Banyak Spesies Indonesia Terancam Punah: Bagaimana Cara Menyelamatkannya?

Banyak Spesies Indonesia Terancam Punah: Bagaimana Cara Menyelamatkannya?

Nasional | sindonews | Jum'at, 6 Desember 2024 - 14:38
share

Banyak spesies di Indonesia kini terancam punah. Beberapa satwa Indonesia yang terancam punah yakni Badak Sumatera, Badak Jawa, Gajah, Orang Utan, dan Harimau Sumatera.

Kasubdit Pengawetan Spesies dan Genetik Direktorat Konservasi, Keanekaragaman Hayati Spesies, dan Genetik Kementerian Lingkungan Hidup Badiah menuturkan ada dua faktor utama penyebab terancamnya atau hilangnya keanekaragaman hayati.

Hilangnya keanekaragaman hayati karena degradasi habitat dan juga perburuan liar, yang itu jelas antropogenik, ujar Badiah dalam Forum Bumi yang digelar Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2024.

Antropogenik yakni dua faktor utama di atas muncul akibat ulah atau aktivitas manusia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kata antropogenik sebagai bersifat buatan manusia.

Badiah mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan spesies-spesies tersebut dari jurang kepunahan. Untuk Badak Sumatera, upaya yang sudah dilakukan berupa pengembangbiakkan spesies secara semialami. Upaya pengembangbiakkan itu dilakukan di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Taman Nasional Way Kambas.

Itu kita sudah berhasil melahirkan 5 anak badak. Setiap tahun satu. Nah, itu upaya mengembangbiakkan secara semi alami karena kalau kita biarkan di kawasan Taman Nasional tanpa ada ring-ringnya itu, perburuan masih ada, katanya.

Kemudian, pihaknya menginisiasi untuk pengembangbiakkan dengan menggunakan ART yakni Assisted Reproductive Technology dan Bio Bank.

Untuk Badak Jawa, di samping memperketat perlindungan dan pengamanannya, kita juga sedang membuat jaringan namanya Javan Rhino Sanctuary yang nantinya juga dengan pola pengembangbiakkan semialami. Harapannya keanekaragaman genetiknya bisa diselamatkan untuk keberlangsungan populasinya yang lebih panjang, ujarnya.

Terkait Gajah Sumatera, pemerintah sudah mengidentifikasi dan memverifikasi banyaknya konflik antara manusia dan gajah. Salah satunya penguatan regulasinya yang di tahun 2023 tebit Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2023 karena banyaknya jerat, banyaknya konflik, katanya.

Inpres tersebut bersama UU Nomor 32 Tahun 2024 dibuat agar seluruh sektor memperhatikan sebaran atau kantong-kantong habitat dari spesies yang terancam punah agar tidak banyak terjadi konflik. Peraturan tersebut diharapkan juga mampu mengurangi jumlah konflik antara manusia dan Harimau Sumatera.

Badiah menyebut film dokumenter mengenai Taman Nasional Yellowstone di Amerika Serikat sebagai satu contoh yang unik. Film itu menggambarkan bahwa ekosistem Yellowstone yang rusak bisa pulih berkat upaya melepasliarkan 5 serigala.

Rheza Maulana, peneliti dan aktivis lingkungan mengatakan kita semua bisa berperan serta atau ikut berkontribusi dalam menyelamatkan spesies-spesies tersebut dari jurang kepunahan. Mulai dari diri sendiri dulu. Apa yang bisa kita kerjakan, kita kerjakan. Apa yang bisa kita lakukan, kita lakukan. Walaupun sesederhana belajar, ujarnya.

Menurut Rheza, kita juga perlu memahami yang mana saja satwa liar yang sebenarnya bukan hewan peliharaan. Pemahaman itu penting agar kita tidak ikut-ikutan membeli dan memelihara satwa liar.

Tidak ikutan nonton konten-konten dari orang-orang yang memelihara satwa liar yang sebenarnya justru mengancam kelestarian satwa tersebut, sehingga kita juga tidak menyebarkan konten tersebut di media sosial.

Hal lainnya yang bisa kita lakukan adalah memberi bantuan materi maupun nonmateri kepada lembaga-lembaga konservasi. Kita lihat kira-kira kita punya nggak uang lebih. Karena tentunya semua project perlu dana, perlu funding, apakah itu project pemerintah atau project swasta, ungkapnya.

Kemudian, relawan juga sering dibutuhkan dalam upaya pelepasliaran. Jadi kadang-kadang pelepasliaran ini, satwanya yang mau dilepasliarkan ada banyak sekali, taruhlah misalkan 40, berarti kan butuh minimal 40 orang untuk bawa. Kita juga bisa jadi relawan di situ, ucap Rheza.

Topik Menarik