Kisah Panembahan Senopati Kehilangan Kuda Kesayangannya dalam Pertempuran

Kisah Panembahan Senopati Kehilangan Kuda Kesayangannya dalam Pertempuran

Nasional | okezone | Minggu, 29 September 2024 - 05:50
share

PASUKAN Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Panembahan Senopati bertempur dengan Madiun dan Ponorogo. Pertempuran ini berlangsung sengit di daerah Madiun. Pada pertempuran itu Senopati kehilangan kuda kesayangannya yang mati.

Saat itu konon Senopati pulang ke istana dalam keadaan lusuh dan tak berdaya mendengar kuda kesayangannya mati. Saat itu konon Senopati pulang dengan keadaan masih mengenakan baju perang Kiai Gundil pemberian Sunan Kalijaga.

Bahkan kuda kesayangannya Puspa Kencana, juga masih turut menyertainya. Sang kuda sebenarnya sudah terluka parah menjelang pukul 09.00, tetapi masih sanggup melayani Senopati hingga pukul 12.00.

Dikutip dari "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung" dari H. J. De Graaf, disebutkan bahwa sang penguasa Mataram itu baru menyadari kalau kudanya sudah sekarat, karena melihat kondisi sang kuda. 

Semenjak itu tidak seorang pun keturunan Senopati yang boleh naik kuda berwarna kemerahan. Lalu Senopati memutuskan memasuki keraton. Perasaan berkecamuk dan muka lusuh menyelimuti Senopati ketika memasuki istana.

Sedangkan Serat Kandha memiliki deskripsi yang lebih lengkap mengenai pertempuran antara Senopati dengan Madiun-Ponorogo. Awalnya Senopati terlebih dahulu menyerang pasukan Ponorogo sambil memaki-maki pasukan Madiun yang telah meninggalkan mereka begitu saja, terpaksa melarikan diri.

 

Pada hari berikutnya terjadi pertempuran melawan Pangeran Surabaya dan pengikutnya. Mereka itu menyeberang sungai, tempat pasukan Senopati sudah menunggunya dalam posisi yang baik.

Pangeran Mangkubumi di sayap kiri, Pangeran Singasari dengan pasukan Demak di sayap kanan, Adipati Mandaraka dengan para adipati dari Pati dan Pajang di tengah. Senopati memerintahkan pasukan tengah menunggu, sedangkan sayap kiri dan kanan bergerak maju. 

Ia sendiri dengan 100 orang pasukan berkuda menyerang musuh yang bergerak maju dari belakang. Dengan siasat itu seluruh tentara Jawa Timur digempur habis. Setelah itu orang Mataram melakukan penjarahan dan bergerak maju menuju keraton. Konon para pertempuran itu pasukan Mataram menang mutlak karena pusaka keris dan tombaknya. 

Topik Menarik