21 Orang Indonesia Alami Gigi Ompong, Ini Bahayanya untuk Kesehatan

21 Orang Indonesia Alami Gigi Ompong, Ini Bahayanya untuk Kesehatan

Terkini | okezone | Rabu, 23 Oktober 2024 - 17:02
share

Masalah kesehatan gigi umum terjadi di Indonesia. Masalah gigi tersebut pun beragam, mulai dari gigi berlubang gungga gigi yang tanggal atau ompong. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2023, proporsi gigi yang hilang, dicabut, tanggal, atau ompong di Indonesia mencapai 21. Penyebaran tertinggi terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas, yaitu sebesar 46,5. 

Penyebaran tertinggi selanjutnya terjadi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 37,2, usia 45-54 tahun sebesar 26,4, dan usia 35-44 tahun sebesar 18, menunjukkan bahwa kehilangan gigi memengaruhi individu di semua kelompok usia, termasuk mereka yang berada di usia produktif. 

Kerap diabaikan, ternyata gigi ompong berkepanjangan tanpa bantuan tenaga kesehatan justru dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, dan kesehatan mulut secara khusus lho.

Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), drg. Murti Indrastuti M.Kes., Sp. Pros (K) menjelaskan kehilangan gigi itu bisa menimpa individu di semua rentang usia dengan berbagai penyebab. Mulai dari perilaku kesehatan gigi yang buruk maupun diet tinggi gula yang mengakibatkan gigi berlubang dan harus dicabut, trauma pada gigi akibat kecelakaan, gum disease, kebiasaan merokok yang memperburuk kondisi gigi, hingga kondisi lainnya.

Cabut gigi

“Jika kehilangan gigi ini dibiarkan dalam waktu lama, dampaknya akan mempengaruhi kemampuan fisik serta estetika wajah,” ujar dr Murti dikutip Rabu (23/10/2024)

Lantas apa saja bahaya membiarkan gigi ompong terlalu lama? Berikut rangkumannya, Rabu (22/10/2024). 

1. Pengaruh Kehilangan Gigi terhadap Kemampuan Bicara

Kehilangan gigi dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam berbicara. Saat kehilangan satu atau beberapa gigi, cara pelafalan ketika berbicara bisa berubah dan pengucapan menjadi kurang jelas, sehingga mengganggu komunikasi sehari-hari. 

Tentu, kita semua ingin tetap dapat berbincang dan berbagi kebahagiaan tanpa hambatan, terutama dengan orang-orang tersayang.

2. Sulit Mmngunyah dan menelan

Kehilangan gigi dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengunyah dengan baik, sehingga membatasi jenis makanan yang bisa dikonsumsi. Hal ini juga berpotensi menyebabkan kurangnya kecukupan gizi karena sulitnya mengonsumsi makanan yang bervariasi. 

Hal tersebut perlu dihindari utamanya bagi kelompok usia tertentu yang membutuhkan asupan nutrisi yang tetap tercukupi setiap harinya. Tak hanya itu, keterbatasan ketika makan ini juga bisa membuat seseorang merasa terasing dari berbagai pengalaman sosial dan terhalang untuk menikmati makanan favoritnya dengan orang-orang terdekat.

 

3. Perubahan pada struktur wajah

Gigi ompong dalam jangka panjang dapat mengubah struktur wajah. Tanpa gigi, tulang rahang lambat laun akan menyusut, membuat wajah terlihat lebih tua dan cekung, yang berpengaruh pada penampilan seseorang. 

Kehilangan gigi menyebabkan otot-otot wajah kehilangan penopangnya, yang berakibat pada tampilan wajah yang lebih berkerut dan terlihat lebih tua. Perubahan ini mengakibatkan perubahan fisik pada wajah, seperti sudut mulut yang menurun, penipisan bibir, tampilan bibir atas yang lebih panjang, serta hidung yang tampak lebih besar karena hilangnya dukungan pada bibir atas.

Untuk itu, dr Murti menyarankan kepada masyarakat yang memiliki gigi ompong untuk segera menggunakan gigi palsu. Penggunaan gigi palsu atau gigi tiruan menjadi salah satu solusi dalam menggantikan peran gigi yang hilang.

“Tujuannya agar seseorang tetap dapat berbicara, mengunyah, dan menelan dengan baik,” jelas dr Murti.

Lebih lanjut dr Murti mengatakan gigi palsu juga menjadi penopang bagi otot-otot wajah, sehingga dapat mempertahankan struktur wajah secara keseluruhan. 

“Secara umum, perawatan gigi palsu ini relatif mudah dan tidak membutuhkan operasi, alias sifatnya non-invasive. Namun pembuatannya, atau solusi lain, akan direkomendasikan oleh dokter setelah melihat kondisi kesehatan pasien secara komprehensif," tandasnya.

Topik Menarik