Review Film DC League Of Super-Pets, Good for Fans and Not For Kids? GOOD FOR FANS AND NOT FOR KIDS..?
GwiGwi.com Hewan peliharaan para superhero DC mempunyai sejarah yang panjang. Diawali dengan anjing Krypto sebagai teman Superman di masa silver age diikuti dengan Ace milik Batman dan favorit saya, Topo gurita yang pandai bermain alat musik milik Aquaman. Sejak kemunculan kembali Topo di run Aquaman New 50 yang ditulis Geoff Johns dan issue SuperSons tentang geng Super Pets, Krypto,Titus (anjing Damian, anak Bruce Wayne) dan hewan super lainnya yang menghibur, saya rasanya ingin lihat para peliharaan ini muncul lebih banyak lagi. Lebih-lebih di film live actionnya, tapi yang ini sepertinya masih sangat jauh. DC LEAGUE OF SUPER PETS tak memenuhi dahaga itu.
Di versi film ini Krypto kecil lah yang berinisiatif meloncat masuk kapsul roket Kal-El/Superman saat masih bayi untuk menemaninya. Saat Supes kecil sedih terpisah dari orang tua dan planetnya hancur, Kyrpto lah yang menghiburnya.
Momen-momen ini adalah yang terbaik sepanjang film.
Krypto (Dwayne Johnson) beranjak dewasa dan menjadi partner beraksinya Clark Kent/Superman (John Krasinski). Saat saat yang dirasanya menyenangkan ini berubah waktu dia melihat Clark dekat dengan Lois Lane (Olivia Wilde). Krypto merasa tersisihkan. Sementara itu, saat Justice League beraksi, imbas dari heroisme mereka malah membantu Lulu (Kate Mckinnon), bekas hewan percobaan Lex Luthor (Marc Maron) untuk mendapatkan kekuatan dan menjalankan eeeevil plannyaaaaa.
Dwayne Johnson sebagai pengalih suara Krypto kurang terasa klop atau terlalu dewasa. Sering sekali emosi tak tersampaikan dan seperti membaca skrip saja. Voice acting beliau tak seekspresif saat dia berakting. Diperparah dengan banyaknya komedi film ini yang menggunakan verbal dan dialog-dialog. Kebanyakan dialog komedi dari Kevin Hart sebagai Ace yang kurang pas untuk animasi yang mengincar pasar anak-anak.
Saya bukan fans komedinya Kevin Hart (I struggle to find his style funny) tapi keputusan film ini yang begitu memberatkan komedi pada dialog sedaripada tingkah pola karakternya cukup membingungkan. Ditambah lagi joke ala film komedi biasa ini gak tepat untuk film animasi untuk anak-anak. Terbukti dari jarang ada momen saya mendengar anak-anak tertawa saat screening kemarin. Kebanyakan dari orang dewasa. Berbeda sekali saat misal menonton film SPONGEBOB SQUAREPANTS atau film-film kartun Pixar di mana anak-anak terasa bisa menikmati.
DC LEAGUE OF SUPER PETS memasukkan banyak refrensi DC yang mudah menghibur para fans. Masalahnya refrensi nya cukup deep cut dan berpotensi membingungkan para anak-anak. Refrensi yang dipakai pun banyak dari komik dan animasi, bukan universe film-film DC. Berapa banyak anak-anak sekarang yang membaca komik superhero amrik? Apalagi anak-anak Indonesia? Berbeda dengan komedi DEADPOOL yang merefrensi film-film superhero. Walhasil, hanya fans-fans dewasa yang senang bukan anak-anak.
Dari segi animasi DC LEAGUE OF SUPER PETS tak punya banyak taring dibandingkan kompetitornya dari PIXAR mau pun dari SONY. Blocking karakternya terasa kaku tak dinamis. Banyak sekali adegan karakter berdiri bareng dan menyampaikan joke dari dialog. Joke gaya Kevin Hart. Saya harap anak-anak paham jokenya dia. Kalau melihat begitu ramai nan energiknya film-film animasi LEGO, inventifnya SPIDERMAN: INTO THE SPIDERVERSE dan DISNEY/PIXAR dengan supremasinya di banyak lini, animasi di film ini telat zaman .
Bukannya film ini sama sekali tak ada nilai menghibur (baik cerita menyentuh masa lalu Ace dan momen-momen lucu dari Batmannya Keanu Reeves bekerja efektif dan lain-lain) tapi banyak aspek yang menjadi beban saat menonton untuk menuju momen menghibur itu. Its an underwhelming experience to say the least. On the other hand THE SEA BEAST on Netflix is terrific so far
Momen pacaran stuff yang mungkin bikin gak nyaman (ada bocah teriak-teriak pas Supes dan Lois mau ciuman) danada penyelipan momen LGBT?