Fakta Baru di Balik Meledaknya Tesla Cybertruck, Pengguna Tak Punya Privasi
JAKARTA - Truk listrik Tesla Cybertruck meledak di depan Hotel Trump, di Las Vegas, Amerika Serikat, belum lama ini. Peristiwa itu mengakibatkan satu orang dan tujuh orang terluka.
Namun, di balik itu ada fakta lain yang terungkap mengenai ranah privasi.
Pendiri sekaligus CEO Tesla Elon Musk langsung mengetahui penyebab ledakan Cybertruck. Ini membantu polisi dalam mempercepat proses penyelidikan untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada truk listrik bergaya double cabin itu.
1. Teknologi Kontrol Jarak Jauh
Hal ini diketahui karena Tesla menyematkan teknologi pengontrol jarak jauh yang terhubung dengan program melalui internet. Apa pun yang terjadi di dalam mobil terekam oleh kantor pusat Tesla, termasuk aktivitas pengemudi.
"Saya harus berterima kasih kepada Elon Musk, khususnya. Dia memberikan kami informasi tambahan yang cukup," kata Sherif Kevin McMahill, dari Departemen Kepolisian Las Vegas, seperti dikutip dari Carscoops.
Informasi tersebut mencakup di mana truk itu berada, bagaimana perjalanannya dari Colorado Springs ke Las Vegas, dan banyak lagi.
Artinya, mobil yang seharusnya menjaga privasi penggunanya sudah tidak berlaku saat ini, khususnya untuk produk Tesla. Itu sebabnya, seorang pengamat keamanan siber mengatakan pengguna tak memasukkan terlalu banyak informasi pada kendaraannya.
2. Pedang Bermata Dua
David Choffnes dari Cybersecurity and Privacy Institute di Northeastern University mengatakan pengguna Tesla seharusnya belajar dari kasus ledakan Cybertruck. Itu karena seluruh data pengguna didapatkan dengan mudah.
"Hal ini menunjukkan adanya pengawasan menyeluruh. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, hal ini memang membantu. Namun, hal tersebut merupakan pedang bermata dua. Perusahaan yang mengumpulkan data ini dapat menyalahgunakannya,” ujarnya.
Data pengguna kendaraan bermotor bukan kali ini saja dapat diakses dengan mudah.
Sebelumnya, General Motors memutuskan berhenti berbagi data konsumen dengan LexisNexis dan Verisk setelah laporan menyoroti betapa detailnya data tersebut.
Selain itu, pada Mei 2024, muncul laporan yang mengatakan bahwa dari 14 produsen mobil, hanya lima yang memerlukan surat perintah ketika pihak berwenang meminta data lokasi.
Sebulan yang lalu, kelemahan keamanan menemukan sekitar 800.000 pemilik Volkswagen memiliki data GPS, status kendaraan, dan informasi lainnya yang dapat diakses secara online oleh siapa saja.