Trump Ingin 'Bersihkan' Gaza, Tekan Negara-Negara Arab untuk Terima Pengungsi Palestina
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menyarankan agar negara-negara Arab tetangga menerima pengungsi Palestina dan "membersihkan" Jalur Gaza yang dilanda perang.
Berbicara kepada wartawan di Air Force One pada Sabtu, (25/1/2025) Trump mengatakan bahwa ia berbicara dengan Raja Abdullah II dari Yordania mengenai perang tersebut dan berencana untuk berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi pada Minggu, (26/1/2025).
"Saya ingin Mesir menerima orang (Palestina), dan saya ingin Yordania menerima orang (Palestina)," kata Trump ssebagaimana dilansir RT. "Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, kami hanya membersihkan semuanya. Ini benar-benar kacau."
"Saat ini, ini benar-benar lokasi pembongkaran. Hampir semuanya dihancurkan, dan orang-orang sekarat di sana," tambahnya. "Jadi, saya lebih suka terlibat dengan beberapa negara Arab, dan membangun perumahan di lokasi yang berbeda, di mana mereka mungkin dapat hidup dengan damai untuk perubahan," kata Trump kepada wartawan.
Respon Mesir dan Yordania
Baik Mesir maupun Yordania telah menolak gagasan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza. Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menegaskan pada Minggu bahwa posisi kerajaan tersebut dalam menentang pengusiran warga Palestina tetap "tidak dapat diubah dan tidak berubah."
Pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Mesir juga menekankan komitmennya untuk membela hak-hak warga Palestina dan menentang pengusiran penduduk Gaza.
Sekira 1,9 juta orang – lebih dari 90 populasi Gaza – telah mengungsi sejak perang antara Israel dan Hamas pecah pada bulan Oktober 2023, menurut PBB.
Meskipun kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada tanggal 15 Januari, Israel sejak itu menuduh Hamas melanggar pengaturan pertukaran tahanan dan menghentikan pemulangan warga Gaza ke rumah mereka di bagian utara daerah kantong tersebut. Kedua belah pihak juga saling menuduh melakukan pelanggaran gencatan senjata.
Pada Sabtu, Hamas menyerahkan empat tentara wanita Israel dengan imbalan pembebasan 200 tahanan Palestina. Pemerintah Israel mengatakan bahwa Hamas awalnya berjanji akan membebaskan sandera lain.
Hamas menyandera sekira 250 orang dan membunuh sekira 1.200 orang selama serangan mendadaknya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 47.000 warga Palestina telah tewas di Gaza, menurut otoritas setempat.