Laporan Polisi: Mantan Presiden Brasil Terlibat dalam Rencana Pembunuhan dan Kudeta Tahun 2022

Laporan Polisi: Mantan Presiden Brasil Terlibat dalam Rencana Pembunuhan dan Kudeta Tahun 2022

Global | okezone | Kamis, 28 November 2024 - 19:01
share

BRASILIA - Polisi federal Brasil merilis laporan akhir setebal 884 halaman yang menuduh mantan Presiden Jair Bolsonaro terlibat dalam organisasi kriminal yang berupaya membatalkan hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2022. Laporan ini merupakan hqasil penyelidikan polisi selama dua tahun terhadap Bolsonaro.

Pilpres Brasil 2022 dimenangkan oleh Luiz Inacio Lula da Silva, rival politik Bolsonaro. Laporan yang dipublikasikan pada Selasa (26/11/2024) mencakup delapan bukti utama yang memberatkan Bolsonaro, termasuk pertemuannya dengan anggota militer Brasil untuk merencanakan kudeta.

Bukti yang disajikan antara lain hasil penggeledahan, penyadapan, analisis catatan keuangan, dan kesaksian dalam perjanjian hukum.

"Bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa Presiden Jair Bolsonaro merencanakan, bertindak, dan mengetahui secara langsung tindakan organisasi kriminal yang bertujuan meluncurkan kudeta dan menghapuskan aturan hukum demokratis," tulis laporan tersebut, sebagaimana yang dilansir dari Al Jazeera.

Laporan ini sebelumnya diserahkan kepada Jaksa Agung Brasil, Paulo Gonet, yang akan memutuskan apakah akan mengajukan dakwaan terhadap Bolsonaro.

Dalam laporan tersebut, polisi mengungkap bahwa Bolsonaro mengetahui sepenuhnya rencana pembunuhan terhadap Presiden terpilih Luiz Inacio Lula da Silva dan pasangannya, berdasarkan rekaman percakapan para konspirator dan pertemuan yang diadakan di kediaman presiden.

Selain Bolsonaro, laporan ini menyebutkan 36 orang lainnya yang terlibat dalam konspirasi tersebut, termasuk Walter Braga Netto (mantan Menteri Pertahanan), Augusto Heleno (mantan Penasihat Keamanan Nasional), Anderson Torres (mantan Menteri Kehakiman), dan Valdemar Costa Neto (Ketua Partai Liberal yang dipimpin Bolsonaro).

 

Salah satu bukti utama yang ditemukan adalah pertemuan yang terjadi pada Desember 2022, di mana Bolsonaro mengundang para komandan militer untuk mengajukan rencana kudeta dan meminta mereka bergabung. Komandan Angkatan Darat dan Angkatan Udara menolak, namun Laksamana Almir Garnier Santos, mantan Komandan Angkatan Laut, menyatakan dukungannya.

Namun, Bolsonaro membantah semua tuduhan tersebut dan menyebut laporan ini sebagai rekayasa. "Saya tidak pernah membahas rencana kudeta," tegasnya kepada wartawan di Brasilia pada Senin (25/11/2024).

Laporan menyebutkan bahwa Jenderal Walter Braga Netto, Menteri Pertahanan Bolsonaro saat itu, memainkan peran penting dalam perencanaan kudeta. Ia mendorong sekutu Bolsonaro untuk menyerang para komandan militer yang menolak bergabung, dan bahkan mengadakan pertemuan di rumahnya untuk membahas serta menyetujui rencana pembunuhan terhadap Lula dan Wakil Presiden terpilih, Geraldo Alckmin.

Braga Netto membantah tuduhan tersebut, dengan menyatakan melalui media sosial, "Tidak pernah ada rencana kudeta, apalagi pembunuhan,” jelasnya.

Bolsonaro menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilu 2022 secara resmi, yang memicu aksi protes dari pendukungnya. Demonstrasi tersebut melakukan blokade jalan, serangan terhadap markas polisi di Brasilia, dan ancaman bom terhadap presiden terpilih. Puncaknya terjadi pada 8 Januari 2023, ketika ribuan pendukung Bolsonaro menyerbu Plaza Tiga Kekuatan di Brasilia, merusak gedung-gedung pemerintah dalam upaya memicu intervensi militer.

Selama kampanye Pilpres 2022, Bolsonaro menyebarkan klaim tak berdasar bahwa mesin pemungutan suara elektronik Brasil tidak dapat dipercaya, yang memicu sengketa hasil pemilu. Pemilu tersebut berakhir dengan putaran kedua, di mana Lula menang dengan selisih hanya 2,1 juta suara.

Baru-baru ini, rekaman audio yang diperoleh The Associated Press mengungkapkan bahwa beberapa perwira militer senior diduga terlibat dalam upaya mempertahankan Bolsonaro sebagai presiden.

 

“Ini akan menjadi perang saudara sekarang atau perang saudara nanti. Kita memiliki pembenaran sekarang untuk perang saudara. Orang-orang berada di jalanan. Kami memiliki dukungan besar-besaran,” ujar Kolonel Roberto Raimundo Criscuoli dalam salah satu rekaman.

Hakim Mahkamah Agung, Alexandre de Moraes, yang memimpin penyelidikan terhadap Bolsonaro, menggunakan beberapa kutipan dari rekaman tersebut untuk memerintahkan penangkapan lima orang yang diduga merencanakan pembunuhan Lula menjelang pelantikannya.

Laporan ini semakin menambah tekanan pada Bolsonaro, yang sudah dilarang oleh Pengadilan Pemilu Brasil untuk mencalonkan diri lagi hingga tahun 2030 karena klaimnya tentang kecurangan pemilu.

Selain itu, Bolsonaro juga menghadapi dua penyelidikan kriminal lainnya. Polisi federal sebelumnya menuduhnya memalsukan kartu vaksin COVID-19 dan menyalahgunakan perhiasan yang diberikan oleh pemerintah Saudi.

Menurut laporan Reuters, Jaksa Agung Gonet berencana menggabungkan ketiga kasus ini menjadi satu dakwaan besar terhadap Bolsonaro, yang kemungkinan baru akan diumumkan tahun depan. Dakwaan ini mencakup tindakan Bolsonaro dan para pejabatnya yang diduga mengancam sistem demokrasi Brasil.

Topik Menarik