Jembatan Gantung Ambruk, Warga dan Pelajar di Lebak Bertaruh Nyawa Seberangi Sungai
LEBAK, iNewsPandeglang.id – Jembatan gantung yang menghubungkan dua kecamatan di Lebak, Banten, ambruk pada Kamis (14/11/2024), memaksa warga dan pelajar untuk bertaruh nyawa menyeberangi sungai demi melanjutkan aktivitas sehari-hari. Akses yang terputus akibat kerusakan jembatan menyebabkan mereka mencari jalur alternatif yang lebih berbahaya, termasuk menyebrangi sungai dengan risiko kecelakaan.
Jembatan gantung ini sangat penting bagi warga dan pelajar, karena menghubungkan Desa Parakanbeusi, Kecamatan Bojongmanik, dengan Desa Bonjongmenteng, Kecamatan Leuwidamar. Selain digunakan oleh warga untuk ke pasar atau kota, jembatan ini juga menjadi jalur utama bagi pelajar yang harus melewati jalur tersebut untuk bersekolah. Akibat ambruknya jembatan, warga dan pelajar terpaksa mencari jalur alternatif yang lebih jauh dan memakan waktu lebih lama.
Pantauan di lokasi pada Jumat (15/11/2024), terlihat sejumlah siswa berani menyebrangi sungai yang cukup lebar dan deras. Beberapa pelajar tampak hati-hati saat melangkah, karena arus yang cukup kuat dapat membahayakan mereka.
"Ya terpaksa, kami harus menyeberangi sungai karena jembatan yang rusak tak bisa dilalui. Kami berharap ada solusi cepat," ujar Hasan Basri, seorang pelajar SMP 4 Leuwidamar yang terpaksa menyebrangi sungai setiap hari untuk menuju sekolahnya.
Warga dan pelajar terpaksa bergelantungan di puing jembatan gantung yang ambruk, demi melanjutkan perjalanan sehari-hari yang penuh risiko. Foto iNews/Sopian Sauri
Tuti, seorang pelajar lainnya, juga mengungkapkan hal yang serupa. "Jalan juga sudah rusak sejak lama, dan sekarang jembatan juga ambruk. Kami berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan ini supaya kami bisa kembali bersekolah dengan aman," katanya.
Tuti dan banyak siswa lainnya kini harus menempuh jalan yang jauh dan berisiko setiap pagi untuk menuju sekolah.
Bangun Kolaborasi Strategis dengan FiberStar dan CBN, Lippo Karawaci Hadirkan Koneksi Internet Cepat
Kepala Desa Parakanbeusi, Pulung, menjelaskan bahwa jembatan yang ambruk berusia sekitar 15 tahun dan sudah rapuh. "Jembatan ini menghubungkan dua kecamatan dan menjadi akses utama bagi warga yang ingin menuju pasar atau kota. Kami sangat berharap ada perhatian dari pemerintah agar jembatan ini segera diperbaiki," ujar Pulung.
Menurutnya, jika jembatan tidak segera diperbaiki, warga harus memutar sejauh 20 km, yang tentu sangat memberatkan.
Sementara itu, pihak desa sudah mengerahkan hansip untuk menjaga anak-anak yang melewati sungai agar tidak terjadi kecelakaan. "Kami khawatir jika ada anak-anak yang terjatuh atau terseret arus sungai. Kami berharap pemerintah cepat bertindak," tambah Pulung.
Pihak kecamatan sudah melakukan pengecekan dan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten, namun hingga saat ini belum ada respons. Warga dan pemerintah desa berharap agar Pemkab Lebak segera memperbaiki jembatan tersebut demi keselamatan warga, terutama anak-anak sekolah yang sangat terganggu dengan kondisi ini.
Dengan adanya kerusakan jembatan ini, diharapkan pemerintah segera memberikan perhatian dan solusi agar akses pendidikan dan transportasi kembali lancar.