MPR Usulkan Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional

MPR Usulkan Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Berita Utama | okezone | Sabtu, 28 September 2024 - 17:07
share

JAKARTA - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI mengusulkan kepada pemerintah untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto. Usulan ini disampaikan dalam silaturahmi kebangsaan pimpinan MPR bersama keluarga Soeharto.

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo menuturkan bahwa keputusan tersebut diambil setelah pencabutan nama Soeharto dalam Ketetapan MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 

"Rasanya tidak berlebihan sekiranya mantan Presiden Soeharto dipertimbangkan oleh pemerintah yang akan datang dan oleh pemerintah mendapatkan anugerah gelar pahlawan nasional, selaras dengan mendapatkan martabat kemanusiaan dengan peraturan perundangan," kata pria yang akrab disapa Bamsoet di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu (28/9/2024).

Selain itu, kata dia, pemberian anugerah pahlawan nasional itu juga demi menghargai jasa Soeharto dalam memimpin Indonesia selama 32 tahun. Legislator Golkar itu melihat, Soeharto mampu membawa Indonesia melewati masa sulit pada 1963. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia kontraksi minus 2,25 persen dan tiga tahun setelahnya atau 1966 inflasi melonjak hingga 635,3 persen.

 

Pada 1967, Indonesia tercatat sebagai negara miskin dengan catatan hutang sebesar 700 juta dolar US. "Pada tahun 1969 atau setahun setelah menjabat Presiden, pertumbuhan ekonomi melonjak tajam menjadi 12 persen. Dan inflasi berhasil ditekan pada kisaran 9,9 persen," ujarnya.

 

Di samping itu, Bamsoet berharap pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto juga untuk membangkitkan semangat rekonsiliasi di Indonesia. 

Ia mengajak semua pihak secara bersama  mengambil hikmah atas berbagai peristiwa yang terjadi di masa lampau, untuk dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pembangunan karakter nasional bangsa Indonesia di masa kini dan di masa yang akan datang.

"Jangan ada lagi dendam sejarah yang diwariskan pada anak-anak bangsa yang tidak pernah tahu apalagi terlibat pada berbagai peristiwa kelam di masa lalu," pungkasnya.

Topik Menarik