Robbie Williams Blakblakan Ungkap Orientasi Seksual
LOS ANGELES - Robbie Williams secara terbuka menanggapi spekulasi tentang seksualitasnya dalam wawancara dengan The Guardian terkait film biografinya, Better Man.
“Saya sudah melakukan segalanya kecuali melakukan hubungan seksual dengan pria. Jujur saja, anda tidak akan menemukan orang yang lebih ingin menjadi gay dibandingkan saya,” ujar Williams.
Robbie Williams mengenang kasus pencemaran nama baik tahun 2005, saat sebuah tabloid menuduhnya terlibat dalam "hubungan homoseksual," dan berbicara tentang pergulatannya dengan persepsi publik terhadap seksualitasnya.
Ia berterus terang mendukung komunitas LGBTQ+ sebagai seorang sekutu, sekaligus berusaha menjaga identitas dan integritas dirinya di tengah tekanan media.
“Saya ingin menjadi sekutu, namun di saat yang sama tetap menjaga keaslian dan kehidupan pribadi saya,” tutur Robie.
Mengenang awal karirnya bersama Take That yang kerap tampil di klub gay, Williams mengaku merasakan kebebasan yang jarang ditemukan di tempat lain.
“Ketika saya masuk ke dunia gay, saya tidak menemui [kekerasan] seperti itu. Yang ada hanyalah penerimaan sepenuhnya, humor, kebebasan, dan rasa aman,” jelasnya.
Disutradarai oleh Michael Gracey, yang sebelumnya menggarap The Greatest Showman, Better Man menggambarkan perjalanan hidup Robbie Williams, mulai dari masa-masa awalnya bersama Take That hingga perjuangannya melawan kecanduan dan masalah kesehatan mental.
Gracey menjelaskan bahwa penggunaan konsep kera dalam film ini menjadi tantangan besar selama proses pengembangan.
“Meyakinkan para pemodal sangat sulit,” ucapnya.
“Awalnya mereka antusias dengan gabungan sutradara The Greatest Showman dan Robbie Williams, lalu berkata, 'Kami tertarik.' Namun ketika saya menambahkan, 'Satu hal lagi, Rob akan diperankan oleh monyet,' itu langsung mengakhiri banyak pertemuan pendanaan,” sambungnya.
Film ini juga menyoroti hubungan kompleks Williams dengan mantan rekan satu bandnya di Take That, terutama Gary Barlow. Williams mengungkapkan bahwa Barlow sempat menyatakan kekhawatirannya tentang bagaimana dirinya digambarkan dalam naskah film tersebut.
“Rob, setelah membaca naskahnya, saya terlihat lebih buruk daripada Darth Vader di film pertama Star Wars,” kata Barlow.
Film yang dijadwalkan rilis pada 26 Desember ini juga mengeksplorasi hubungan Williams dengan Nicole Appleton dari All Saints, termasuk adegan kontroversial yang menggambarkan keputusan untuk mengakhiri kehamilan mereka.
Williams menjelaskan bahwa adegan tersebut hanya dimasukkan setelah mendapatkan persetujuan dari Appleton, dengan menyoroti tekanan yang mereka rasakan dari industri hiburan pada saat itu.
"Anda dibimbing, bahkan dipaksa, untuk mengakhiri hidup seseorang hanya karena menjadi anggota band pop... Baru sekarang Anda menyadari, 'Apa-apaan ini? Gila,'" ujarnya.
Williams menggambarkan pengalaman awalnya dengan ketenaran di usia muda sebagai sesuatu yang serupa dengan eksperimennya menggunakan narkoba di masa remaja.
"Saya pertama kali mencoba LSD saat berusia 15 tahun, dan seharusnya tidak melakukannya pada usia itu. Sama halnya dengan ketenaran. Saya seharusnya tidak terpapar ketenaran. Keduanya memiliki dampak yang serupa," jelasnya.
Kini, sebagai suami dan ayah dari empat anak, Williams menjalani kariernya dengan pendekatan yang lebih dewasa.
“Sekarang saya bilang, 'Ayah pergi bekerja,” ucap Williams..
"Dulu, karier ini bukan sekadar pekerjaan. Saya menganggapnya sebagai sesuatu yang ajaib. Namun, ketika akhirnya mencapai puncak, yang saya temukan hanyalah krisis eksistensial,” lanjutnya.
Williams juga membahas pendekatan unik dalam film biografinya, di mana ia memilih untuk digambarkan sebagai simpanse CGI ketimbang menggunakan aktor manusia.
"Jujur saja, film biografi Robbie Williams tanpa monyet tidak akan seru atau menarik," kata Williams kepada The Guardian. "Itu mungkin menarik bagi penggemar saya, tetapi tidak untuk orang lain,” pungkasnya.