresna bersama 19 prajurit Kopassandha ditugaskan merebut sejumlah lokasi strategis. Di antaranya, kantor gubernur, lapangan terbang dan pelabuhan.

Di bawah hujan tembakan musuh, Mayor Atang Sutresna kemudian meminta kedua anggotanya untuk mengibarkan bendera Merah Putih di Kantor Gubernur Timor Portugis di Dili, Timor Leste pada hari pertama Operasi Seroja digelar.

Namun upaya tersebut sulit dilakukan mengingat tempat pengibaran bendera berada di tengah lapangan kantor gubernur. Lokasinya yang sangat terbuka membuat ketiganya rawan terkena tembakan musuh.

Meski begitu, Mayor Atang Sutresna tidak putus asa, dengan gigih dia memberikan tembakan perlindungan untuk kedua anggotanya, sekaligus mengalihkan perhatian musuh.

Sementara itu, Koptu Sugeng dan Koptu Suhar dengan cepat berlari menuju tiang bendera. Keduanya langsung menurunkan bendera Fretilin dan menggantinya dengan bendera Merah Putih. Namun, baru naik setengah tiang, tiba-tiba Koptu Sugeng merasakan ada peluru musuh yang mengenai kakinya.

Kendati demikian, hal itu tidak meruntuhkan semangat kedua prajurit Kopassus. Keduanya tetap mengerek bendera Merah Putih hingga mencapai puncaknya.

Setelah berhasil menaikkan Merah Putih, keduanya kemudian berlindung. Dalam posisi berlindung, Koptu Sugeng memeriksa kakinya. Beruntung, peluru hanya mengenai kantong minuman dan tidak sampai melukainya.

Di tengah desingan peluru musuh Mayor Atang Sutresna secara perlahan bergerak mendekati persembunyian musuh.

Keputusan tersebut dilakukan untuk menghentikan tembakan musuh yang sangat gencar. Meski sempat dilarang oleh anak buahnya, Koptu Sugeng, namun Mayor Atang Sutresna tetap pada pendiriannya dan berusaha keluar dari tempat perlindungannya.

Kekhawatiran kedua anak buahnya menjadi kenyataan, baru 25 meter bergerak, peluru Fretilin menembus perut Mayor Atang dan mengenai bagian kepala. Mayor Atang Sutresna pun gugur seketika itu juga.

Kapten Infanteri Bambang Mulyanto yang ikut dalam penerjunan mengaku sudah memiliki firasat. Saat itu, dirinya sempat beradu pandang dengan Mayor Atang Sutresna.

Dirinya terkesiap karena merasa pandangan Mayor Atang Sutresna yang biasanya tajam terlihat sayu dan kosong. Kejanggalan mulai dirasakan ketika Mayor Atang sempat menitipkan anak perempuannya, padahal keduanya sama-sama diberangkatkan untuk bertempur.

Mayor Atang Sutresna yang gugur dalam tugas mendapat kenaikan pangkat menjadi Letkol Infanteri (Anumerta) Atang Sutresna.

Setelah tujuh jam pertempuran, pada pukul 12.30 WIT Kota Dili sudah dapat dikuasai lewat operasi lintas udara (Linud) terbesar dalam sejarah TNI. Siang hari Kota Dili telah dibebaskan dari penguasaan Fretilin.

Mereka mundur ke daerah perbukitan di selatan Dili. Sebagian pemimpinnya lari ke daerah Aileu. Sedangkan Lobato dan Ramos Horta melarikan diri ke Australia.

Setelah Dili dikuasai dan dilakukan konsolidasi diketahui, sebanyak 16 prajurit Korps Baret Merah gugur sedangkan dari Batalyon 502/Raiders Kostrad yang gugur sebanyak 35 orang. Dari pihak musuh tercatat 122 Fretilin tewas and 365 orang ditawan

Operasi Seroja ini berawal dari keprihatinan pemerintah Indonesia terhadap situasi politik dan keamanan di Timor Leste yang semakin genting menyusul hengkangnya Portugis dari wilayah tersebut akibat Revolusi Bunga.

Berdasarkan buku biografi Letjen TNI (Purn) Sutiyoso berjudul “Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando” diceritakan, sepeninggal Portugis, konflik bersenjata di antara faksi-faksi yang bertikai yakni Uniao Democratica de Timorense (UDT), kemudian Fretilin, dan Associacao Popular Democratica de Timor (Apodeti) membuat pengungsi dari Timor Leste membanjiri daerah perbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meminta perlindungan kepada pemerintah Indonesia.

Sementara itu, partai-partai politik yang saling berkonflik belum mendapatkan titik temu untuk mengatasi permasalahan yang ada. Bahkan, Pemerintah Portugis telah beberapa kali mengadakan perundingan dengan sejumlah partai politik seperti UDT, Fretilin dan Apodeti. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

Di bawah koordinasi Ketua G-1/Intelijen Hankam Mayjen TNI Leonardus Benny Moerdani atau dikenal LB Moerdani, dibentuklah Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) Operasi Seroja untuk merebut Kota Dili, basis kekuatan Tropas yang merupakan pasukan bersenjata Fretilin.

“Adanya komunisme di Timor Portugis (Timor Leste) dan jika dibiarkan akan masuk ke Indonesia. Untuk itu Timor Portugis harus direbut dan informasi ini didukung oleh data-data intelijen Amerika Serikat dan Australia,” kata Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan yang saat itu berpangkat Lettu Infanteri dan menjabat sebagai Dantim B untuk penerjunan di Dili dikutip dari buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia”.

Topik Menarik