Respons Asosiasi Penyelenggara Event Musik Purwokerto terhadap Penyelenggaraan Konser yang Bobrok

Respons Asosiasi Penyelenggara Event Musik Purwokerto terhadap Penyelenggaraan Konser yang Bobrok

Terkini | purwokerto.inews.id | Selasa, 31 Desember 2024 - 09:00
share

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Raisa, penyanyi terkenal batal hadir di Purwokerto. Secara khusus, Raisa memberikan pernyataan langsung lewat video. Ia meminta maaf kepada penggemarnya. Raisa kecewa dengan pihak penyelenggara yang tidak kooperatif dan tak profesional. 

Line up-nya tidak hanya Raisa, juga Good Morning Everyone serta Oomleo dan Baale (Iqbal Ramadhan). Ratusan tiket telah terjual, beberapa lapisan masyarakat Purwokerto menanti pertunjukan tersebut. 

Antusiasme untuk menyaksikan idola sekaligus perayaan akhir pekan terakhir di 2024 berujung menjadi kegeraman masyarakat dan berbagai pihak. Satu per satu artis mengumumkan batal mengunjungi dan melakukan pertunjukan di Purwokerto. 

Hal tersebut terjadi karena kelalaian penyelenggara konser yang gagal menunaikan tanggung jawabnya terhadap pihak manajemen artis terkait dan berbagai sektor pendukung penyelenggaraan konser.

Tahun lalu hal serupa juga terjadi di Purwokerto, dengan inti permasalahan yang sama, pihak penyelenggara konser yang gagal menunaikan tanggung jawabnya.

Tahun 2024 tercatat cukup banyak konser musik terlaksana baik yang diinisiasi oleh promotor dari dalam atau luar Purwokerto, bahkan spesifik yang digagas oleh “Mahasiswa”. 

Dari data yang tercatat, beberapa gelaran tersebut berjalan dengan pincang bahkan hampir dibatalkan, terutama event yang diinisiasi oleh “Mahasiswa”, baik mewakili Prodi, Fakultas, Himpunan dan sebagainya. Ekosistem penyelenggaran konser di Purwokerto berangsur bobrok dengan kasus serupa dan berulang. 

Beberapa orang yang terjejaring dari industri showbiz di Purwokerto memutuskan berkumpul dan membentuk forum guna merespon fenomena tersebut. Konsorsium ini terdiri dari berbagai sektor penyelenggaraan event, mulai dari promotor, event organizer, vendor, sponsor, manajemen artis, pemangku kebijakan, dan stakeholder lainnya.

 

Diskusi ini dilaksanakan beberapa waktu lalu berbarengan dengan hari di mana seharusnya konser besar diselenggarakan. 

Difasilitasi oleh Hetero Space Banyumas, tercatat sekitar tujuh jam diskusi berlangsung memaparkan lapisan fundamental penyelenggaraan event, hingga isu krusial yang mendorong dialog ini berlangsung. 

Beberapa pihak profesional hingga yang tersertifikasi di bidang ini diundang sebagai narasumber dengan wacana memperbaiki ekosistem penyelenggaraan event musik di Purwokerto. Oomleo, salah satu line up konser yang gagal tersebut bahkan turut hadir dalam diskusi ini. Oomleo, merupakan seniman yang cukup beririsan pada geliat serta pergerakan ekosistem pertunjukan, bahkan sampai di skala kabupaten.

Diskusi ini dimulai dari bahasan potensi dampak yang akan terjadi apabila konser musik batal atau berjalan dengan pincang, terutama karena faktor kelalaian penyelenggara atau penggagas event. 

Dampaknya tidak hanya berhenti pada kerugian finansial dan kapital, namun berpotensi menjalar ke lapisan lainnya, mulai dari tingkat kepercayaan antar stakeholder yang dipertanyakan, boikot dari pihak manajemen artis, daya beli dan tingkat kepercayaan masyarakat turun sehingga berdampak pada event selanjutnya, perizinan yang akan semakin sulit, sampai kekhawatiran pelaku industri showbiz di Purwokerto akan invasi dan intervensi oknum penyelenggara dari luar Purwokerto mengambil alih ladang mata pencaharian mereka. 

