Review Film The Woman King, Dora Milaje The Movie

Review Film The Woman King, Dora Milaje The Movie

Seleb | BuddyKu | Rabu, 5 Oktober 2022 - 12:46
share

GwiGwi.com Para penjual budak dari Kerajaan Oyo sedang bersantai di dekat api unggun saat mendengar suara dari rumput tinggi alang-alang. Dari sana, perlahan berdiri Jenderal pasukan khusus perempuan Agojie Kerajaan Dahomey, Nanisca (Viola Davis) dengan kesangaran dan wibawanya (mengingatkan pada Chadwick Boseman di BLACK PANTHER).

Melihat momen itu keraguan saya hilang soal apakah para tentara perempuan yang sangat etnik ini bisa tampak meyakinkan. Ya, sangat ya.

Di benua Afrika tahun 1832, Kerajaan Dahomey yang dipimpin Raja muda Ghezo (John Boyega) mendapat ancaman dari Kerajaan semena-mena Oyo yang sudah menguasai beberapa suku di bawahnya. Dibantu oleh anak buahnya Amenza (Sheila Atim) dan Izogie (Lashanna Lynch), Nanisca lalu melatih para rekrut baru ke dalam pasukannya. Di antaranya adalah Nawi (Thudo Mbedu) gadis yang menolak menikah dengan pria tua kaya dan diserahkan bapaknya ke Raja.

Bekas luka di punggung Nawi yang dikenali oleh Nanisca membuat dirinya terguncang. Sementara Kerajaan Oyo semakin beringas

Cerita THE WOMAN KING sebenarnya bukan cerita yang segar, namun budaya, karakter dan akting lah yang memoles cerita itu dan memberinya pengalaman baru. Akting penuh komitmennya berhasil menghidupkan sub genre sword and sandal ini, yang maaf ngomong, bisa terasa jadul nan norak.

Momen seperti Izogie yang bercanda dengan bocah yang takut pada tentara mereka yang lewat. It gives layer to these seem stoic scary warriors that they are human and they fight for the Kingdom, for the boy as well. This little moment and more draws you to want to understand them and the culture more. They are more than just representation thingy that may make synical modern audience roll their eyes when they see the movie poster. Which maybe a success in both movie wise and cultural impact ish.

Hubungan Nanisca dan Niwa juga menambah warna kemanusian kehidupan masa itu dan sosok di balik si jendral sangar. Ini mungkin salah satu yang paling saya apresiasi dari THE WOMAN KING, sadar penuh dengan kata WOMAN di judulnya. Tidak mencoba memaskulinkan mereka dengan hanya menunjukan keberingasan tapi juga mengeksplorasi kerapuhan dan kekuatan yang boleh jadi hanya unik dimiliki perempuan.

Di belakang kamera mungkin banyak yang disayangkan baik pilihan angle sinematografi yang kadang terasa datar kalau tidak dibantu aktingnya, editing yang terkadang terasa melompat-melompat (ada yang disensor kah?) dan beberapa fight scene yang kurang meyakinkan (keliatan banget gak kena pukulannya tapi musuhnya mental. Beberapa kali begini).

Kerajaan Dahomey memiliki sejarah kontroversial di mana kekayaannya berasal dari menjual budak. Komoditas yang sudah membudaya ini agaknya sulit dipercaya bila si jagoan Nanisca menentang dan meminta Raja berjualan minyak sawit saja. Saya cari tahu, apakah THE WOMAN KING berdasarkan kisah nyata? Nope. Sisi gelap yang nyata ini seolah coba diperhalus dan yaaah hasilnya berasa di Hollywood kan.

THE WOMAN KING ternyata dibalut dengan pop bukan menjadi rekaan yang siap menerima dan mengadaptasi total baik buruk materinya. But it certainly one of a kind.

Topik Menarik