Strategi Jitu Pattimura Buat Belanda Takluk Dua Kali di Duurstede Maluku
Pasukan Belanda yang mendengar kabar kekalahan perang melawan Pattimura dan tentaranya, langsung mengirimkan bantuan. Mayor Beetjes memimpin pasukan kiriman kedua untuk menuju kawasan Benteng Duurstede, Maluku, yang ditaklukkan oleh pasukan Pattimura dan rakyat Maluku.
Bantuan pasukan itu sebenarnya juga sudah diantisipasi oleh Pattimura. Bahkan sejak armada arombay Beetjes memasuki Teluk Saparua, Kapitan Pattimura sudah bersiap-siap dengan strateginya. Seluruh pasukan diatur sepanjang pantai.
Setiap gerakan armada diikuti oleh pasukan dengan dengan cermat. Sekitar 1.000 orang yang sebagian bersenjatakan bedil, dan sebagian lagi bersenjatakan pedang dan tombak segera dikonsentrasikan di tempat pendaratan.
"Pendaratan pasukan Beetjes sendiri berlangsung mulus di Pantai Waisisil, di sebelah barat Duurstede," demikian dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia".
Sebenarnya salah satu pasukan tersebut sudah berhasil membuka jalan sampai ke Sungai Waisisil. Namun, Beetjes tidak menyadari hal ini. Tanda mengundurkan diri dibunyikan, sehingga semua pasukan tersebut bergegas kembali ke arombay.
Namun, pengunduran yang tidak teratur ini malah menyebabkan kehancuran Beetjes. Para pengayuh arombay atau kapal yang biasanya digunakan mengangkut orang, yang terdiri atas penduduk desa berusaha menyelamatkan diri setelah melihat pasukan- pasukan Pattimura mulai menyerbu pantai.
Hampir seluruh pasukan Beetjes musnah di Waisisil, termasuk Beetjes sendiri. Kekalahan yang kedua kali ini lebih lagi menimbulkan kegemparan di kalangan pemerintahan Belanda.
Padahal sebenarnya usai menyerang dan menaklukkan Duurstede, pada 16 Mei 1817, Pattimura dan rakyat Maluku sudah merencanakan menyerbu ke arah benteng Zeelandia, di Pulau Haruku, Maluku. Bahkan pemberitahuan sudah dikirimnya ke Hulaliu, masyarakat di Pulau Haruku.
Tapi karena adanya serangan balasan dari Belanda, armada tempur Pattimura itu urung menyerbur kawasan Zeelandia. Padahal desa-desa yang menerima surat dari Pattimura, sudah bersiap untuk mengirimkan warganya untuk berperang.