Gawat, Rusia Ancam Ubah Doktrin Nuklir di Tengah Perang Ukraina

Gawat, Rusia Ancam Ubah Doktrin Nuklir di Tengah Perang Ukraina

Berita Utama | sindonews | Minggu, 7 Juli 2024 - 08:50
share

Rusia mengancam akan mengubah doktrin nuklirnya di tengah perangnya melawan Ukraina.

Ancaman itu disamapaikan Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov. Dia mengatakan perang saat ini mengharuskan Moskow untuk melakukan amandemen terhadap doktrin nuklirnya.

Doktrin nuklir Rusia yang berlaku sekarang ini menyatakan bahwa Moskow hanya akan menggunakan senjata nuklirnya jika eksistensinya sebagai negara terancam atau dengan kata lain tidak akan menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir.

Sejak awal invasi besar-besarannya ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin bersikap ambigu dalam sikapnya mengenai senjata nuklir, dengan mengatakan di satu sisi dia tidak membutuhkannya untuk mencapai tujuan perangnya di Ukraina. Namun di sisi lain, Moskow telah menggelar latihan senjata nuklir taktis di Rusia selatan dan juga dengan sekutunya; Belarusia.

Selama Forum Ekonomi Internasional St Petersburg bulan lalu, Putin juga menyatakan mungkin ada perubahan pada doktrin nuklir yang dia gambarkan sebagai instrumen hidup.

Moskow mengamati dengan cermat apa yang terjadi di dunia, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perubahan apa pun terhadap doktrin ini, katanya.

Para pejabat Rusia, seperti mantan presiden Dmitry Medvedev, juga sering melontarkan ancaman serangan senjata nuklir, sementara propagandis Kremlin menyarankan serangan rudal terhadap negara-negara Barat yang bersekutu dengan Ukraina.

Ryabkov mengatakan kepada majalah kebijakan luar negeri Rusia, International Affairs, bahwa perang di Ukraina berarti pencegahan nuklir dalam pengertian tradisional tidak berfungsi sepenuhnya. Oleh karena itu perlu ada tambahan dan amandemen konseptual, katanya, yang dikutip Newsweek, Minggu (7/7/2024).

Tanpa merinci bagaimana caranya, Ryabkov mengatakan; Pada akhirnya akan ada pendekatan yang lebih konkrit oleh Rusia mengenai eskalasi lebih lanjut yang dilakukan musuh-musuh kami.

Wacana mengenai amandemen doktrin nuklir Rusia belakangan ini semakin meningkat. Bulan lalu, Dmitri Trenin dari lembaga think tank Moskow, Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional, mengatakan doktrim tersebut harus diubah untuk menyatakan Rusia dapat menggunakan senjata atom terlebih dahulu ketika kepentingan inti nasional dipertaruhkan.

Hal ini karena Moskow harus meyakinkan masyarakat Barat bahwa mereka tidak akan bisa merasa nyaman dan terlindungi sepenuhnya setelah memprovokasi konflik dengan Rusia, katanya, menurut laporan The Associated Press pada 6 Juni.

Ancaman Rusia untuk menggunakan senjata nuklir telah membayangi perang dan memberikan keseimbangan bagi Amerika Serikat dan sekutu NATO untuk memasok senjata ke Ukraina guna melawan agresi Moskow, tanpa mengambil risiko eskalasi.

Daryl G Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, mengatakan dalam sebuah artikel bulan lalu bahwa untuk menghindari kesalahan perhitungan nuklir, harus ada dimulainya kembali dialog tentang kelanjutan perjanjian Rusia-AS yang ditangguhkanperjanjian perihal pengurangan risiko nuklir dan pengendalian senjata.

Dia menambahkan bahwa AS dan anggota NATO lainnya harus terus menahan diri untuk tidak membuat ancaman retoris berupa pembalasan nuklir, menghindari latihan nuklir yang provokatif, dan mengesampingkan tindakan tindakan Rusia yang kontraproduktif.

Topik Menarik