Perseteruan Wareng Vs Yoyok Sukawi: Demi Kepentingan PSIS Semarang atau Politis?
SEMARANG, iNewsSemarang.id – Perseteruan Plt Ketua Umum Panser Biru Kepareng Wareng dengan CEO PSIS Yoyok Sukawi yang juga calon Wali Kota Semarang hingga kini masih jadi perbincangan hangat warganet.
Perseteruan keduanya diduga dipicu kritik keras Wareng terhadap Yoyok Sukawi hingga berujung pelaporan ke polisi atas dugaan kebencian. Pentolan suporter PSIS itu seringkali melontarkan kritis di media sosial.
Wareng sendiri telah menjalani pemeriksaan di Mapolrestabes Semarang pada Kamis (31/10/2024). Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena membenarkan adanya laporan tersebut berkaitan dengan dugaan pencemaran nama baik tersebut. Polisi telah memanggil terlapor Wareng untuk diklarifikasi.
Merespons kasus pelaporan oleh Yoyok Sukawi, Wareng menegaskan bahwa dia hanya menyalurkan aspirasi untuk kemajuan PSIS tanpa niat mengumbar kebencian maupun tujuan politik.
“Pertanyaan yang diajukan penyidik masih seputar isu dugaan ujaran kebencian, tapi menurut kami itu bukan ujaran kebencian melainkan kritik yang dilandasi cinta untuk kemajuan manajemen PSIS,” tegasnya.
Dia menyebutkan terkait bukti yang dibawa oleh pelapor adalah ajakannya untuk aksi pada tanggal 2 November mendatang, unggahan ulang (repost) sebuah story Instagram dan sejumlah poster bertuliskan “Save PSIS” dan “Love PSIS.”
“Ini semua demi kemajuan PSIS, bukan untuk nuansa politik atau apapun,” tegas Wareng. Menurutnya, sejumlah kritik yang dia sampaikan adalah bentuk kekecewaan dan sejumlah suporter PSIS Semarang yang saat ini berada di papan bawah.
“Sebagai ketua Panser Biru, saya hanya mewakili suara teman-teman yang kecewa dengan kondisi PSIS yang saat ini berada di dekat zona degradasi. Kami juga telah mencoba bertemu pihak manajemen PSIS, namun sampai saat ini belum ada tanggapan,” ujarnya.
Performa PSIS Semarang yang terus merosot menjadi keprihatinan dan sorotan tajam suporternya, Panser Biru dan Snex. Kedua kelompok suporter itu kompak menyuarakan keprihatinnya dalam pernyataan sikap yang ditujukan kepada manajemen PSIS.
Pernyataan sikap yang ditandatangani DPP Panser Biru dan DPP Semarang Extreme (Snex) ini dimaksudkan untuk ‘menyelematkan’ tim PSIS agar tak semakin terpuruk di Liga 1 2024/25.
“Kami menuntut adanya komitmen nyata dari manajemen untuk meningkatkan performa tim dan membangun kedekatan dengan suporter. Klub seharusnya secara terbuka merespons kritik dan masukan dari para pendukung yang sangat peduli terhadap perkembangan PSIS Semarang.
Kami berharap manajemen PSIS Semarang dapat mendengar dan merespons tuntutan ini dengan serius demi kemajuan klub dan kebanggaan pendukung. Kegagalan untuk merespons tuntutan ini hanya akan memperburuk citra klub dan memperdalam kekecewaan para suporter. Dengan penuh harapan untuk perubahan,” tulis akun resmi Instagram @panserbiru2001 dan @officialsnex2005.
Konflik Yoyok Sukawi dengan Wareng juga menjadi perhatian Zainal Petir selaku ketua LBH PETIR (Penyambung Tititpan Rakyat) Jateng menyayangkan sikap kurang dewasanya Yoyok Sukawi yang melaporkan Wareng yang dianggap telah melakukan ujaran kebencian melalui medsos.
"Mestinya klarifikasi dulu. Wong Wareng selama ini kan sering membantu Yoyok melalui jaringaan suporternya untuk menghantarkan menjadi dewan. Juga ikut membesarkan nama PSIS dengan keberadaan Panser Biru. Kalau ada masalah yang tidak sejalan, bisa diajak rembugan. Jangan dikit-dikit laporan polisi. Iya itu hak Yoyok untuk mempolisikan tapi kan pernah berjasa," kata Petir, Senin (4/11).
Menurutnya, Yoyok Sukawi belum siap jadi pemimpin. Pemimpin itu harus siap dikritik bahkan dicaci maki oleh warganya. " Kalau pemimpin tidak siap dikritik ya jadi tukang macul saja. Beli tanah sawah kemudin bertani, pasti tidak ada yang memaki atau mengkritik. Nyaman pokoke," katanya.
Dia menegaskan bahwa perkumpulan pecinta sepak bola khsusunya pendukung PSIS, tapi suporter tidak bisa diwajibkan ikut CEO PSIS karena di dalamnya kumpulan pecinta sepakbola yang beda pilihan dan tidak ada garis instruksi atau garis komando.
“Suporter bebas memilih tapi sebaiknya menggunakan hak pilih untuk memilih calon pemimpin Kota Semarang. Jangan terlaku fanatik dengan pasangan calon karena bisa jadi ketika sudah jadi bisa tidak sesuai harapan tapi antar suporter tetap jadi teman,” tegasnya.
Di sisi lain, kata dia, manajeman PSIS harus transparan dan menjaga hati dan perasaan suporter jangan sampai kecewa. “Suporter itu mania atau sangat mencintai idolanya sehingga tidak boleh main-main memenej PSIS,” ujarnya.