Tahun 2024 menjadi tahun yang cukup punya sorotan terutama pada penyelenggaraan konser musik yang diinisiasi oleh “Mahasiswa”. Beberapa nama musisi besar populer lebih sering terdengar singgah di kota ini pada tahun 2024. Namun yang disayangkan, tidak sedikit dari konser musik yang digagas oleh “Mahasiswa” ternyata juga sama bermasalahnya. 

Mulai dari pendanaan yang kurang, hingga birokrasi yang bermasalah. Aldiz  (Voice Hell) merupakan salah satu orang yang paling sering bersinggungan dengan event yang diselanggarakan oleh “Mahasiswa”, baik sebagai vendor, organizer, konsultan, bahkan sebagai orang yang siap pasang badan untuk event yang hampir menyerah dan batal. 

Tentu saja hal ini menjadi polemik yang berkelanjutan serta merugikan banyak pihak. Tidak sedikit dari mereka (Mahasiswa) yang belum memahami fundamental penyelenggaraan sebuah konser musik, terutama perihal tanggung jawab dan pendanaan. 

 

Tidak jarang narasi yang mereka bawa hanya sebatas euforia selebrasi, sampai dengan indikasi kepentingan personal yang dipaksakan, dan akhirnya menyeret banyak pihak untuk menanggungnya. 

Setelah ditelaah ternyata banyak hal yang dilupakan dari beberapa penyelenggaraan atas inisiasi “Mahasiswa”, salah satunya adalah birokrasi dengan institusi yang menaungi mereka. Kesimpulannya adalah mereka (Mahasiswa) belum banyak yang paham akan wacana penyelenggaraan konser musik dan pengaruhnya terhadap kota ini. 

Perdebatan selanjutnya berada pada tahap apakah event/konser musik yang berjalan pincang karena kelalaian penyelenggara layak untuk dibantu, terutama gelaran yang digagas oleh “Mahasiswa”. Dengan segala bentuk risiko yang telah dibahas sebelumnya, sesi perdebatan ini memunculkan dua sudut pandang, mereka yang hadir dari kolektif dan komunitas serta mereka yang secara profesional terjun dalam penyelenggaraan berbasis bisnis. 

Aldiz dalam konteks ini membawa semangat kolektif yang tinggi, penolakan keras terhadap event yang hampir menyerah ia dasari atas asas keberlangsungan jejaring dengan kota lain terutama manajemen artis terkait. 

Sialnya, ia bahkan mengusahakan berbagai metode bahkan mengorbankan banyak hal demi sebuah gelaran tetap terlaksana. Dari sudut pandang bisnis, hal tersebut sudah jelas terlalu merugikan, terutama bagi kota ini dan tidak ada toleransi bagi hal tersebut. Dalam perdebatan ini, Oomleo menjadi peredam yang cukup baik, kemudian mengarahkan dan membagi pemahaman akan potensi besar yang bisa dilakukan oleh kota ini. 

Dari segala masalah dan perdebatan yang terjadi, Purwokerto masih punya pekerjaan yang banyak untuk membenahi ekosistem industri showbiz pada khususnya. Lebih konkrit lagi, kelanjutan dari konsorsium ini akan diarahkan untuk membentuk sebuah unit atau asosiasi penyelenggara event musik di Purwokerto. 

Hal ini ditujukan sebagai bentuk pengawasan, kurasi, dan pendampingan bagi setiap konser musik yang akan diselenggarakan di Purwokerto. Dengan adanya asosiasi ini harapannya dapat meminimalisir potensi event yang bermasalah di kemudian hari. Asosiasi ini nantinya akan bekerja sama dan berjejaring dengan berbagai pihak terutama pemangku kepentingan dan kebijakan yang berwenang untuk menurunkan izin sebuah konser musik aman untuk diselenggarakan. 

Proses diskusi pembentukan asosiasi ini masih terus berlanjut hingga menemukan formula terbaik untuk keberlangsugan industri showbiz di Purwokerto. Harapannya dengan hadirnya asosiasi ini dapat menjadi angin segar bagi penyelenggaraan event di Purwokerto maupun bagi masyarakat, yang akhirnya akan berdampak pada ekosistem industri musik di Purwokerto.
 

Topik Menarik