Derita Petani Sayur yang Terdampak Gerakan Boikot Produk Israel di Indonesia

Derita Petani Sayur yang Terdampak Gerakan Boikot Produk Israel di Indonesia

Nasional | okezone | Senin, 18 November 2024 - 16:59
share

JAKARTA - Sejumlah kelompok masyarakat di Indonesia melakukan gerakan boikot produk yang dianggap terafiliasi Israel. Hal ini untuk memberikan tekanan agar Israel menghentikan aksi agresi militernya di jalur Gaza, Palestina.

Namun, alih-alih membuat Israel menghentikan serangannya, gerakan tersebut memberikan dampak langsung ke dalam negeri, membuat sejumlah merek yang dituduh terafiliasi mengalami kerugian. 

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), perusahaan nasional pemegang waralaba KFC di Indonesia,baru saja mengumumkan penutupan 47 gerai imbas gerakan boikot yang ditujukan ke perusahaan.

Akibatnya, kerugian yang dialami perusahaan karena aksi boikot juga mulai berdampak kepada ekosistem rantai pasokan termasuk petani kecil. Sejumlah petani sayur di Jawa Barat mengaku mulai merasakan efek domino dari gerakan tersebut. 

Salah satunya Ahmad, petani sayur di Kampung Ciherang, yang menyampaikan bahwa hasil panennya tak terserap pasar.

“Sebelumnya, kami telah menjadi pemasok untuk restoran cepat saji. Namun, belakangan permintaan mereka menurun,”ujar Ahmad dikutip, Senin (18/11/2024).

“Sayur-sayur ini kami rawat dan panen, tapi sekarang tidak ada yang beli,”lanjut Ahmad.

Sementara, pertengahan Oktober lalu, Ahmad bersama petani lainnya mencoba mengolah kelebihan hasil panen mereka menjadi produk seperti keripik untuk mengurangi kerugian.

Ludiro Madu, dosen Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta, menilai bahwa ada missing link dalam asumsi yang mengatakan bahwa penurunan penjualan produk akan memengaruhi penghentian aksi militer Israel ke Palestina.

“Gerakan ini tidak serta merta mampu menekan Israel untuk berhenti menyerang Gaza,” ungkap Ludiro Madu.

 

Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa pemerintah Indonesia juga tidak pernah secara resmi memboikot produk tertentu.

“Ini artinya Indonesia lebih memilih jalur diplomasi melalui Kementerian Luar Negeri untuk secara tegas tidak mengamini aksi militer Israel,” tuturnya.

Menurutnya, jika memang gerakan ini berlangsung luas dan dalam jangka waktu lama, maka masyarakat Indonesia sendiri yang akan merasakan imbasnya terlebih dahulu. 

“Misalnya gerakan anti terhadap produk terafiliasi Israel dilakukan pada merek tertentu restoran cepat saji atau sejumlah produk fast moving consumer goods (FMCG). Apakah kemudian unit usaha ini harus sampai tutup hingga karyawannya terpaksa dirumahkan? Petani, peternak, nelayan harus merugi?” ulasnya.

Dia menilai perlu adanya pemahaman yang komprehensif mengenai situasi yang terjadi di Palestina. Hal ini untuk menghindari dampak yang dialami Ahmad meluas ke sektor-sektor lain.

 “Hal ini tidak dipikirkan banyak orang yang menyuarakan gerakan itu. Seharusnya ada pengetahuan yang jelas dan komprehensif tentang konflik Israel - Palestina,”pungkasnya.

Topik Menarik